2. Bersama Memulai Kisah

1596 Words
______Kita, dipertemukan dalam kebersamaan______  _______Kita, berharap berakhir dalam kebersamaan_______  | SM*SH - I Heart You | Hari pertama p********n akhirnya tiba. Pak Anja dengan badan tegapnya berdiri di sisi taman sembari menanti murid kesayangannya datang. Tak butuh waktu lama baginya anak-anak itu akhirnya datang. Setelah berdiskusi maka ditentukan hari mereka harus berkebun adalah setiap selasa dan kamis. Ini akan menjadi kesempatan emas bagi Adong karena ia memang hobby telat.  "Ini adalah bibit jagung yang siap di tanam. Untuk hari ini kalian cukup menanam saja. Untuk pembersihan lebih lanjut nanti hari kamis aja ya."  "Iya pak!!"seru mereka serempak.  "Oh iya, saya duluan ya. Saya harus menghadiri pesta habis ini. Kalian tolong selesaikan."  Tak ada yang membantah karena sudah terlanjur basah.  "Akhirnya. Aku bingung sama Pak Anja, kalau dia mau dapat jagung kenapa tak pesan sama mamaku saja."ucap Adong sambil meneguk air putih kemasan yang disediakan Pak Anja.  "Heh, dia harus punya bukti bahwa lahan ini berfungsi. Makanya kita disuruh Dong."sanggah Aya.  "Ya, lagi-lagi ini masalah tanggung jawab."balas Josen.  "Hey, Avius. Menurutmu gimana?"tanya Lovi penasaran.  "Hah? Gak masalah sih, toh hari selasa kamis aku bebas."balasnya.  "Emang kenapa dengan hari lain?"tanya Josen.  "Ahh, gak papa. Aku hanya lebih bebas di hari itu."  "Ku kira kau kerja sambilan. Kayak yang di tv gitu."  "Otakmu dimana Lovi, di kota sekecil ini mana ada kerja sambilan. Dan kalau ada, rasanya anak sekolah dilarang."ucap Adong.  "Lovi gak salah juga sih. Aku pernah dengar kalau guru kita yang punya ladang membayar beberapa rupiah untuk siswa yang mau bantuin."jelas Aya.  "Ya, tapi itu gak berlaku untuk orang kaya seperti Adong."ucap Josen.  "Kau jangan fitnah Jos."balas Adong sambil tertawa.  Semuanya bersiap untuk pulang. Setelah berkemas, mereka keluar gerbang sekolah bersama-sama. Kini jumlah pelajar yang berjalan di trotoar Jl.Nestapa tak sebanyak biasanya. Mereka hanya menemui pelajar berseragam putih abu-abu yang tentu saja anak sekolah Smandu. Smansa punya seragam yang berbeda yaitu putih biru. Seragam yang berbeda semakin menonjolkan betapa berbedanya kedua sekolah yang bersebelahan itu.  "Jos duluan aja. Aku mau ke warnet sama Aya." ucap Lovi sambil berjalan hendak ke warnet Loyal XP langganannya.  "Jangan kelamaan. Entar dicariin."  Lovi tak peduli dengan ceramah itu. Intinya dia sudah minta izin ke tante Mira kalau ia disuruh Pak Anja untuk berkebun di sekolah.  "Jos, kamarmu deketan gak sama Lovi?" tanya Adong ketika mereka hampir menyelesaikan trotoar sekolah dan kini akan memasuki jalan besar perlintasan antar daerah.  "Astaga Dong, otakmu ya. Dia itu tinggal serumah sama Bu Mira. Sedangkan aku tinggal di rumah belakangnya yang disediakan untuk anak kos. Sampai sini ngerti gak?" jawab Josen tegas. Menyebalkan juga ditanyain terus. Avius hanya tertawa meski tak tahu apa yang mereka bicarakan.  "Aku hanya penasaran. Santai bro!"  "Eh, aku duluan ya." seru Avius pamit. Josen dan Adong mengangguk. Avius menghilang dari pandangan mata dibawa oleh angkutan umum berwarna merah. Angkutan itu menandakan bahwa tempat tinggalnya masih berada di sekitar jalan Nestapa.  "Kau dijemput lagi?" tanya Josen.  "Kagak. Aku mau ngerokok dulu. Duluan aja sana."  Josen berjalan ke arah yang berlawanan dengan Avius. Ia berjalan karena rumah tante Mira tak begitu jauh dari sekolah. Adong sendiri punya kebiasan buruk yang kini menjadi candu. Ia menjadi perokok aktif sejak SMP. Anak yang terlalu di manja itu terjebak kebiasaan yang sulit diubah.  Warnet Loyal XP menjadi warnet kesayangan Lovi dan Aya. Warnet itu dijaga oleh bapak-bapak paruh baya yang perutnya buncit. Kedua siswi SMA itu tidak mau ke warnet sebelah yang dijaga oleh pemuda genit yang suka ngegodain cewek-cewek manis seperti mereka. Pada jaman ini warnet berfungsi banyak untuk f******k-an atau main game online. Ponsel pintar yang bisa internetan hanya dimiliki oleh orang kaya. Ponsel nokia yang menjamur hanya mampu mengirim SMS, telepon dan mendengarkan radio. Walau memang beberapa sudah memiliki kamera, tapi Lovi hanya pasrah dengan ponselnya yang busuk.  Hal pertama yang Lovi cari adalah pengguna f******k dengan nama Avius. Hanya sekali cari ia berhasil menemukannya. Ia langsung mengirim permintaan pertemanan. Kemudian Lovi mendownload lagu band kesukaannya Westlife. Selain itu ia juga mencari informasi tentang band itu. Lagu-lagu itu akan ia simpan di Flashdisk dan bisa didengarkan waktu nanti di lab komputer sekolah. Setelah sibuk dalam waktu satu jam ia beranjak ke bilik Aya berada.  "Buruan Ay, ngapain lagi sih?"  "Sabar ya Lov, ini tinggal mindahin lagunya Smash."  "Kau kenapa sih suka banget sama Smash. Boyband gak jelas!!"  "Mulutmu Lovitha Rasella!! Jangan coba-coba menghina idolaku."  "Sekarang aku tanya, kau suka apa dari Smash? Band yang cuman ngajarin gimana rasanya cenat cenut doang. Aku waktu sama Raga bahkan gak pernah cenat cenut."  "Aku suka Morgan. Dia itu ganteng banget Lov. Dan untuk mantan mu itu, siapa suruh pacaran kalau gak suka?"  "Iya sih."  "Kau ngomel aja ini lagu udah kepindah semua. Yuk, let's go!!"  ***** Lovi keluar rumah dari pintu belakang dengan muka manyun. Ia memakai kaus kaki dan sepatu di teras rumah. Ia langsung berjalan cepat. Di sana ada Josen yang menunggunya berangkat bareng. Josen buru-buru mengambil minyak rambut yang ia tebus murah di warung sebelah.  "Kau kenapa lagi?"tanyanya melihat wajah Lovi yang terlihat masih kesal.  "Aku bete. Rasanya ingin pergi dari rumah itu. Sumpah Jos, tinggal di rumah saudara itu benar-benar gak enak."  Josen sangat paham dengan keadaan Lovi. Ini kesekian kali cewek itu marah-marah karena keadaan rumah. Katanya ia tertekan batin tinggal di rumah tantenya sendiri tapi disisi lain ia juga gak bisa pindah semudah itu. Lagi-lagi orang tua jadi alasannya.  "Sabar aja. Tiga tahun itu gak lama."  "Aku bisa stress Jos. That's why aku lebih suka sekolah walau banyak tugas."  "Eh, kita kenapa buru-buru sih. Harusnya kita telat aja, biar Pak Anja tau rasa." lanjut Lovi mengingat pekerjaan mereka kemarin."  "Heh, kau sih enak. Aku ketua kelas bisa jadi bahan gosip." ucap Josen tak terima. Ia mempercepat langkahnya.  Lovi setengah berlari karena takut ditinggalkan. Ia masih heran kenapa Josen identik banget dengan status ketua kelas. Sejak dulu dia sudah sering jadi ketua kelas. Mungkin dia punya ilmu gaib yang mempengaruhi orang-orang dikelas.  "Hai Av!!!" teriak Lovi saat melihat Avius berjalan lambat. Josen sudah semakin jauh dan Lovi sudah tidak perduli.  "Hey Lovi." ucapnya sambil tersenyum.  Dalam pikiran Lovi, Avius itu anak yang memiliki tingkat kerapian yang tinggi. Ia selalu tampak bersih dan rapi. Seragamnya tak seperti celana kuncup milik Adong. Bahkan jika dibandingkan dengan Lovi yang adalah seorang cewek, maka Avius masih jauh diatasnya.  "Kau kelas berapa sih?"  "Aku sekelas sama Josen Adong kok. 10 D."  "Oh, kirain beda kelas. Soalnya kalian kurang akrab keliatannya."  Avius tertawa. Ya, cowok itu memang terlihat kurang bergaul. Benar kata Aya, dia cukup misterius.  "Coba aja akrab sama mereka. Mereka aslinya baik kok walau kadang aneh. Haha, Yaudah, aku ke kelas dulu ya!" seru Lovi sambil berjalan ke kelasnya.  Lovi berjalan ke kelasnya. Semua orang sedang sibuk mengerjakan tugas bahasa inggris. Lovi sudah mengerjakan semuanya jadi dia hanya duduk dan menikmati berlalunya waktu. Ia mencari-cari sosok Aya yang sedari tadi tak terlihat batang hidungnya. Ia kemudian mengecek ponselnya dan mendapat SMS dari Aya.  LOV, AKU GAK SEKOLAH. AKU DEMAM.  Lovi langsung bete. Hari ini akan sangat sepi tanpa Aya. Lovi sibuk menulisi bukunya dengan kata-kata bijak. Ia memang cukup dekat dengan teman sekelasnya tapi tiap orang sudah punya gandengan yang siap di ajak ke kantin. Baiklah, hari ini saja. Lovi akan makan sendirian.  Lovi ke kantin dengan keberaniannya karena perutnya sudah tak bisa diajak kerjasama. Ia memesan mie dan minuman dingin. Ia melihat makanan itu dengan wajah berbinar. Dan tak ia sangka seseorang datang dan duduk di depannya. Ia adalah Avius. Bukankah ini peningkatan drastis dari seorang Avius yang katanya tak pernah ke kantin?  "Boleh makan disini kan?"  "Yaaaaa...."  Dia duduk dengan roti yang baru saja ia beli.  "Av, kata Josen kau gak pernah ke kantin."  "Aku tadi diajakin sama mereka. Itu mereka lagi mesen."  Lovi melirik ke arah belakang. Ia melihat Adong yang sedang cekikikan dengan ibu penjaga kantin.  "Good job Av."  "Lov, Aya mana?" tanya Adong sambil mencicipi makannya dengan amburadul.  "Sakit dia."  "Jangan-jangan......."  "Jangan aneh-aneh deh."  "Jangan-jangan dia sakit karena kita kerja kemarin. Dia gak biasa kali megang tanah dan cangkul."  "Heh, Aya itu gak sekaya dirimu Dong."  "Zaman sekarang ya, orang miskin banyak yang tidak tahu bekerja."  "Pokoknya Aya gak gitu. Aya juga orang biasa kayak aku."  "Ngomongin apa sih kalian." seru Josen saat tiba.  "Seperti yang kau tahu, lagi-lagi Adong pamer harta."  "Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan Lov."  Mereka makan siang dengan lahap. Perut yang sudah terisi bisa meningkatnya cara kerja otak. Cara berpikir logis bisa muncul kembali.  "Lov, itu Raga ngeliatin." seru Josen tiba-tiba.  "Bodo ah."  "Gara-gara kau ya, aku sama dia kayak jadi musuhan juga."  "Siapa suruh."  "Astaga, aku kan gak enak jadinya sama dia. Kalian putus kayak perceraian di pengadilan agama."  "Kenapa kalian putus?"tanya Adong penasaran tingkat akut.  "Tebak coba!"tantang Lovi.  "Selingkuh."  "Udah ah, aku gak mau ngomongin dia. Entar temannya dengar."  "k*****t, aku tetap aja penasaran."keluh Adong kesal.  "Aku bakal ngasih tahu kalau kita udah panen."  "Lama banget LOVITHAAAA!!! Jos, kasih tahu please."  "Aku aja gak tahu."  "Hah?? Serius?"  "Makanya aku gak enak sama dia Dong, karena Lovi gak mau ngasih tahu."  "Udah ah, stop ngomongin aku."  Semua kembali menikmati makan siang yang nikmat itu. Tentu saja semua orang penasaran. Pasangan terbaik yang digadang-gadang selama ini kandas begitu saja. Namanya juga cinta monyet. Sangat jarang cinta monyet yang bertahan. Jika dilihat secara sistematis maka hanya 1% dari 10% yang bertahan. Sebenarnya Lovi tak mau membesarkan masalah ini, tapi terlalu banyak orang yang penasaran. Sebenarnya ia juga ingin mengakhiri hubungan itu dengan baik. Minimal ia tak musuhan dengan Raga. Rencana itu hanya bualan semata. Semesta seakan menginginkan mereka untuk berpisah dan acuh satu sama lain. Misteri illahi memang tidak disangka-sangka.   Support gue dengan vote comment kalian ❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD