bc

Since 2009

book_age16+
25
FOLLOW
1K
READ
goodgirl
badgirl
sweet
bxg
lighthearted
highschool
first love
school
friends
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Kisah kasih lima murid di sekolah menengah atas. Campuran cinta, persahabatan, kekeluargaan dan pengorbanan jadi racikan khas untuk memenuhi album kenangan di masa depan. Lika-liku hidup yang misterius, dapatkah mempertahankan persahabatan itu?

Dua ribu sembilan adalah tahun perubahan yang penuh dengan perkembangan teknologi. Beberapa daerah di Indonesia masih harus menyesuaikan diri dengan canggihnya teknologi yang datang. Penggunaan komputer, pengenalan internet, aplikasi berkirim pesan dan inovasi ponsel pintar. Semua ini menemani mereka bertumbuh dan melewati masa SMA.

#Since2009

*Pesan penulis :

- Cerita ini hanya fiktif belaka

- LightCyan -

chap-preview
Free preview
1. Terjebak Pak Anja
______Kita, seperti takdir_____  _______Kita, takdir tentang aku, kamu dan kita______  | T2-OK  | [2009]  Beberapa orang tidak menyadari bahwa sekolah adalah tempat yang sangat mengasyikkan. Kesadaran akan hal ini muncul saat seseorang tak lagi bersekolah. Hmm, bisa juga saat hari libur berkepanjangan yang membuat badan lelah dan rindu sekali bertemu dengan teman sekolah.  Tahun 2009 menjadi tahun dimana teknologi berkembang pesat dan perlahan-lahan terjadi perubahan dari manual ke digital. Penggunaan ponsel pribadi masih dilarang di sekolah-sekolah. Ponsel nokia yang sedang ngetren itu dianggap sebagai pengganggu berjalannya proses belajar mengajar yang efektif. Namun, sekolah tetap saja sekolah. Dunia tak bisa berpisah dari orang-orang yang melanggar peraturan. Ketahuilah bahwa ini adalah cara Tuhan menjaga keseimbangan ekosistem. Anak yang baru memulai masa SMAnya tidak tahu tentang keseimbangan ini. Itulah gunanya mereka belajar. Seperti anjuran pemerintah yang sering digaungkan sampai merasuk ke dalam sanubari yaitu Wajib Belajar Sembilan Tahun.  SMA N 1 Palang Merah atau yang sering dijuluki Smansa itu tampak ramai dengan murid yang baru saja tiba. Murid kelas 10 memiliki seragam yang putihnya masih berkilau seakan-akan itu menjadi filosofi bahwa mereka adalah calon pemilik masa depan bangsa. Sekolah ini menjadi incaran untuk mereka yang ditolak dari sekolah unggulan atau mereka yang memiliki kapasitas otak rata-rata manusia biasa.  Seorang lelaki paruh baya yang tingginya biasa saja hendak menutup pintu gerbang. Saat pintu gerbang itu ditutup maka tak ada lagi kesempatan kedua bagi yang terlambat. Pengecualian bagi mereka yang bisa terbang atau memanjat dinding sekolah yang tinggi dan penuh duri.  "Pak, tolonglah. Ijinkan kami masuk. Ini juga telatnya cuman lima menit." bujuk Josen dari balik pintu gerbang yang hendak ditutup. Lovi hanya berdiri dengan tampang tersedih yang ia punya. Ia tak seperti Josen yang punya jiwa influencer cukup mumpuni.  "Walau cuma lima menit tapi tetap saja namanya terlambat."  Tak berapa lama, muncul tiga orang siswa lagi. Mereka sama khawatirnya dengan Lovi dan Josen. Jaman ini adalah saat dimana orang tua begitu kejam menghadapi anak-anaknya. Jika guru mengomeli mereka di sekolah maka orang tua akan menambah omelan di rumah. Sinkronisasi yang begitu natural.  Pak Anja, pria paruh baya yang hendak menutup gerbang itu tampak berpikir. Ia mengamati lima siswa yang kini terjebak di luar sana. Rasanya ia sedang menentukan solusi terbaik yang menguntungkan kedua belah pihak.  "Bapak kasih kesempatan karena kamu, Josen. Dengan satu syarat."  Mereka berlima akhirnya masuk. Walau dengan langkah gontai karena syarat dari Pak Anja adalah sebuah p********n. Ia tak lebih baik dari penjajah Jepang yang dulu menanamkan sistem kerja paksa.  "Kau gila Jos? Ini sama saja bunuh diri." keluh Lovi tak terima.  "Betul kata Lovi. Kau kenapa setuju sih? Kita akan diperbudak sampai lulus nanti."ucap Aya, gadis disamping Lovi.  "Kalian itu cewek tidak tahu terima kasih. Ini tuh syarat bagus, kita bisa telat setiap hari. Istilahnya ya, kita punya bekingan."seru Adong, cowok bercelana kuncup yang entah kenapa tampak seperti preman pasar.  "Bodo amat. Terlanjur basah. Nanti aku kabarin lagi. Ini upacara mau mulai."  Begitulah awal mula pertemuan yang tak diduga. Upacara berjalan dengan baik walau beberapa orang pingsan dan dilarikan ke UKS. Pingsan di lapangan upacara menjadi memalukan bagi sebagian orang tapi untuk sebagian lagi ini adalah kesempatan emas untuk tidak ikut upacara j*****m ini. Pemimpin upacara yang tak tau diri itu tak peduli dengan teriknya mentari. Ia akan tetap berkoar seperti serigala di hutan rimba.  "Ini gila Lov. Aku gak mau berkebun di sekolah. Apa-apaan sih Pak Anja."keluh Aya.  "Ay, menurutku malah bagus. Kita bisa telat sesuka hati. Setiap hari kita hanya perlu menanam jagung dan merawatnya sampai berbuah. Itu gak susah."  "Andai perilaku Pak Anja bisa dilaporkan ke dinas pendidikan."  "Itu sama aja dengan bunuh diri. Kita sendiri yang setuju."  "Iya juga sih."  "Ngomong-ngomong, kau kenal cowok tinggi yang tadi sama kita? Kok aku gak pernah lihat ya."  "Oh, kalau gak salah namanya Avius. Dia itu misterius dan susah didekati."  "Loh, kenapa?"  Aya hanya mengangkat bahunya mengisyaratkan bahwa ia tak tahu apa-apa. Guru yang tak ditunggu-tunggu itu akhirnya datang. Pelajaran akan dimulai di kelas 10E. Aya mendengarkan dengan baik walau inti dari pembelajaran ini sangat membosankan. Lovi sibuk mencoret-coret halaman belakang bukunya yang sudah seperti cakaran ayam. Entah mengkhayal sesuatu atau mulai merancang masa depan yang diiginkan seorang anak remaja yang masih pemula untuk memikirkan hal itu.  Bel istirahat seperti pintu surga yang meningkatkan kebahagiaan. Buku-buku yang berserak diatas meja siap untuk ditutup. Lovi langsung merangkul Aya ke kantin. Rasa lapar Lovi sudah tak terbendung lagi. Saat kakinya keluar dari ruangan kelas, ia dihalau oleh Josen. Tak hanya Josen, tapi juga ada Adong dan Avius yang berdiri tak jauh dari tempat Josen berdiri.  "Kita dipanggil Pak Anja." ungkapnya kemudian.  "Aku sangat lapar. Apa gak bisa setelah makan dulu Jos?" bujuk Lovi dengan muka manyun.  "Ini gak akan lama. Sudahlah ayok!"  Lovi dan Aya mengikuti tiga lelaki itu untuk pergi ke kantor guru. Lovi mengelus-elus perutnya yang sudah konser tunggal sejak tadi pagi.  Pak Anja tersenyum menyambut kelima siswa itu. Kumisnya yang terawat tampak menunjukkan eksistensi diri. Dari wajah itu, hanya kumis itulah yang jadi perhatian Lovi. Matanya tak bisa beralih dari letak kumis yang menyeimbangkan diri di wajah Pak Anja. Lovi bertanya-tanya dalam hati, bagaimana bisa kumis itu bertumbuh selama ini? Mungkinkah Pak Anja memupuknya?  "Kalian tentu sudah tahu kenapa bapak memanggil kalian. Kebetulan bapak punya tugas untuk mengurus taman yang di sebelah lab biologi. Saya sangat bingung, bagaimana cara mengurus taman itu disaat saya bukan seorang wali kelas."  Pak Anja diam sejenak berharap ada yang memberikan respon. Ternyata semuanya diam membatu.  "Oleh karena itu, saya mau kalian yang mengurusnya. Kalian bisa telat sesuka hati, bapak akan catat nama kalian di buku agar guru piket tetap membiarkan kalian masuk. Bapak kasih saran, kalian bisa menanam jagung di sana. Kamu namanya Adong Doi kan?"  