Erlangga memperhitungkan jarak antara dirinya dan sang Begu Ganjang. Ia tak boleh terlalu jauh agar tak tertinggal, tapi juga tak boleh terlalu dekat agar tak terdeteksi. Sekali melangkah, monster itu dapat menempuh jarak sepuluh meter. Artinya Erlangga harus setengah berlari untuk menyamai kecepatan langkahnya.
Pemuda itu juga meminta Yeri membuat jarak di belakangnya. Sebab gadis tersebut tak memiliki skill Cat Walk yang mampu menghilangkan keberadaan.
Tiba-tiba Begu Ganjang berhenti untuk berbalik arah. Erlangga buru-buru sembunyi. Ia berkamuflase di antara tanah dan kayu mati. Ia menunggu hingga benar-benar yakin tak berada dalam jarak pandang monster tersebut.
Begitu Begu Ganjang berlalu, ia bergerak lagi.
Penguntitan berlangsung cukup lama.
Sampai kemudian monster itu berpapasan dengan Begu Ganjang lain. Keduanya bertatapan. Salah satu di antaranya menggerung, lalu dibalas dengan gerungan pula. Kemudian mereka berjalan ke arah yang sama.
Erlangga tak bisa tidak membayangkan apa jadinya kalau ia dikejar oleh dua monster seperti itu. Ia mengelap peluh di keningnya.
Saat kedua Begu Ganjang berpisah, pemuda itu mengikuti Begu Ganjang kedua.
“Ayo!” Ia memberi aba-aba pada Yeri.
Begu Ganjang pertama mungkin akan kembali mengikuti jalur patrolinya di bagian luar hutan, sedangkan barangkali yang kedua ini wilayahnya lebih dalam.
Begu Ganjang ketiga muncul dari arah tak terduga. Tiba-tiba ia datang dari samping Begu Ganjang kedua. Erlangga spontan sembunyi di balik sebuah pohon yang cukup besar. Ia mengeratkan geraham, bersiap kabur andai monster itu sempat melihatnya.
Namun, mereka berjalan normal. Sepertinya ia tak terlihat.
Erlangga dan Yeri bergerak makin dalam, sembunyi dari Begu Ganjang keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh.
Kepadatan Begu Ganjang di hutan itu semakin tinggi. Mereka saling berlalu dengan hanya terpaut jarak seratus meter.
“Kamu nyadar nggak?” bisik Erlangga pada Yeri.
“Apa, Kak?”
“Mereka kayaknya muter-muter ngitarin sesuatu. Kurasa ‘sesuatu’ itu adalah yang kita cari.”
Yeri mengangguk.
Kedunya bergerak seperti ninja. Menuju pusat dari pergerakan monster-monster tersebut.
Lalu di antara hutan, ada sebidang tanah berbentuk lingkaran yang tak ditumbuhi satu batang pohon pun. Sebuah kotak kayu berdiri sendirian di tengahnya.
Ketemu.
Baik Erlangga maupun Yeri, mata keduanya berbinar.
Dada mereka berdebar-debar.
Itulah senjata yang dilindungi para raksasa Hutan Begu.
Senjata macam apa yang bersemayam di sana?
Erlangga akan segera mengetahuinya.
Ia mendekat.
Kotak itu terlihat sangat tua, tapi terbuat dari kayu yang keras. Bahkan rayap tidak akan mampu melubanginya. Panjangnya sekitar satu setengah meter dengan lebar delapan puluh senti.
Pemuda itu mengelus permukaannya.
“Mau buka bareng?” tanyanya pada Yeri.
“Kakak aja.” Gadis itu menggeleng, berdiri beberapa langkah di belakang Erlangga. “Kakak lebih pantas. Aku lihat aja.”
“Oke kalau gitu...”
Erlangga mencari pegangan. Setelah mantap, ia mengerahkan tenaga untuk mengangkat tutup petinya.
Dan seketika kedua matanya membelalak.
Rasa mual langsung mengalir dari lambung menuju tenggorokannya.
Di dalam kotak itu, teronggok jasad yang berlumuran darah. Kelopak matanya masih membuka.
Pemuda itu muntah.
Tapi, masalahnya bukan pada kotak yang harusnya berisi senjata malah berisi mayat. Masalahnya, mayat itu memiliki wajah yang familier. Ia juga mengenakan jaket biru yang sangat tidak asing. Seperti jaket yang dikenakan gadis di belakang Erlangga.
“Akhirnya ketemu!”
Pemuda itu refleks berbalik.
Yeri masih di sana. Kedua matanya membelalak. Seringainya lebar. Ada nuansa gila yang terpancar dari rautnya.
“Ap—ap—apa—ini—”
Erlangga memastikan sekali lagi. Ia melihat jasad di dalam kotak kayu. Memang benar, itu Yeri.
“Kutukan Begu Ganjang, ihihihihihi.” Yeri tertawa cekikikan. Seringainya makin lebar hingga menembus pipi. Kedua matanya membelalak sampai mau copot dari rongganya.
“Ku—ku—tukan—apa—” Erlangga tergagap. Tangannya berpegangan pada kotak kayu agar lututnya tak ambruk.
“Padahal… padahal… tadinya kami cuma nyari tempat berburu… ihihihi… Tau-tau orang sial itu datang, ngajak ngeparty… nyari senjata legendaris… Orang sialan! Orang Sialan! Ihihihi…”
Yeri meracau.
“Harusnya kami nggak ngikut!” Ia menepuk kedua pipinya. Seringainya menjadi kemarahan. Suaranya meninggi. Ia menjerit-jerit. “Harusnya kami nggak ngikut! Harusnya kami nggak ngikut!”
Erlangga masih tak tahu apakah Yeri manusia, hantu, atau monster. Tapi yang jelas, teriakannnya akan memancing para Begu Ganjang.
“Jadi—terus—apa yang terjadi?” potong Erlangga.
“Orang sial… orang sial itu… ngajak kami ke sini… Ke tempatmu berdiri… Kami buka kotak kayunya… Isi mayatnya… Terus…”
“Terus?”
“TERUS BEGUNYA DATANG! DATANG! DATANG! DATANG!!!”
Yeri berteriak keras sekali. Gendang Erlangga sampai berdengung. Ia melindungi daun telinganya dengan telapak tangan.
Dan apa yang ditakutkan Erlangga terjadi.
Teriakan Yeri segera dibalas oleh suara gemuruh di kejauhan. Suaranya keras dan bernada rendah. Disusul oleh suara-suara lainnya. Para Begu Ganjang, mereka bersahut-sahutan. Hutan sunyi itu berubah menjadi orkestra kematian bagi sang pemuda.
Detik berikutnya, bumi berguncang. Seperti gempa. Belasan Begu Ganjang melangkah bersamaan ke kotak kayu—tempat Erlangga berada.
“Mereka membantai kami!” teriak Yeri. “Sialnya… di antara semua… aku yang dipilih Begu Ganjang! Aku yang nerima kutukan! Mayatku dimasukin ke kotak kayu ngegantiin mayat orang sial itu! Sekarang aku jadi penunggu hutan… penunggu hutan… nyari orang baru buat ngegantiin… Kau! Kau! Kau! Penunggu hutan ini berikutnya! Ihihihihihihi!”
Erlangga merinding.
Ia tertipu.
Ia terjebak.
Ia terperdaya.
Dulu ia dikhianati Jono.
Sekarang ia akan menjadi tumbal Hutan Begu!
Tubuhnya merinding.
Bagaimana caranya selamat dari semua ini?
Semua karena keserakahannya—
[Quest Rahasia Terbuka!]
Tiba-tiba notifikasi muncul di hadapannya. Ia memelototi tulisannya baik-baik. Jelas-jelas tertulis [Quest Rahasia]. Dalam game RPG, Quest adalah semacam misi yang biasa diberikan pada pemain. Jika menyelesaikannya, pemain bisa mendapatkan hadiah berupa uang, item, atau exp. Sementara Quest Rahasia adalah quest yang biasanya baru terbuka melalui cara-cara tertentu yang tak umum diketahui.
Erlangga menekan notifikasi tersebut.
[Quest Rahasia : Kutukan Hutan Begu]
[Tugas : Bertahan hidup di Hutan Begu selama 24 jam]
[Hadiah : Senjata Legendaris dari Hutan Begu]
Ia membacanya berulang-ulang, meyakinkan dirinya bahwa itu bukan halusinasi.
Karena berarti ia tidak tertipu.
Ini adalah bagian dari sistem.
Ini adalah cerita [Side Quest] yang ia dapatkan karena memasuki hutan ini dan bertemu Yeri. Mungkin gadis itu adalah [NPC—Non Playable Character], yaitu karakter yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan sebagai pendukung sistem.
Pemuda itu pun tersenyum. Lalu tertawa.
“Kamu bukan hantu!” Ia mengacungkan telunjuknya pada Yeri. “Kamu NPC, ya?!”
Gadis itu menunjukkan ekspresi heran, tak tahu apa yang dibicarakan Erlangga.
“Dengerin, ya!” Pemuda itu bertolak pinggang dengan mantap. Lalu ia menepuk dadanya keras-keras. “Aku akan keluar dari hutan ini, dan ngebawa pulang senjata legendarisnya!”