"Cepat pergi dari sini!"
" Eyang kenapa gampang banget ngusir Mala? Apa Eyang emang nggak pernah sayang sama Mala?" Aku benar-benar tak percaya Eyang tega mengusirku.
" Kelakuan kamu yang bikin Eyang muak Mala! Kalau kamu masih ingin tinggal disini harusnya kamu tidak pernah bicara seperti itu!"
" Tapi Eyang nggak denger penjelasan Mala, harusnya Eyang nggak langsung percaya omongan Sandra!" aku masih tak terima.
" Jadi kamu mau bilang kalau aku bohong?" Sandra menyela.
" Sudahlah, Eyang sudah capek, sekarang kamu kemasi barangmu dan pergi dari sini!"
Tanpa membantah ataupun membela diri aku langsung berlari ke kamarku. Tangisku pecah seketika, bulir-bulir bening membasahi pipiku.
Tanpa menunggu lama aku nerbegas menuju lemari pakaianku. Kumasukkan baju-baju dan perlengkapanku kedalam koper. Kumasukkan dompet, ATM dan buku tabungan kedalam tasku. Setelah selesai kulangkahkan kaki ke lantai bawah, Eyang dan Sandra pasti tak sabar menunggu aku keluar dari rumah ini.
" Eyang, Mala pamit pergi. Semoga kalian puas dan bahagia setelah Mala pergi." ucapku sebelum melangkah keluar. Biar bagaimanapun hatiku tetap sakit walaupun mencoba tegar.
" Sudahlah.! cepetan pergi! udah bosen gue liat muka lo!" lagi-lagi Sandra biacara dengan sinis. Namun aku tetap abaikan, aku sudah tak perduli lagi dengan semua ucapannya.
" Silahkan Mala. Ingat jangan pernah temui Eyang dimanapun sampai batas waktu yang Eyang tentukan!" setelah berkata begitu Eyang pergi ke kamarnya. Aku sedikit tak paham dengan ucapan Eyang, juga tatapan mata Eyang yang tidak bisa kuartikan.
Entahlah, sebaiknya aku segera pergi dari sini. Aku harus mencari tempat tinggal dan mulai menyusun hidupku kedepannya.
Karena sudah kupastikan aku oasti tidak bisa lagi bekerja di resort keluarga.
***
Setelah berkeliling tidak jelas, akhirnya aku menghentikan kendaraanku disebuah tempat kost putri. Kelihatannya cukup nyaman untukku, meskipun sederhana tapi ku rasa cukup untukku. Aku memang dibesarkan Eyang tanpa kekurangan, tapi aku bukan anak manja. Jadi keluar dari rumah Eyang tidak terlalu membuatku kerepotan, yang penting masih bisa berteduh.
Setelah mengurus pembayaran dengan ibu kost, segera ku buka pintu kamar yang akan aku tempati. Hmmm.. Cukup lumayan, segera ku tata pakaian yang kubawa dan barang-barangku yang tidak seberapa. Hanya perlengkapan pribadi dan beberapa dokumen yang mungkin akan kubutuhkan.
"Mending cari makan dulu deh baru mikir selanjutnya mau ngapain." ujarku bermonolog.
Kuambil dompet dan keluar kamar, aku memutuskan jalan kaki saja sambil melihat suasana disekitar sini. Siapa tau aku bisa melihat-lihat barangkali ada lowongan pekerjaan.
Akhirnya sampai juga di warung makan, aku sengaja memilih makan di tempat yang sederhana meskipun tabunganku cukup lah untuk menganggur selama setahun atau dua tahun. Tapi aku harus bijak bin irit kalau perlu segera mendapatkan pekerjaan biar ada pemasukan lagi. Ya begitulah aku, mungkin untuk ukuran gadis aku terlalu perhitungan, tapi itulah prinsipku belanja sesuai kebutuhan bukan keinginan atau gengsi. Soal makan aku juga bisa menyesuaikan dengan siapa dan makan dimana saja, yang penting bersih.
" Bu, soto ayamnya satu porsi dan es jeruk satu ya."aku memesan makanan setelah mendaratkan bokongku di kursi panjang warung tenda ini.
Sambil menunggu pesanan aku iseng-iseng mencari lowongan pekerjaan diinternet, siapa tau aku bisa melamar.
" Ini mbak, silahkan." setelah beberapa saat akhirnya pesananku siap. Segera aku menikmati makananku.
Setelah menyelesaikan makan dan membayarnya aku pun kembali ke kost. Sambil mencari informasi lowongan kerja aku kembali teringat omongan dan tatapan Eyang padaku. Seperti ada yang Eyang sembunyikan dariku. Dan sikap Eyang juga tidak seperti biasanya. Ada yang aneh, tapi entahlah, mungkin hanya perasaanku saja. Lebih baik aku fokus menata hidupku dan tujuanku selanjutnya. Kalaupun ada yang disembunyikan Eyang suatu saat pasti aku akan mengetahuinya, aku akan mencari tau nanti. Semoga saja aku bisa melaluinya.
***
Tak terasa hari menjelang sore, semburat senja sudah menampakan pesonanya. Tapi aku masih berkutat dengan gawaiku. Mencoba peruntungan dengan mencari lowongan pekerjaan. Ternyata tak semudah yang ku bayangkan sebelumnya. Hmmm.. Tapi aku harus tetap optimis, aku harus buktikan pada mereka bahwa aku tidak akan mudah terpuruk. Meskipun sakit hati dan kecewa tapi hidup harus terus berlanjut.
"Akhirnya.." aku tersenyum senang, setelah beberapa jam akhirnya aku menemukan lowongan kerja yang cocok. Disebuah rumah makan didekat tempat kostku. Tidak terlalu jauh, jadi cukup dengan berjalan kaki saja. Aku memang mencari kerja yang berhubungan dengan resort ataupun resto, karena aku ingin menambah wawasan dan pengalamanku di bidang itu. Tak masalah posisi apapun, yang penting aku bisa menyerap ilmu disana. Sampai aku bisa mewujudkan impianku. Ya semoga saja aku diterima.
Segera kukirimkan CV dan application letter melalui email. Disana juga tertera kontak yang bisa kuhubungi. Semoga saja besok aku diterima setelah interview.
Ah senangnya... aku harus menyiapkan keperluan untuk besok. Kusiapkan pakaian, sepatu, dan hijab yang cocok untuk kekanakan besok. Agar besok aku tidak terburu-buru dan kelabakan sendiri. Sekarang aku harus menyiapkan segalanya sendiri.
Setelah selesai melaksanakan kewajiban, segera aku berbaring untuk istirahat. Aku harus terlihat segar besok, agar lebih meyakinkan dan diterima bekerja.
Disaat sendiri seperti ini aku teringat almarhum kedua orang tuaku. Andaikan mereka masih ada aku pasti tidak akan seperti ini. Sebatang kara seperti kertas yang tertiup angin tak tentu arah. Huuft... kalau terus berandai mungkin aku akan menhayalkan menjadi tuan puteri yang segalanya serba mudah dan tersedia. Tapi aku bukanlah puteri, aku hanyalah gadis biasa yang bermimpi besar meski tengah terluka.
Ah, lebih baik aku tidur saja daripada berfikir yang tidak jelas. Lagipula kalau bukan diri sendiri aku harus beegantung pada siapa. Lebih baik hadapi kenyataan walau pahit daripada terus berhayal yang tidak-tidak. Semoga esok kan lebih baik, sebaik mentari yang tak bosan menyambut pagi tanpa pamrih.