Adong mengangguk seperti orang bodoh.  "Saya kenal orang tua kamu itu petani berdasi. Bilang sama mereka, saya minta bibit jagung. Tugas kalian adalah menanam jagung itu sampai di panen. Saya rasa itu tidak berat. Kalian hanya perlu dua kali seminggu memperhatikannya. Saya juga akan bantuin."  "Berarti ini tuh kayak ekstrakurikuler ya Pak?"tanya Lovi polos.  "Apaan, mana ada ekstrakurikuler menanam jagung." ledek Josen. Semua tertawa kecuali Lovi yang merasa dipermalukan.  "Gak seratus persen salah juga sih, anggap saja ini ekstrakurikuler."  "Pak,,,"seru Avius ragu. "Apa saya bisa request hari? Kebetulan saya ada kegiatan dua kali setiap minggu."  "Tentu saja bisa. Apakah ada pertanyaan lain?"  Semuanya menggeleng.  "Baik. Kalian bisa istirahat."  Lovi dan Aya langsung lomba lari ke kantin. Ia tak peduli dan meninggalkan mereka yang sedang berjalan lambat.  "Av, bisa minta nomor hp mu?" tanya Josen pada Avius. Diantara mereka yang terjebak Pak Anja, hanya Avius yang tampak tak berteman. Walau Josen sekelas dengannya tapi mereka tak begitu akrab. Avius memang tampak individualis. Josen memberi ponselnya dan Avius mengetikkan nomornya. Anak itu segera kembali ke kelas.  "Aku heran, kenapa dia betah di kelas dan tak kemana-mana."  "Sudahlah. Ayok ke kantin."  "Bosan Jos. Keluar aja gimana?"  Josen mengangguk. Mereka berjalan keluar dari lingkungan sekolah. Kota Nestapa memang terkenal sebagai daerah dengan jejeran sekolah yang banyak. Tepat di sebelah SMA N 1 Nestapa terdapat SMA N 2 Nestapa yang dianggap sebagai sekolah terbaik di kota ini. Bahkan sekolah yang sering disebut Smandu itu terkenal sampai ke seluruh Indonesia. Smandu terbagi atas dua kategori. Kategori pertama adalah mereka yang tinggal di asrama atau disebut sebagai unggulan. Kategori kedua adalah mereka yang tidak tinggal di asrama. Tentu saja mereka selangkah diatas Smansa. Smansa hanya dipenuhi anak-anak nakal. Selain itu, ada juga sekolah SD dan SMP yang berjejer. Begitulah lingkungan sekolah yang terlihat jelas perbedaannya.  "Hei Jos."sapa seseorang yang baru saja melewatinya. Josen hanya tersenyum kecil.  "Dia siapa?"  "Aku bisa gila Dong. Dia itu mantannya Lovi."  "Terus kenapa gila?"  "Kau tahu, waktu mereka pacaran aku selalu jadi bodyguard. Perasaanmu gimana, sekarang mereka putus. Aku merasa gak nyaman aja."  "Oh jadi dia yang namanya Raga?"  "Kau kenal dia Dong?"  "Engga. Beberapa orang menggosip kalau Raga putus sama Lovi gara-gara kau."  "Gosip apaan itu!!"  "Tapi beneran, kau gak ada sesuatu sama Lovi?"  "Gak mungkin Dong. Dia itu bukan tipeku."  "Lalu kenapa kalian selalu berangkat sekolah bareng?"  "Kami tinggal serumah."  "Wuahhh, ini lebih gila dari yang kubayangkan."  "Otakmu gunakan sedikit Adong. Aku tinggal di kosan tantenya dia. Kenal sama Bu Mira kan?"  "Guru geografi?"  Josen mengangguk. "Dia itu tantenya Lovi." lanjutnya.  Adong berjalan dengan otak yang sedang berpikir. Selama enam bulan berjalan di bangku SMA ternyata ia belum mengenal Josen dengan baik. Adong hanya tahu bahwa Josen tinggal ngekos karena rumahnya jauh entah dimana. Gosip-gosip yang tadinya terdengar masuk akal kini seperti sampah yang tak berguna. Kebenaran memang tidak bisa jauh dari kehidupan manusia. Walau bagaimanapun atau selama apapun itu terkubur akhirnya pasti akan terungkap. Adong dan Josen kembali ke sekolah setelah memilih cemilan yang enak untuk dimakan.  Give me your vote and comment if you like it! .......................................... STAY TUNE FOR THE NEXT

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.9K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook