"Akhirnya seperti ini kamu memperlakukanku, Mas. Seperti ini caramu mengambil mahkota yang sudah aku jaga," lirih Husniah dengan suara bergetar menahan tangisan saat aku hendak mengecup lehernya. Cengkraman tanganku pada kedua tangannya melemah, kesadaranku seakan kembali. "Maafkan aku," ucapku sambil melepas cengkraman tanganku. Husniah mendorong tubuhku yang berada di atasnya. "Aku membencimu, Mas. Sangat membencimu!" seru Husniah sambil berlalu dari hadapanku. Astaga apa yang barusan aku lakukan padanya. Aku menyesali kebodohan yang baru saja aku lakukan. **** "Tolong maafkan saya, Pak. Saya tiba-tiba ada urusan mendadak, ibu saya sakit," terdengar suara Husniah di teras rumah. Aku penasaran dengan siapa dia berbicara. Aku segera berjalan menuju ke depan pintu, tempat pal

