bc

Game Changer

book_age18+
58
FOLLOW
1K
READ
dark
system
straight
bold
witty
expert
game player
magical world
MMORPG
dungeon
like
intro-logo
Blurb

Erlangga adalah CEO muda yang memiliki tunangan selebgram terkenal. Sebentar lagi mereka akan menikah. Namun, tiba-tiba keduanya dibawa ke dunia lain yang bernama Nusantara. Itu adalah dunia lain dengan konsep serupa game yang memiliki 34 dungeon dipenuhi monster. Untuk bisa pulang dari sana, para penjelajah harus menaklukan 34 dungeon tersebut.

Karena suatu kejadian, Erlangga terpisah dengan tunangannya. Maka ia membulatkan tekad juang. Ia meningkatkan level bukan hanya untuk menaklukan dungeon, tapi juga demi bertemu kembali dengan tunangannya.

chap-preview
Free preview
Dungeon Tutorial (Part 1)
Padahal tadi siang langit cerah tak berawan. Siapa sangka malamnya hujan lebat mengguyur arus balik dari puncak Bogor. Angin bertiup seperti kesetanan dan petir menggelegar. Erlangga dan Nabila yang sedang mengendarai motor matic itu pun kebasahan. Erlangga buru-buru mencari tempat berteduh. Begitu melihat sebuah reklame motel yang menyala violet, ia segera menepi ke sana. Kedua orang itu berlari masuk ke lobi. Sang pemuda melepas jaketnya lalu mengibas-ngibas pelan untuk merontokkan bulir air yang menempel. “Huff… Dingin…” rahangnya menggigil. “Kayak ada yang lagi nuang isi ember dari langit nggak, sih?” Namun, yang diajak bicara tidak merespon. Nabila, gadis itu, malah tersenyum-senyum kepada Erlangga. “Iiih, Angga sekarang kamu sudah berani ya..?” ucapnya seraya memilin-milin ujung rambutnya yang basah. “Kok aku dibawa ke motel sih? Kamu kan sudah janji ke Papah mau mulangin aku nggak pakai nginep-nginep?” Mendadak wajah Erlangga menjadi kaku. “E—e—bukan gitu!” serunya. “Kan sekarang hujan—kita kan cuma berteduh!” “Ooh…” Nabila mengangguk-angguk dengan mulut membentuk huruf O. “Tapi kalau dipikir-pikir, pantesan kamu nggak mau bawa mobil. Pasti sengaja deh, nungguin hujan biar punya alasan neduh di motel.” “Kan—kan kamu yang ngajak naik motor!” Wajah Erlangga yang tadinya pucat kedinginan sekarang mulai merah. “Tapi aku sih ya nggak masalah,” Nabila mendekati Erlangga. “Yang penting kamu mau tanggung jawab.” Gadis itu mendekatkan wajahnya lalu mengedipkan sebelah matanya. Erlangga makin terdesak. Dan tiba-tiba Nabila tertawa. “Hihihihihi!” Ia cekikikan sampai memegangi perut. “Kamu lucu, masih kaku aja dibecandain begitu.” Dada Erlangga langsung mencelos. Tentu saja itu cuma bercanda. Ia merasa bodoh karena tiap kali selalu termakan candaan Nabila. “Eh-Em!” Tiba-tiba resepsionis motel batuk. Wanita single itu kelihatan kesal melihat pemandangan di depannya. “Maaf Mbak, numpang berteduh sebentar ya…” ucap Erlangga sembari menggaruk-garuk belakang kepala. Sang resepsionis tidak menjawab, kembali bermain handphone. Erlangga mengajak Nabila duduk di kursi kayu sambil mengamati hujan yang turun membasuh kenangan. Mereka bisik-bisik cekikikan. “Tuh Mbaknya marah gara-gara kamu!” “Kamu sih bukannya langsung check-in, hihi!” Memang keduanya sudah bertunangan, tapi mereka tak pernah melanggar norma. Erlangga selalu menemui ayah Nabila sebelum mengajak gadis itu jalan, dan selalu memulangkannya sebelum jam sembilan malam. Tapi, mungkin kali ini akan jadi pertama kalinya Erlangga melanggar janji. Satu jam berlalu, dan hujan masih lebat. Pemuda itu menelan ludah saat melihat jam di layar handphonenya. “Udah, nggak apa-apa, Papah pasti ngerti kok,” ucap Nabila yang menyadari kekhawatiran Erlangga. Sayangnya pemuda itu tak setuju. Ayah Nabila memang galak. Ketika kumisnya sudah bergoyang-goyang, saat itulah kemarahannya lebih seram dari raksasa. “Mudah-mudahan,” Erlangga mendesah pasrah. “Tapi kamu yang pertama, sih,” lanjut Nabila, “yang berani ngomong sama Papah. Mantanku ada yang tatoan tapi kalau diajak nemuin Papah langsung kicep.” Erlangga mengangguk. Namun, dalam hatinya berkata, Aku bukan berani, cuma sudah berteman dengan rasa takut. “Hatsyi!” Tiba-tiba Nabila bersin pelan. “Hatsyi! Hatsyi!” Erlangga baru sadar, sebenarnya sejak tadi gadis itu pasti sudah kedinginan. “Mau check-in dulu?” tanyanya. Mendadak Nabila bengong. “Bukan! Jangan mikir yang aneh-aneh!” seru Erlangga. “Maksudnya check-in sampai hujannya reda! Biar bisa mandi atau istirahat dulu, gitu!” “Oh, iya, iya, hehe.” Nabila menjulurkan lidahnya. Erlangga lekas berbicara dengan resepsionis, tapi ternyata hanya tinggal satu kamar yang kosong. Lokasinya paling ujung lorong, yang lampu depannya agak remang-remang. Pemuda itu masuk, lalu meletakkan handphone dan dompet di atas meja. Ia menjembreng jaketnya di kursi. “Aku mandi dulu ya,” ucap Nabila seraya merogoh-rogoh isi tas ranselnya. “Takut masuk angin.” “Emangnya kamu bawa perlengkapan mandi?” Gadis itu menatap Erlangga lalu menyunggingkan senyum, “Bawa dong.” Erlangga mengusap keringat dingin di dahinya. Sepertinya sejak awal tunangannya itu memang sudah berniat check-in. Nabila masuk ke kamar mandi. Erlangga rebahan di kasur. Terdengar suara air pancuran yang mengalir. Aroma sabun yang harum menghambur keluar. Ini berarti gadis itu sedang menggosok tubuhnya yang tanpa busana. Imajinasi Erlangga mulai melayang. Dadanya berdebar-debar. Ini pertama kalinya mereka berada dalam satu kamar seperti ini. “Apa yang kupikirkan!” Ia mengetuk-ngetuk dahinya sendiri. Ia bisa dibunuh Om Doni kalau berani macam-macam pada Nabila. Toh rencananya begitu Nabila lulus kuliah mereka akan melangsungkan pernikahan. Kemudian pintu kamar mandi terbuka. Nabila keluar dari sana, mengenakan kaos putih dan celana booty shorts hitam. Rambutnya masih diikat cepol hingga tengkuknya yang jenjang terlihat. Dada Erlangga jadi berdebar lagi. Tatapannya seolah tak bisa lepas dari keindahan di hadapannya. “Mandi juga sana,” ucap gadis itu biasa saja seolah tak menyadari tunangannya sedang dipenuhi hasrat. Ia mencari remote lalu menyalakan TV. Ada sinetron yang sedang tayang. “Mandi? Sekarang apa nanti?” tanya Erlangga. “Sekarang aja,” jawab Nabila seraya duduk di pinggir kasur. “Tapi kalau mandi sekarang,” kata Erlangga, “nanti keringatan lagi.” “Kok keringatan?” Erlangga bangkit, lalu menarik bahu Nabila. Gadis itu pun terbaring di kasur. Kedua matanya terbelalak. Sang pemuda naik ke atasnya dengan bertumpu pada kedua tangan. Awalnya mereka hanya saling tatap. Erlangga mengamati kejernihan iris Nabila, alis matanya yang lentik, hidungnya yang mungil, dan bibirnya yang merekah. Sedang Nabila baru tersadar bahwa Erlangga pun pasti memiliki naluri binatang buas dalam dirinya. Ia bingung, sebab tak menyangka akan sampai begini. Ia cuma ingin sedikit menggoda. Akhirnya ia pasrah. Pandangannya sayu. Kemudian… “Oh iya! Aku mau telpon Om Doni dulu ya!” Erlangga melompat mundur, seolah kewarasannya mendadak kembali. “Mau bilang kalau di sini hujan, takut si Om khawatir.” Nabila cuma terdiam. “Handphoneku mana ya?” Erlangga merogoh-rogoh kantungnya. Nabila pun terkikik. Meski sekilas tampak canggung, di antara mantan-mantannya justru Erlangga lah yang paling jantan. Saat yang lain suka mencari kesempatan tapi cuma berani mengantar sampai depan gang, hanya Erlangga yang selalu memberi salam dan juga pamit pada ayahnya. Yang menarik adalah pada saat-saat tertentu jiwa CEO pemuda itu bangkit. Dan saat itu terjadi, tak ada satu pun di dunia ini yang mampu membuatnya gemetar. “Astaga, handphonenya kan di meja!” Erlangga menoleh. “Haha.” Ia melangkah ke sana. Ia hendak meraihnya. Namun… Saat jarak antara tangan dan jaketnya hanya terpaut sepuluh senti. Satu hal yang tidak masuk akal terjadi. Entah bagaimana, ia tak lagi berada di kamar motel. Tiba-tiba ia berada di sebuah ruangan besar yang asing. Pemandangan sekitarnya seperti klip film yang berganti. Atau mungkin dirinya yang berpindah tempat. Istilahnya adalah teleportasi, sebuah fenomena yang sering digunakan dalam film-film sains fiksi. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Rahangnya ternganga. Di sana, bersama dirinya, juga ada puluhan orang lainnya yang sama bingungnya. Mereka saling tatap dan menyuarakan pertanyaan serupa. “Ini di mana?”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rebirth of The Queen

read
3.6K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.8K
bc

Rise from the Darkness

read
8.2K
bc

Marriage Aggreement

read
86.9K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
707.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook