Bagian 03

1119 Words
Jevarra bersama ke dua sahabat nya itu melangkah kan kaki nya keluar kelas. Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu tetapi mereka baru saja keluar. "Masih lumayan rame nih sekolah." Jevarra mengedarkan pandangan nya. "Iya nih, lo pulang sama kakak lo Jev?" tanya Gaveska. "Engga, kakak gue ga bisa jemput." ucap Jevarra. "Yah, sorry banget ni gue ga bisa nganter, soal nya harus ke bandara jemput nyokap." jelas Gaveska pada Jevarra. "Iyaa Jeva gue juga ga bisa,kakak gue minta anter ke salon." jelas El merasa tak enak dengan Jevarra. "Iya iya gapapa kali, gue bisa pulang sendiri sayang sayang ku!" kata Jevarra sambil membenarkan rambut nya yang terbawa oleh angin. "Yaudah Jev, gue duluan ya." ucap Gaveska. "Iyaa, gue juga nanti mau ke toko buku dulu kok." "Oke deh." Gaveska langsung meninggalkan El dan Jevarra. Tak lama kemudian sebuah klakson mobil mengalihkan perhatian mereka. "Jev, gue duluan udah di jemput kakak." ternyata itu mobil kakaknya El, El masuk ke dalam mobil dan membuka kaca jendela lalu melambaikan tangan. Klakson mobil pun berbunyi dan Jevarra menganggukan kepalanya sambil tersenyum manis. Jevarra  dengan gontai melanjutkan langkahnya ke halte depan sekolah yang cukup sepi untuk menunggu taksi. "Aduh, kak Rara sih segala ada kelas siang, jadi gue harus nunggu taksi deh ish." gerutunya kesal pada dirinya. Ia pun teringat bahwa ia akan pulang terlambat karena ia harus pergi ke toko buku untuk membeli sebuah novel terbaru dan ia langsung memberi kabar ke pada kakak nya supaya tidak khawatir. Kak Rara cantik tapi masih cantikan gue. Kak gue pulang nya sedikit telat, eh ga sedikit deh mungkin banyak telat nya soalnya mau ke toko buku beli novel, bilang sama mamah ya. Jangan malam malam. Setelah mendapat balasan dari kakak nya ia sedikit tenang cukup lama ia menunggu taksi di halte itu sendirian, tiba tiba ada dua orang lelaki bertubuh besar yang nyamperin dia, membuat Jevarra was was ketakutan. "Hai cantik sendirian aja sih?" ucap salah satu lelaki berkepala botak dengan tubuh besar nya sambil mencolek dagu Jevarra. "Diem lo ga usah pegang pegang gue." Jevarra menepis kasar tangan lelaki itu dengan sekali tepisan. "Aduh, cantik cantik galak nih, ikut kita aja yuk?" kali ini lelaki dengan berambut gondrong yang bicara. "Serem banget kaya genderuwo, eh genderuwo juga takut kali sama dia." batin nya berteriak. "Gausah macam macam ya lo, kalo ga gue bakal teriak." Jevarra  mencoba melawan rasa takut nya, ia menarik nafas dalam dalam sambil mengedar kan pandangan nya berharap ada seseorang yang menolong nya. "Teriak aja kalo bisa,udah sepi kali haha." ucap om botak itu lalu menarik tangan Jevarra. "TOLONG!" teriak Jevarra dengan air mata yang sudah tidak bisa ia bendung lagi. Ia ketakutan, badan nya gemetar hebat. Baru pertama kali ia di hadapkan dengan situasi seperti ini. "Mana? gada yang nolongin kan? hahaha ayo seret dia!" mereka berdua tertawa hambar lalu menyeret Jevarra dengan kasar. Dengan sekuat tenaga Jevarra melawan nya tapi tetap saja tenaga mereka lebih kuat, Jevarra menangis sambil memejamkan matanya. "Mama papa! tolong Jeva." batin Jevarra mengadu sambil menangis. BUGH! BUGH! Tiba tiba seseorang menonjok wajah om botak hingga darah segar mengalir dari mulut nya. BRAK! Dan seseorang itu juga menendang perut om gondrong hingga ia tersungkur dan mereka pun melepaskan cengkramannya dari tangan Jevarra. Jevarra pun langsung berlari menjauh dari situ. "Wah ada pahlawan kesiangan ni?" ucap om botak yang mulai bangkit. "Gausah jadi pahlawan kesiangan deh lo! dikit lagi sore." kini om gondrong mulai bangkit. "Gausah banyak bacot lo semua!" teriak orang itu dan seketika Jevarra membulatkan matanya saat mendengar suara itu, dari tadi Jevarra memejamkan matanya masih takut jadi ia tidak terlalu fokus dengan yg menolong nya. "Madhava?" Satu nama terucap dari mulut Jevarra dengan tubuh yang masih lemas. Dhava langsung memukul dengan membabi buta kedua orang itu, akhirnya om botak dan om gondrong pun kalah dan pergi dari situ. Jevarra masih Setia dengan diam nya hingga suara Dhava mengagetkan nya. "Gapapa?" tanya Madhava datar sambil mengusap ujung bibir nya yang mengalir darah dan sedikit membiru. Jevarra pun kaget saat melihat wajah Madhava yng sedikit lebam. "Lo terluka, luka lo harus di obatin klo ga nanti infeksi!" ucap Jevarra dengan panik. Tanpa memperdulikan jawaban Madhava ia langsung menarik Madhava ke sekolah nya dan menuju UKS. Sesampai nya di UKS Jevarra menduduki Madhava diatas ranjang dan Jevarra  pergi sebentar untuk mengambil air dingin dan mengompres luka cowok itu. Madhava yang sedari tadi diam pun terus saja memandangi wajah Jevarra saat menarik nya tadi sebelum akhirnya Jevarra keluar untuk mengambil kompresan. "Ini kompresan nya, sini ya gue kompresin." Jevarra terlihat berbeda dari biasanya yang biasanya ia terlihat gugup saat di depan Madhava kini ia bersikap biasa biasa saja walaupun dari tadi ada badai gerumuh didada nya. Dengan teliti Jevarra membersihkan luka Madhava, dari tadi pula Madhava terus memandangi wajah Jevarra yang teliti membersikan luka nya. "Cantik." ucap Madhava dalam hati. Tanpa sadar Madhava menyunggingkan senyum tipis nya, Jevarra yang sadar pun terlonjak kaget dan langsung menatap Madhava  dan tatapan mereka pun bertemu cukup lama. Jevarra yang sadar di tatap oleh Madhava pun salah tingkah dengan jantung nya yang sedari tadi berdetak lebih kencang. "Manis banget ya tuhan." jerit Jevarra dalam batin nya. "Ekhm udah selesai, Dhav." ucap Jevarra memecahkan lamunan di antara mereka, Madhava  yg tersadar pun langsung mengembalikan wajah nya yang datar seperti biasa. "Makasih." jawab Madhava. "Aturan gue yang makasih, lo udah nolongin gue dua kali, tadi pagi yang di lapangan dan sekarang sampe wajah lo lebam gitu gara gara gue." jelas Jevarra merasa bersalah kepada cowok itu. "Iya." jawab Madhava singkat. "Yaudah, gue mau taruh kompresan dulu. Sekali lagi makasih ya, udah nolongin." ujar Jevarra dan langsung meninggalkan Madhava. Madhava pun keluar dari UKS dan langsung ke parkiran. Saat Jevarra kembali ke UKS ternyata Madhava sudah pulang, ia pun melanjutkan jalan nya keluar sekolah, sebaiknya ia menunggu di ruang satpam saja supaya kejadian tadi tidak terulang. Namun baru saja ia sampai parkiran ia melihat Madhava dengn santainya menyender di motor sambil memainkan telfon genggam nya. "Lho kok belom pulang ?" tanya Jevarra dengan gugup. "Lo pulang bareng gue." jawab Madhava. Ajakan itu sukses membuat Jevarra kaget. Sangat kaget, tetapi sebisa mungkin ia menormalkan detak jantung nya itu yang sangat kencang. "Hah, gausah gue mau ke toko buku soalnya." Munafik sekali jika ia tak mau, jujur sangat mau namun ia gengsi. "Cepet naik." ucap Madhava santai dan langsung menaiki motor ninja berwarna merah dan tak lupa memakai helm full face nya. "Tapi—" Madhava  langsung memotong ucapan  Jevarra. "Lo mau di ganggu lagi?" tanya Madhava, Jevarra berpikir keras, lalu memperhatika sekitar, sudah sangat sepi. Bisa saja dua preman tadi kembali dan menganggunya. Akhinya dengan gugup ia menaiki motor Madhava.  Tak lama motor Madhava pun menyelusuri jalanan kota Jakarta menuju gramedia terdekat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD