Keysa Kiyoko Mika

1243 Words
Keysa     Pagi dunia. Hari ini gue terpaksa pindah sekolah lagi dikarenakan orang tua gue pindah kerja lagi. Dan gue harap di sekolah baru gue ada orang yang baik dan mau berteman dengan gue tanpa mandang kuadrat. Dan jika itu semua ada gue harap ini terakhir kalinya gue pindah.      Gue menatap sekolah yang memiliki lapangan yang sangat luas dan gedung yang memiliki 3 lantai. Sekolah ini terlihat sangat mewah, pasti yang sekolah disini adalah orang orang kaya saja. Apakah gue akan dibuli lagi?. Gue cantik bukan Berarti bebas dari bulian ya.     Gue sangat takut untuk memulainya dari awal lagi. Saat gue sibuk dengan pikiran gue, tiba tiba ada yang membunyikan klakson mobil dari arah belakang gue, reflek gue teriak dan langsung berlari ketepi untuk memberinya jalan.    Gue tidak bisa melihat siapa sang pengendara kerena kacanya ditutup dan gelap jika dilihat dari luar. Untung orang itu tidak mempermasalahkannya dan langsung pergi begitu saja. Selama perjalan ke ruang kepala sekolah gue agak bingung, sekolah ini sangat luas dan gue ngak tau ruangan kepala sekolah ada dimana. Banyak pasang mata yang tertuju pada gue. Dan gue coba menguatkan diri untuk bertanya pada seorang siswi yang kebetulan berpapasan jalan dengan gue. "Permisi." Ucap gue ragu ragu. "Iya ada apa?." Tanyanya. "Ruang kepala sekolah ada dimana ya?." Tanya gue sopan. "Lo anak baru ya? Yaudah ayo sini gue antar." Ujarnya. Dan langsung saja gue angguki. "Nama lo siapa?." Tanyanya. Dia sangat baik dan juga sangat cantik. "Keysa." Jawab Gue. "Gue Qila, salam kenal ya." Ujarnya sambil mengulurkan tangannya pada gue, langsung saja gue membalas uluran tangannya. "Nah sampai, gue duluan ya." Lanjutnya dan berlari kecil meninggalkan gue. Bahkan gue belum sempat mengucapkan terima kasih. Mungkin dia buru buru, karena sejak tadi bel juga sudah berbunyi.     Gue menatap pintu yang berada di depan gue sekarang. Sebelum gue mengetuknya, gue dikejutkan oleh seorang siswa yang keluar dari dalam ruangan itu. Gue hanya menatapnya heran, dan kesan Pertama gue, "Dia ngak asing.".Ya gue merasa sudah kenal dia jauh sebelumnya. Aneh ya, Padahal gue baru melihatnya hari ini.  "Siapa?." Tanyanya.     Gue tak menghiraukan pertanyaannya dan masuk sambil mengucapkan salam. Orang yang duduk sambil melihat ponselnya langsung mentap kearah gue. Dia sangat cantik dan juga masih begitu muda. Dia melihat gue dengan wajah terkejut, dan mendekat.     Tiba tiba dia menangkup wajah gue dengan sangat lembut. Gue merasa agak rishi dan heran. Ada apa dengan kepala sekolah ini?. "Permisi buk?." Ujar Gue. Seketika dia sadar dan langsung melepaskannya. "Maaf, kamu sangat mirip dengan kakak saya." Ujarnya. Gue sempat melihat matanya seketika berkaca kaca. "Iya ngak pa-pa buk." Jawab Gue. "Kamu anak baru kan? Ayo saya antar ke kelas kamu. Dan untuk seragamnya kamu ambil pas pulang nanti ya." Ujarnya lembut.        Dia langsung membawa gue untuk memasuki kelas yang akan gue tempati. Sebelum memasuki kelas, gue berdo'a agar semuanya akan baik baik saja. Sampai kepala sekolah keluar dan menyuruh gue masuk, sedangkan dia langsung permisi ada keperluan.     Baru saja gue memasuki kelas, semuanya langsung terdiam melihat kearah gue. Sayup sayup gue mendengar pujian pujian yang biasa gue dengar selama ini. Tapi biasanya itu tak bertahan lama, dan setelah itu primadona sekolah ngehampiri gue dan seketika itu lah gue langsung dibuli tanpa ada yang mau nolongin gue. "Ayo Perkenalkan dirimu." Ucap guru yang berada di dalam kelas dan juga sekarang menjadi walas gue. "Perkenalkan nama gue Keysa Kiyoko Mika, Gue pindahan dari SMA Fidel. Semoga kita bisa berteman dengan baik." Ucap gue dengan suara lantang.  "Baiklah, ada yang mau bertanya?." Tanya guru yang gue ketahui namanya Rahma. Dan seketika banyak orang yang langsung mengangkat tangannya. Gue sempat terkejut dengan adanya sesi tanya jawab begini, biasanya gue langsung diminta untuk duduk tanpa adanya tahap beginian. "Iya, Nesa." Tunjuk buk Rahma. "Lo cantik banget, perawatan dimana?." Tanyanya. "Gue ngak ada perawatan khusus." Jawab gue jujur. Dan tampak semua orang terkejut dan ada seperti tidak percaya. "Wah masa si?." Tanyanya tak percaya.   "Lanjut." Potong buk Rahma. Terlihat jelas wajah Nesa yang cemberut. Buk Rahma hanya tersenyum saja. Terlihat sekali jika buk Rahma ini sangat dekat dengan murid dan tipe guru yang banyak disenangi banyak murid. "Iya Rino." Tunjuk buk Rahma lagi. "Yes gue.. Lo__" Dan gue langsung di buat tersenyum saat tiba tiba buk Rahma langsung memotong ucapannya. "Oke Baiklah, sekarang kamu duduk di sana ya." Suruh buk Rahma ramah. "Yee.. saya belum jadi tanya buk." Protes Rino. "Siapa suruh lama." Jawab buk Rahma. "Ah ibuk mah suka gitu." Ujar Rino pura pura ngambek.     Untung saja tempat duduk di sini sendiri sendiri, Kalo ngak mungkin gue akan tersisih lagi. Dan seketika gue merasa lega saat tiba tiba orang yang gue kenal menyapa gue dengan menepuk lengan gue pelan.  "Oh.. Makasih untuk yang tadi." Ucap gue spontan.  "Hahaha.. santai aja kali." Ujarnya sambil tersenyum.     Dan kebetulan gue duduk tepat di belakangnya. Gue berharap dia orang yang beneran baik dan berteman tanpa memandang status. Apa gue perlu nyembunyiin semuanya?. Tapi jangan deh, gue cuma mau punya teman yang benar benar baik tanpa mandang apapun.     Setelah beberapa jam menjalani pelajaran yang penuh tawa canda, akhirnya bel istirahat berbunyi dengan sangat cepat. Belajar dengan buk Rahma sangat menyenangkan, bahkan waktu terasa sangat cepat berlalu. Tiba tiba ada cewek yang tiba tiba langsung menghampiri gue dengan semangatnya. "Lo beneran gak ada perawatan?." Tanyanya lagi, ya dia cewek yang bertanya tadi. "I..Iya, emang kenapa?." Ucap gue agak risih.  "Kulit lo bagus banget loh." Ujarnya sambil memegang dan menarik narik wajah gue.  "Woi lo buat dia risih tau." Ujar Dira sambil menepuk tangan Nesa.  "Ih kasar, sakit tau." Protes Nesa dengan gemasnya. "Kekanting bareng yuk." Ajak Qila. Gue hanya menyetujuinya tanpa menolak sedikitpun, karena gue juga butuh teman. ***** Dava     Setelah bertemu dengan cewek yang di ruangan kepsek tadi, gue jadi mikirin dia terus. Gue merasa tidak asing dengannya, ia terlihat sangat mirip dengan mommy. Siapa dia sebenarnya?. Karena terhanyut dengan pikiran gue, akhirnya bel istirahatpun berbunyi. Saat di kekantinpun gue masih kepikiran dengan cewek tadi. Hingga teriakan seorang cewek mengejutkan gue. "DAVA.." Teriaknya sambil berlarian kearah gue. "Mana janji lo." Tagihnya. "Janji apa'an?." Tanya gue sok ngak paham, Padahal gue hanya pura pura ngak tahu. "Lo mah gitu, gue ngak suka ya orang yang ikar janji." Ujarnya kesal. "Gue ngak ikar janji ya, lagian lu juga ngak berhasil buat gue balikan sama dia. Buat apa gue beliin lo album?." Ujar gue. Tapi cuma becanda ea... Gue hanya suka saat melihatnya kesal. Mungkin emang awalnya gue ganggu dia bukan hanya untuk meminta tolong saja, mungkin gue juga sudah tertarik padanya. "Dasar pembohong." Ucapnya dan pergi meninggalkan gue yang sudah tertawa. Bahkan teman teman gue pun heran dengan kelakuan gue. "Lo kenapa? Girang amat." Ujar Vano heran. "Senang aja liat dia kesal." Jawab gue.  "Heran gue, kemaren galau galau, marah marah ngak jelas. Sekarang lo keliatan senang senang ngak jelas juga. Lo waras?." Tanya Alfa heran. "Lo aja heran, apalagi gue. Gue ngerasa senang aja kalau liat dia, apalagi kalau liat dia kesal." Jawab gue dengan senyum tulus gue. "Kebalik Anjir." Ujar Alfa. "Lo suka dia?." Tanya Andra menerka nerka. "Entah. Apa gue suka dia?." Tanya gue balik. "Yee orang nanya lo malah nanya balik." Ucap Andra kesal. "Gue tau kalau lo udah ada perasaan sama dia dari awal, tapi lonya aja yang ngak nyadar dan masih aja mempertahanin hunbungan lo sama Arra. Dan parahnya setelah diputusin lo minta tolong sama dia. Tapi karena itu lo jadi sadar sama perasaan lo." Ujar Redo Panjang lebar. Apa benar ya apa yang dikatakannya?. Entahlah, mungkin saja iya mungkin saja tidak. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD