Diusir

1009 Words
Kulajukan mobilku pulang ke rumah, yang aku pikirkan saat ini hanya ingin segera mengurung diri dikamar. Entahlah, aku masih belum biaa menerima apa yang terjadi hari ini. Aku heran dengan sikap Eyang yang lebih memihak mereka. Apa salahku? padahal selama ini aku selalu berusaha bersikap baik pada mereka. Aku juga patuh saat Eyang memintaku untuk membantunya di resort. Aku juga menyayangkan sikap Sandra yang berubah drastis. Selama ini aku nggak pernah merasa menyakitinya. Tapi kenapa balasan ini yang aku dapatkan. Begitupun dengan Seno, selama ini dia bersikap sangat baik dan perhatian padaku. Dia sangat sopan dan cerdas. Aku merasa nyaman didekatnya. Itulah sebabnya saat dia mengutarakan perasaannya padaku aku menerimanya. Memang sikap nya akhir-akhir ini sangat aneh. Tapi aku masih berpikiran positif. Mungkin dia sibuk atau banyak urusan. Seno beberapa kali sempat meminta lebih dari sekedar nonton, dinner atau jalan-jalan, namun aku selalu menolak dengan halus. Aku pikir dia mau mengerti, ternyata malah dia berpaling dariku. Tapi kenapa harus dengan Sandra? apa tidak ada gadis lain? Setelah memasuki rumah setelah memarkirkan si Black ke carport aku langsung menuju kamar. Berendam air hangat sangat cocok untuk merilekskan pikiranku yang kacau. Ku buka pintu kamar, lalu aku menuju ke kamar mandi. Ku isi bak mandi dengan air hangat lalu setelahnya kutambahkan aroma terapy. Setelah kurasa cukup kulepas pakaianku lalu aku masuk ke bak mandi. Ahh... cukup menenangkan. *** Setelah menyelesaikan aktifitasku dikamar mandi, aku menuju tempat tidur. Ku ambil ponselku yang sedari tadi tampak berkedip-kedip. " Mala, sekarang kamu pasti menyesal kan nggak pernah mau nurutin apa yang aku mau? Sekarang sudah ada Sandra yang dengan senang hati selalu menuriti apa yang aku mau, aku harap kamu jangan pernah mengusik aku lagi." k****a pesan dari Seno. Hah, percaya diri sekali dia, siapa juga yang menyesal, justru aku bersyukur terlepas dari orang bermuka dua sepertinya. " Maaf ya Seno, aku sama sekali nggak pernah nyesel. Justru aku beruntung tau giamana kelakuan dan sifatmu sebenarnya." aku membalas pesannya. Tak lama balasannya muncul. " Nggak usah munafik deh, aku tau kamu pasti sekarang lagi nangis karna kehilangan aku kan, aku kasih kamu tawaran yang menarik, kalau kamu mau balik lagi ke kamu, turutin apa mau aku." Cuiiihh... jijik banget aku baca pesan dari nya.. Dia pikir aku terlalu dibutakan cinta, sorry aja ya. " Sudahlah, nggak usah ganggu aku lagi, kamu dan Sandra udah cocok kok, kalian pasangan yang serasi. Jadi jangan pernah usik atau ganggu hidup aku lagi!" Kubanting ponselku ke kasur, huft kok ada ua manusia kaya dia. Tak kuhiraukan pesan masuk darinya. Beraninya merendahkanku, sampai kapanpun nggak akan pernah aku menyerahkan diri pada laki-laki b******k sepertinya. Kumatikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Lebih baik aku istirahat yang cukup untuk menyambut esok pagi. *** Pagi ini aku melakukan aktifitas seperti biasa, setelah sholat subuh aku segera mengganti pakaian dan tak lupa ku pakai paahmina. Aku tak boleh terlihat kacau meskipun suasana hati sedang kurang baik. Kulangkahkan kaki menuruni tangha menuju ruang makan. Biar bagaimanapun aku tetap harus mengisi perut untuk sumber tenaga. " Pagi Mbok Jum, masak apa pagi ini mbok?" sapaku ramah pada Mbok Jum, orang yang berjasa merawatku sekaligus orang kepercayaan Eyang mengurus rumah ini. " Pagi juga Mbak Mala, ini simbok masak nasi goreng kesukaan Mbak Mala, makan yang banyak ya Mbak." Ucap Mbok Jum sambil tersenyum padaku. Mbok Jum memang lebih dekat denganku daripada uang lainnya. Terdengar suara langkah kaki dari arah tangga, ternyata Sandra dengan penampilanmya yang cukup berani menurutku. Dress tanpa lengan dengan belahan d**a cukup rendah dan tingginya diatas lutut. Hmm... aku hanya menghela nafas melihat penampilannya. " Pagi saudariku yang sedang patah hati, gimana tidurnya nyenyak?" sapa nya setengah mengejekku. Aku hanya tersenyum tanpa menjawabnya. Menghadapinya harus santai tak perlu terpancing emosi. " Eh, ditanya baik-baik kok nggak jawab sih, sakit gigi ya, atau emang sadar kalau emang nggak baik-baik aja." Sandra semakin gencar mengejekku. " Biasa aja tuh, toh aku juga nggak peduli."jawabku enteng. " Oh ya, aku nggak yakin tuh, pasti kamu nangis bombay semalaman, aku tau kamu sangat mencintai Seno, tapi sayanhnya Seno lebih milih aku tuh." " Denger ya Sandra, aku sekali udah nggak peduli sama kamu dan Seno. Terserah apa yang kamu bilang. Lebih baik aku fokus dengan urusanku di resort." jelasku pada Sandra. " Aku nggak yakin setelah ini kamu masih baik-baik saja." ucapnya lagi dengan senyuman menjengkelkan. " Apa maksudmu ngomong kaya gitu?" tanyaku tak mengerti maksud ucapannya. "Well, liat aja nanti." "Eyaaaaangg... huuu uu uu" tiba-tiba Sandra berteriak dan menangis. Aku terkejut dan tidak.mengerti kenapa dia tiba-tiba begitu. " Ada apa ini, kenapa kamu nangisNduk Sandra?" Eyang mendekat dan bertanya. " Ini Eyang, Mala marah-marah dan memaki-maki Sandra. Katanya Sandra perempuan nggak bener udah ngerebut pacarnya. Trus dia bilang Sandra p*****r Eyang.. Hiks Hiks." Sandra berbicara sambil menangis. " Benar begitu Mala?Tega kamu ya ngomong begitu pada Sandra!" seru Eyang. " Itu nggak bener Eyang, aku sudah nggak mikirin itu, aku juga nggak maki-maki Sandra." sangghahku tak terima. " Mala bohong Eyang, dia juga bilang kata nya dia capek ngurus resort tapi nggak dapat apa-apa. Dia juga bilang kalau Eyang pelit dan perhitungan, kerja kerasnya nggak dihargai." aku terkejut mendengar ucapan Sandra. " Bohong Eyang, aku nggak pernah ngomong begitu.. aku.." "Diam kamu!! jadi ini sifatmu yang sesungguhnya Mala?Tidak tahu terima kasih kamu, sudah Eyang rawat dari kecil jadi ini balasanmu sama Eyang?" ucao Eyang tampak murka. " Jadi apa yang Eyang kasih ke kamu itu tidak ada nilainya hah..? Siapa juga yang ngajarin kamu ngomong kasar pada saudaramu? Eyang nggak pernah ngajrin kamu begitu Mala!"lanjut Eyang. "Mungkin Mala ingin bebas Eyang, jadi dia ngomong begitu." Sandra justru semakin memanas-manasi keadaan. "Diam kamu Sandra! Berhenti memfitnahku!" " Emang iya kan kamu pengen bebas karna udah males diatur Eyang, kamu pengen keluar dari rumah ini kan?" ucapan Sandra berhasil menyulut amarah Eyang. " Kurang ajar kamu Mala! Jadi itu keinginan kamu. Baik Eyang kabulkan itu, Sekarang kemasi pakaianmu dan pergi dari sini, Eyang tidak mau ada pembangkang disini!" Duuaarr.. Ucapan Eyang bagai petir menggelegar. Aku masih tidak percaya Eyang mengusirku semudah itu. "Cepat pergi dari sini!"..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD