God Apps (ORIGIN) part 6

3907 Words
 Pada suatu sore, Kriss dan kawan-kawannya yang sedang berada di rumah persembunyian, sedang sibuk melakukan persiapan untuk misi selanjutnya. Romi memerintahkan kepada Kriss, Lisa, dan Beni untuk mematikan dan menyimpan handphone mereka masing-masing, lalu mengganti alat komunikasi mereka dengan alat baru, yang bisa ditaruh di telinga. Alat itu jauh lebih aman untuk digunakan karena sudah dimodifikasi sedemikian rupa oleh Romi, sehingga sinyal frekuensinya tidak dapat dilacak dengan mudah oleh pihak musuh.  Selain itu, Romi juga berkolaborasi dengan Beni yang punya keahlian di bidang mekanik, untuk menciptakan alat-alat baru yang dapat membantu mereka dalam menjalankan misi, juga pastinya bisa digunakan untuk melawan dan mengalahkan musuh yang harus mereka hadapi nanti, walau apapun yang terjadi, mereka harus bersiap untuk segala kemungkinan. Sedangkan Kriss dan Lisa bertugas untuk menyusun rencana dan melakukan segala persiapan yang lain. Mereka berempat menjadi satu tim yang kompak dan solid, dengan satu tujuan, yakni untuk menghentikan rencana jahat pihak AionTex.  Ketika Romi sedang mengerjakan suatu alat dengan Beni, mereka terus bercengkrama di sepanjang waktu, Romi juga menanyakan beberapa hal kepada Beni.  “Pak Beni, bolehkah aku bertanya sesuatu?”  “Tentu saja, silahkan.” Ucap Beni sambil mengutak-atik mesin.  “Apakah aku telah mendatangkan sebuah masalah besar bagi kalian semua?” Romi bertanya sambil merasa murung.  “Wahh, kau menanyakan sesuatu yang berat ... Ada satu hal yang penting nak, jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri tentang masalah ini. Hal yang telah kau ciptakan itu bukan dimaksudkan untuk kejahatan, namun sayangnya ada oknum-oknum yang ingin menyalahgunakannya, dan disinilah kita sebagai orang-orang yang harus bisa mencegah hal buruk terjadi. Kita tahu mana yang benar dan mana yang salah, dan kita tidak akan diam saja mengenai hal itu. Aku, Lisa, dan Kriss sudah meneguhkan hati kami masing-masing ... Dan sekarang adalah giliranmu untuk meneguhkan hati dan menghadapi masalah ini bersama kami. Tenanglah, kau tidak sendirian.” Ucap Beni sambil tersenyum.  “Hmm, aku senang sekali bisa mendengarkan hal ini dari anda.”  “Hehhe, memangnya hanya Kriss saja yang bisa so' bijaksana?” Ucap Beni dengan nada bercanda.  “Oh iya, aku dengar bahwa Pak Beni sempat diincar oleh pihak AionTex karena Pak Beni merupakan teman dari Pak Kriss?”  “Ya, kurang lebih begitulah.”  “Jadi, apakah Pak Beni bergabung dengan Tim ini karena terpaksa?” Tanya Romi.  “Jangan panggil aku Pak, panggil saja Beni, aku belum terlalu tua.”  “I- iya, Be- Beni.”  “Hmm, aku tidak bisa bilang bahwa aku bergabung ke dalam tim ini karena terpaksa. Sebab, Bagaimanapun juga Kriss adalah temanku, ketika dia sedang kesulitan, mana mungkin aku tidak menolongnya ... Jujur saja, aku merasa senang sekaligus lega ketika melihat dia datang ke bengkelku, padahal aku baru saja mendengar tentang kabar kematiannya.” Ucap Beni.  “O- oh.”  Lalu ternyata, Kriss sudah berada di belakang Beni dan mengejutkannya dengan berkata, “Ouh, jadi ternyata begitu.”  Sontak saja, Beni merasa kaget sambil menengok ke belakang. “Hah?!! Sejak kapan kau disini??” Tanya Beni pada Kriss yang baru saja sampai disitu, diikuti oleh Lisa yang membawakan makanan untuk Romi dan Beni.  “Kalian sedang membicarakan apa?” Tanya Lisa.  “Ti- tidak, bukan apa-apa. Lupakan perkataanku barusan.” Ucap Beni kepada Kriss.  Sepertinya Beni masih merasa gengsi untuk mengakui bahwa dirinya senang bisa bertemu dan menolong Kriss. Dia tidak ingin dianggap sentimentil oleh orang lain, namun sebenarnya dia adalah orang yang sangat peduli, dan Kriss adalah orang yang paling mengenal Beni dengan baik, sehingga dia memaklumi tingkah serta sikap temannya itu, Kriss hanya tersenyum saja menanggapi penyangkalan dari Beni mengenai perkataannya barusan.  Kemudian Kriss segera mendekati Romi untuk menyampaikan sesuatu. “Romi, aku ingin kau mencari alamat seseorang.” Ucap Kriss sambil memberikan selembar foto kepada Romi, yakni foto seorang Pria paruh baya yang flamboyan, sedang bersantai di sebuah balkon rumah mewah ber’cat putih, dan dikelilingi taman yang asri.  Lalu sambil menerima dan melihat foto tersebut, Romi berkata. “Ya, ini mungkin membutuhkan waktu agak lama, tapi akan kuusahakan secepat mungkin. Serahkan padaku.” Ucap Romi sambil berlalu pergi untuk mencari alamat dari seseorang yang ditunjukan oleh foto tersebut.  Beni bertanya kepada Kriss, “Foto siapa itu?”  “Foto itu adalah tiket yang bisa menyelamatkan kita di gedung AionTex nanti.” Kriss berkata dengan singkat, seakan memberi petunjuk yang penting dan rahasia.  Kita akan segera tahu kegunaan dari foto itu nanti, ketika Kriss dan kawan-kawan sudah melancarkan aksinya di gedung perusahaan AionTex. Sepertinya Kriss sudah menduga bahwa di gedung itu pastinya sudah dipersiapkan jebakan yang sangat berbahaya bagi mereka, sehingga Kriss harus mempersiapkan rencana cadangan, supaya dapat mengantisipasi hal tersebut. Kira-kira, apakah Kriss, Lisa, Beni, dan Romi bisa selamat dalam menjalankan misi penting di gedung perusahaan AionTex lusa? Semuanya akan segera terjawab, terus ikuti kisahnya.  Kubu AionTex dan kubu Kriss sama-sama sedang membuat persiapan supaya bisa saling mengalahkan satu sama lain. Dengan tekad yang kuat dan hasrat yang menggebu-gebu, mereka semua tidak akan menyerah, demi tercapainya tujuan akhir, yang menjadi motivasi bagi mereka untuk bisa merubah keadaan, yang satu ke arah yang lebih baik, sedangkan yang satunya lagi ke arah yang lebih buruk, tergantung dari pihak mana yang akan menang.   Tiga hari telah berlalu semenjak bergabungnya Romi ke dalam tim. Singkat cerita, hari itu pun telah tiba. Hari dimana Kriss dan kawan-kawan akan menyusup ke dalam gedung perusahaan AionTex. Pada siang hari, suasana di dalam gedung itu terlihat sangat sibuk dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu lalang untuk mengerjakan urusannya masing-masing, hari itu terasa seperti hari-hari biasa pada umumnya bagi para karyawan di perusahaan AionTex tersebut. Namun yang berbeda hanyalah, hari itu ada empat orang yang sedang mengawasi gedung perusahaan dari kejauhan.  Kriss dan Beni menyamar menjadi dua orang pembersih kaca gedung. Mereka berdua saat ini sedang berada di atap gedung lain, yang posisinya ada tepat di sebelah gedung perusahaan AionTex, sehingga Kriss dan Beni bisa dengan leluasa meneropong keadaan di dalam gedung, lewat jendela-jendela yang ada disana. Tak lupa dia juga terus mengawasi ruangan tempat Leonard sedang berada. Sejauh ini tidak ada hal mencurigakan yang dirasakan oleh Kriss, semua orang di dalam gedung itu sedang beraktivitas secara normal, dan sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.  Sementara di belakang Kriss, Beni terlihat sedang sibuk mempersiapkan peralatan. Dia sedang merakit alat berupa penembak tombak, yang akan menancap pada dinding secara kuat, sekaligus melesatkan tali, sehingga nanti mereka bisa menyebrang dari gedung satu ke gedung lain dengan cepat, lewat alat seluncur yang akan dipasang pada tali tersebut.  Saat Beni sedang sibuk mempersiapkan alat itu, Kriss menghubungi Lisa. “Lisa, laporkan posisimu.”  “Aku sudah ada di depan lobi, aku dan Romi akan segera masuk.” Jawab Lisa.  “Oke.”  Lisa dan Romi sedang berada di lobi gedung perusahaan AionTex, mereka menyamar sebagai dua orang kurir yang memakai seragam berwarna merah, sambil membawa kardus besar di tangan mereka masing-masing. Wajah Lisa belum dikenali secara pasti oleh pihak AionTex, sehingga dia bisa masuk tanpa adanya kecurigaan, sedangkan Romi menyamar dengan menggunakan kumis palsu, sehingga sosoknya juga jadi tidak dicurigai sama sekali. Namun Romi terlihat sangat gugup pada saat itu, sehingga Lisa sesekali mencoba untuk menenangkannya, dan menyuruh Romi untuk tetap bersikap biasa-biasa saja.  Romi pun menuruti perkataan Lisa, dan berusaha untuk tetap bersikap biasa-biasa saja. Tak lama kemudian, resepsionist sudah mengkonfirmasi kiriman dan menyuruh mereka berdua untuk menyimpan kardus-kardus itu di dekat meja resepsionist, supaya nanti bisa diantarkan ke lantai atas oleh pihak keamanan. Setelah itu, Lisa segera meminta ijin untuk mengantarkan rekannya ke toilet, dan bertanya pada resepsionist itu dimana letak toilet berada.  Tanpa kecurigaan sedikitpun, si Resepsionist langsung saja memberitahukan arah dimana toilet berada kepada mereka berdua. Tanpa berlama-lama, mereka berdua langsung pergi ke arah toilet sambil berbicara kepada satu sama lain.  “Nahh, sekarang kita sudah berada di dalam gedung.” Kata Lisa.  “Oke, Sekarang kita cari ruangan server?” Tanya Romi.  “Baiklah ... Kau yang menunjukan jalannya.” Suruh Lisa.  “Ba- baik.” Romi terlihat sedikit canggung, karena ini pertama kalinya dia melaksanakan misi penyusupan.  Kemudian mereka berdua masuk ke dalam toilet, Romi ke toilet pria, sedangkan Lisa ke toillet wanita. Selang beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah keluar dari sana, namun kini pakaian yang dikenakan oleh mereka berdua tampak berbeda, sekarang mereka mengenakan pakaian kerja kantoran yang terlihat kasual, sehingga tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa mereka berdua adalah dua orang kurir pengiriman yang tadi baru saja memasuki toilet tersebut. Kini mereka berdua sudah bisa membaur dengan orang-orang yang ada di gedung itu, sambil terus berjalan dan menaiki lift menuju ke lantai atas.  Sesampainya mereka di lantai 5, Lisa dan Romi segera berjalan menyusuri lorong yang dipenuhi oleh ruangan-ruangan khusus tempat para karyawan bekerja. Romi bilang bahwa dia membutuhkan sebuah komputer untuk bisa mengakses informasi mengenai gedung tempat mereka berada saat ini. Oleh karena itu, Romi meminta Lisa untuk menyiasati salah seorang staff yang ada disana, supaya Romi bisa diam-diam menggunakan komputernya.  Lisa segera menyetujui permintaan dari Romi tersebut. Maka sesaat kemudian, ketika Lisa dan Romi melihat ada salah satu staff yang berdiri dari kursinya dan berjalan untuk mengambil minum, maka Romi dan Lisa segera beraksi. Romi langsung saja berjalan ke meja kerja si staff tersebut, sementara Lisa menunggu di dekat tempat minum. Kemudian, ketika si staff datang, Lisa langsung mendekati dan memulai suatu percakapan, supaya dia bisa mengalihkan perhatian orang itu untuk waktu yang cukup lama, tentu saja sambil sedikit memberikan pesona dari wanita dewasa, sehingga orang itu tidak akan mau cepat-cepat beranjak dari tempat minum tersebut.  “Hai, dasimu melorot.” Kata Lisa.  “O- oh, iya, te- terima kasih sudah mengingatkan.”  “Sini, aku betulkan.” Lisa segera membetulkan dasi orang itu, sambil terus melontarkan pertanyaan seputar pekerjaannya, sehingga membuat orang itu menjadi gugup sekaligus senang bisa mengobrol dengan wanita cantik seperti Lisa.  Sementara Romi, sedang sibuk mengutak atik komputer dan mengumpulkan segala informasi yang dibutuhkannya. Lalu beberapa saat kemudian ada seorang lelaki yang mendekati Romi disana, lelaki itu berbicara.  “Hey, sedang apa kau disitu?”  Kemudian, Romi yang sedikit kaget, segera menenangkan dirinya kemudian berpura-pura tenang sambil berkata, “Aku adalah pengawas yang baru. Kau mau mengganggu tugasku?” Tanya Romi.  Seketika itu, si lelaki langsung terperanjat, dan kemudian berkata. “O- oh, maaf Pak, saya tidak tahu... Silahkan lanjutkan pekerjaan anda.” Ucap lelaki itu mempersilahkan Romi, sambil berlalu pergi.  Setelah itu, sambil merasa lega, Romi kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia berhasil mendapatkan beberapa informasi mengenai keberadaan ruang server, yang sejak tadi mereka cari. Lalu Romi pun segera beranjak dari kursi dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Lisa yang melihat hal itu, segera menghentikan obrolannya, kemudian dia berpamitan dan pergi untuk menyusul Romi yang sudah berada di luar ruangan.  Setelah Lisa bertemu kembali dengan Romi, dia segera bertanya. “Kau sudah mengetahuinya?”  “Ya, ruang server ada di lantai 12. Area file.”  Kemudian, Lisa segera memberitahu Kriss juga mengenai hal itu. Dan setelah mendapatkan informasi dari Lisa, Kriss bersama Beni segera menentukan posisi terbaik supaya bisa mencapai lantai 12. Untungnya lantai 12 berada 3 lantai di bawah tempat mereka saat ini, jadi mereka bisa meluncur langsung kesana.  Dengan menggunakan senjata tombak yang akan membentangkan tali dari tempat mereka berada hingga ke gedung AionTex, Kriss memilih lokasi jendela yang dibaliknya adalah ruangan tak berpenghuni, supaya kedatangan mereka nantinya tidak diketahui oleh banyak orang, lalu setelah menentukan jendela mana yang cocok, Beni segera menembakan tombak, yang langsung melesat dengan cepat, memecahkan kaca jendela, lalu menancap kuat pada dinding di salah satu ruangan yang berada di dalam gedung AionTex tersebut. Kemudian Beni mengikatkan ujung tali yang satunya kepada tiang besi yang ada di dekat mereka, tali itu diikatkan dengan sangat erat oleh Beni, supaya mereka tidak akan jatuh dengan mudah saat meluncur nanti.  Setelah Kriss dan Beni memastikan bahwa tali yang membentang itu cukup kuat dan kokoh, maka Kriss dan Beni segera mengambil alat seluncur yang dapat dipasang pada tali, kemudian mereka berdua meluncur secara satu-persatu dari gedung tempat mereka berada, menuju ke gedung AionTex, seperti orang yang sedang bermain flying fox, namun bukan di hutan melainkan di gedung perkantoran.  Sesampainya mereka di tempat yang dituju, mereka berdua langsung saja membereskan tali serta mempersiapkan segala peralatan di baju mereka, yang kini sudah berganti menjadi seragam hitam yang memiliki banyak kantong, dan sangat cocok digunakan untuk misi penyusupan. Setelah seluruh persiapan sudah selesai, Kriss dan Beni segera keluar dari ruangan sambil menyelinap supaya keberadaan mereka tidak diketahui oleh para karyawan disana. Kini mereka berdua sudah berhasil masuk ke lantai 12 gedung perusahaan AionTex, maka setelah itu mereka hanya tinggal mencari ruangan server untuk membantu Lisa dan Romi, yang sudah lebih dulu berada disana.  Sementara itu, Lisa dan Romi sudah berada tepat di dekat pintu masuk ke ruangan server. Disana mereka belum bisa masuk ke dalam ruangan itu, karena pintunya terkunci, dan untuk bisa masuk ke dalam sana maka harus menggunakan sebuah kartu identitas yang sekaligus sebagai sebuah kunci, sayangnya kartu-kartu tersebut hanya dimiliki oleh para karyawan tertentu. Oleh karena itu Lisa mendapatkan sebuah ide, dia mencoba untuk mendekati seorang lelaki yang baru saja keluar dari ruangan itu, lalu dengan sengaja Lisa menabrakan dirinya pada lelaki itu sehingga dia hampir jatuh, dan saat orang itu menangkap tubuh Lisa, maka tangan Lisa langsung merogoh saku baju dari orang itu dan mengambil kartu kuncinya, supaya Lisa bisa masuk ke ruangan server bersama dengan Romi.  “Maaf.” Kata Lisa.  “Ti- tidak apa-apa.” Setelah itu, mereka melanjutkan berjalan saling menjauh.  Padahal, beberapa saat kemudian, Lisa kembali lagi bersama Romi ke dekat pintu itu, lalu dia segera membuka pintu menggunakan kartu kunci di tangannya, dengan cara menggesekan kartu tersebut kepada panel yang terdapat di pintu itu. Lalu setelah pintu berhasil dibuka, Lisa dan Romi bergegas masuk ke dalam sana, sehingga akhirnya mereka berdua bisa berada di dalam ruangan server.  Ukuran ruangan itu ternyata cukup luas, dengan suasananya yang sedikit gelap, karena minim lampu penerangan. Dalam ruangan itu terdapat jajaran sistem Hardware pusat data yang terlihat seperti mesin-mesin kotak hitam canggih, yang dapat menampung data dalam jumlah banyak, serta ada juga beberapa komputer yang berjajar rapi, dengan kabel-kabel yang terhubung pada berbagai perangkat yang ada disana, seperti melengkapi satu sama lain, Lisa merasa seperti sedang berada di dalam sebuah perpustakaan, namun bukan perpustakaan buku, melainkan perpustakaan digital, yang bisa memuat data hingga beratus-tarus terabyte, kurang lebih.  Disana, mereka tidak sendirian, ada juga beberapa orang yang sedang bekerja mengawasi, dan menjalankan beberapa program pada layar komputer disana, namun mereka sepertinya tidak menyadari kedatangan dari Lisa dan Romi, karena sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Oleh karena itu, Lisa dan Romi bisa bergerak secara leluasa di ruangan itu.  Mereka berjalan sambil mengendap-endap, lalu menyelinap melewati orang-orang yang sedang sibuk bekerja disana. Hingga akhirnya Lisa dan Romi sampai di dekat sebuah komputer yang berada di pojok ruangan dan jauh dari jangkauan orang-orang yang berada disana.  Romi segera menancapkan kabel data, lalu memulai aksinya untuk meretas dan mengumpulkan segala informasi mengenai God apps serta kasus-kasus AionTex, yang ada di dalam database pribadi milik perusahaan tersebut. Dengan sangat serius, Romi mengerjakan tugasnya dan terus memeriksa secara teliti setiap file yang dirasa mencurigakan, supaya dia bisa berhasil mengumpulkan informasi-informasi berharga.  Sedangkan Lisa, berdiri di dekat Romi sambil sesekali melihat ke belakang untuk memperhatikan keadaan di sekitar. Namun lama kelamaan, Lisa mulai merasakan adanya kejanggalan di ruangan itu, karena tiba-tiba saja ketika dia menengok ke belakang dan memperhatikan keadaan di sekitar, keadaannya sudah berubah. Tiba-tiba saja sudah tidak ada orang disana, sepertinya mereka semua sudah keluar secara bersamaan dari ruangan itu, sehingga kini, disana hanya ada Romi dan Lisa saja berdua. Oleh karena itu, Lisa mulai berkata.  “Sepertinya ada yang tidak beres.”  “Ya, aku juga merasa ada yang tidak beres ... Semua file yang berkaitan dengan God apps maupun kasus-kasus AionTex, tidak ada sama sekali di dalam database perusahaan pusat ini. Sepertinya semua program dan file itu kini sudah dipindahkan ke tempat lain.” Ujar Romi, yang mulai terlihat cemas.  “Kalau begitu, percuma saja kita kesini, iya kan?” Ucap Lisa.  “I- iya, sepertinya ini adalah jebakan.”  Beberapa saat kemudian, hal yang mereka duga ternyata benar. Satu-satunya pintu yang ada di ruangan itu mulai terbuka lagi, lalu sekumpulan pria bersenjata mulai masuk berdatangan ke dalam ruangan itu. Dan kedatangan mereka pastinya bukan datang untuk membantu Lisa ataupun Romi, tapi mereka datang untuk menyergap mereka berdua di ruangan itu. Mereka semua berjumlah kurang lebih sepuluh orang, para pria kekar bersenjata itu berbaris tepat di hadapan Lisa dan Romi yang sedang dalam keadaan terpojok, sehingga tak ada celah sama sekali bagi mereka berdua untuk bisa kabur dari sana.  “Habislah sudah.” Ucap Romi dengan perasaan cemas. Sedangkan Lisa tetap bersikap tenang sambil terus waspada.  Kemudian salah satu pria kekar itu berkata. “Ayo ikut dengan kami.”  Seketika itu juga, kini Lisa dan Romi sudah berada di ruangan kerja Leonard yang cukup luas dan mewah, mereka berdua digiring masuk ke dalam ruangan itu secara paksa. Lalu setelah mereka berdua sudah berada di tengah ruangan, sambil dikelilingi oleh Sepuluh orang pria kekar, Leonard yang sudah sedari tadi menunggu mereka, mulai berdiri dari kursinya, dan berjalan untuk mendekati Romi dan Lisa.  “Wahh, wahh, wahh, lihat siapa yang datang ... Romi, ternyata kau merindukanku ya, sampai-sampai kau datang kembali padaku.” Ucap Leonard.  “Aku tidak punya niatan untuk kembali bekerja padamu.” Jawab Romi.  “Hmm, lalu siapa wanita cantik ini? Pengasuh barumu?”  Tanpa menjawab, Lisa hanya diam saja sambil terus menatap Leonard dengan tatapan penuh amarah, dan air mata yang berlinang membasahi matanya tanpa mengucur ke wajah. Sepertinya Lisa merasakan luapan emosi yang begitu besar ketika bertemu dengan Leonard, seolah-olah mereka berdua sudah pernah bertemu sebelumnya, dan Leonard punya hubungan besar atas kematian kedua orang tua Lisa. Namun saat ini Lisa tidak boleh melampiaskan emosinya kepada Leonard begitu saja, karena keadaan yang sedang terpojok. Maka dari itu, Lisa harus berusaha menahannya sebisa mungkin, sehingga dia hanya diam saja tanpa berkata apa-apa.  Kemudian, Romi yang melihat Lisa, menyadari bahwa saat ini Lisa sedang dalam keadaan menahan emosi, sehingga Romi harus bisa mengalihkan Leonard supaya kembali berbicara kepadanya lagi. Maka Romi berkata. “Dia asistenku!” Ujar Romi.  Seketika itu, Leonard langsung saja kembali mengarahkan perhatiannya kepada Romi, begitu juga dengan Lisa, yang langsung menengok ke arah Romi, yang telah menyebut bahwa dia adalah seorang asisten, maka dengan ekspresi menaikan kedua alisnya, Romi mengisyaratkan kepada Lisa bahwa itu hanya spontan saja, dan mohon dimaklumi.  Setelah itu Romi mulai mengambil alih pembicaraan dengan Leonard. “Kau pastinya sudah tahu kan, kami datang kesini untuk apa?” Tanya Romi.  “Ya, tentu saja... Kau datang kesini untuk mencuri proyek God Apps dan beberapa file penting dari database perusahaan, benar kan? ... Hahahha, tapi kau gagal dan malah tidak mendapatkan apa-apa!”  “Kau benar-benar sudah mempersiapkan segalanya ya?”  “Tentu! Semua proyek dan file-file itu sudah dibawa dan dikerjakan di tempat yang jauh dan aman oleh Jiro. Sedangkan kalian malah datang kesini seperti tikus yang masuk ke dalam perangkap. Anak buah Adnan sudah tersebar di seluruh penjuru gedung ini. Sehingga tak ada celah bagi kalian semua untuk bisa kabur. Terutama Kriss dan Beni, mereka sebentar lagi juga pasti akan tertangkap lalu bergabung dengan kalian disini, Hahhah ... Dua tikus berhasil ditangkap dengan mudah, sekarang hanya tinggal mencari dua tikus lagi.” Ucap Leonard dengan penuh antusias.  Kemudian Lisa memberikan pertanyaan, dengan gelagat berpura-pura. “Barusan kau menyebut ‘Kriss dan Beni’, bukankah Kriss sudah diberitakan meninggal? Lalu bagaimana kau bisa tahu bahwa sekarang dia ada disini? Apakah itu berarti bahwa kau adalah Boss besarnya?”  “Ya Nona, aku adalah orang yang mengatur dan mengendalikan semuanya, akulah yang harus kalian takuti lebih dari apapun.” Jawab Leonard.  “Itu berarti kau juga yang telah memerintahkan penculikan Romi, dan kau juga yang telah menyuruh orang untuk menabrak mobil Inspektur Kriss dan membunuhnya?” Tanya Lisa lagi secara bruntun.  “Tentu saja! Itu semua demi terciptanya ‘God Apps’!! Yang akan menjadi satu-satunya milikku yang berharga. Karena dengan God Apps, maka aku akan menjadi orang yang tak terkalahkan oleh siapapun.” Ucap Leonard dengan penuh ambisi.  “Kau jahat sekali!” Ujar Romi.  “Tak ada yang namanya jahat dalam bisnis nak.” Sahut Leonard.  Lalu sambil tersenyum, Lisa berkata, “Hmm, cukup itu saja yang ingin kami ketahui.”  Setelah mendengar ucapan tersebut, Leonard merasa ada yang janggal. Lalu seketika, dua buah bom asap tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu, bom asap tersebut dilontarkan dari dalam lubang saluran udara yang terletak di atas atap tempat mereka berada.  Seketika itu juga, ruangan tersebut langsung dipenuhi oleh asap yang tebal hingga menyebabkan pandangan terganggu, lalu mereka yang ada disana juga mulai batuk-batuk akibat sesak oleh kumpulan asap, Lisa dan Romi hanya terdiam dengan perasaan tenang sambil menutup bagian hidung serta mulut mereka, sepertinya mereka berdua sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi, sedangkan Leonard dan yang lainnya merasa sangat kaget dan panik, sehingga Leonard terus saja marah-marah. Lalu salah satu pria kekar mengambil kursi dan membantingkan kursi tersebut pada kaca jendela, sehingga asap yang memenuhi ruangan itu bisa bersirkulasi keluar, dan membuat kondisi berasap disana berangsur reda.  “Apa yang terjadi??! Kenapa sensor pendeteksi asapnya tidak bekerja?!!” Ujar Leonard.  “Itu karena kami sudah menyabotasenya.” Ucapan singkat itu terdengar dari suara seseorang yang berada disana. Suara orang itu berhasil memecah kebisingan serta kekacauan di ruangan tersebut.  Orang tersebut tak lain tak bukan adalah Kriss, yang tiba-tiba saja sudah berada di tengah ruangan sambil menodongkan pistol tepat ke arah Leonard. Lalu ketika melihat hal itu, Leonard hanya bisa tertegun, dan hanya diam terpaku dengan ekspresi wajah tak percaya dengan hal yang sedang dilihatnya saat ini.  Karena tak hanya Bom asap, serta kemunculan Kriss saja yang mengejutkannya disana, namun para pria kekar yang berada di belakang Romi dan Lisa juga kini sudah dalam keadaan tiarap dengan tangan menyilang di belakang kepala, sementara di belakang mereka ada orang-orang berbaju pegawai kantor yang sedang menodongkan pistol kepada para pria kekar itu, jumlah mereka ada 12 orang termasuk Beni, yang juga sedang menodongkan pistol pada salah satu pria kekar yang sedang tiarap itu.  “Ba- Bagaimana bisa? Ka- Kau, kalian semua ada disini?” Tanya Leonard sambil gemetaran.  Kepala Leonard dipenuhi oleh banyak pertanyaan pada saat itu, tentang bagaimana Kriss dan Beni bisa tiba-tiba ada Disana, juga tentang bagaimana bisa para pegawai kantor itu kini sedang memegang pistol sambil menodongkan nya pada para pria kekar anak buah Leonard disana. Hal itu benar-benar sangat mencengangkan bagi Leonard, sehingga dia tidak bisa berkata apa-apa selain hanya berdiri gemetar dengan tampang penuh kebingungan.  “Oh iya, ngomong-ngomong... Anak buah Adnan yang tersebar di gedung ini, semuanya sudah berhasil dilumpuhkan oleh orang-orangku.” Kata Kriss.  "O- orang-orangmu?? ... Me- Mereka adalah pegawai di perusahaan ini. Bagaimana bisa mereka juga adalah orang-orangmu??!” Tanya Leonard dengan penuh emosi.  “Ups, baiklah. Mereka secara teknis bukanlah orang-orangku, namun orang-orang kepercayaan Tuan Hendry Danu.”  “A- apa?!” Leonard mengatakan itu dengan ekspresi wajah terkejut.  Sedangkan Beni, Romi, dan Lisa hanya tersenyum saja menanggapi hal itu, karena mereka semua telah berhasil menjalankan seluruh rencana yang sudah disusun oleh Kriss. Sehingga kini, keadaan Leonard menjadi benar-benar terpojok dan tidak tahu lagi harus bagaimana, selain itu para anak buahnya yang telah disiapkan oleh Adnan di gedung itu ternyata juga sudah berhasil dilumpuhkan oleh orang-orang yang Kriss sebut sebagai orang-orang kepercayaan dari Tuan Hendry Danu, sang pemilik resmi perusahaan AionTex. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Pertanyaan itulah yang terus menerus berputar di dalam benak Leonard beserta para anak buahnya.  “Sekarang, ayo ikut kami. Kau harus segera diadili.” Ucap Kriss dengan tatapan serius, sambil tetap menodongkan senjatanya kepada Leonard.  “Tu- tunggu dulu sebentar. Kau tidak bisa berbuat begitu! Ka- Kau tiba-tiba saja datang ke kantorku ini dan membuat onar, lalu menodongku dengan senjata. Justru kaulah yang akan berada dalam masalah!! Hahahha.” Ujar Leonard memperingatkan, bahwa dirinya tidak mungkin bisa diadili atau dihukum, karena kurangnya bukti.  Kemudian Lisa segera mengeluarkan alat perekam dari balik saku bajunya, dan dia segera memutar isi percakapan yang tadi sudah dilakukannya dengan Leonard, dan dalam isi percakapan itu Leonard secara terang-terangan sudah mengakui berbagai kejahatan yang telah dilakukannya, yakni tentang penculikan Romi termasuk upaya pembunuhan terhadap Kriss. Dia tidak sadar bahwa suaranya sejak tadi sedang direkam, karena dia sangat percaya diri bahwa rencananya berjalan lancar dan Kriss beserta kawan-kawannya pasti akan segera dihabisi, namun kenyataan malah terjadi sebaliknya, kini pengakuan tersebut malah membuat keadaan Leonard semakin terpojok, sehingga Leonard jadi mati kutu dan sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.  Lalu dia mulai terkulai lemas dan berlutut. Leonard sudah pasrah dan menyerahkan dirinya untuk ditangkap, dengan bukti berupa pengakuan kejahatan, yang kini sudah ada di genggaman tangan Kriss. Jebakan yang telah dipersiapkan oleh Leonard di gedung itu rupanya tidak ada gunanya sama sekali, dan sekarang malah dirinya’lah yang sudah terkena oleh jebakan dari Kriss. Bagaimana bisa Kriss melakukan itu semua? Dan darimana dia bisa mempunyai koneksi dengan Tuan Hendry Danu? Sehingga dia bisa mempersiapkan jebakan tersebut. Temukan jawabannya dalam Part selanjutnya, The Big Reveal.  Berlanjut ke God Apps (ORIGIN) part 7
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD