Motor Madhava memasuki rumah besar berwarna biru langit disertai dengan lantai kedua, rumah yang menjadi saksi canda tawa serta suka duka keluarga nya yang berlindung di dalam nya.
Namun ia sudah disambut dengan kakak nya yg berumur 2 tahun lebih tua dari nya, mereka mempunyai sifat yg sangat sangat berbeda namun tak kalah ganteng juga, yaitu Madheta Jayendra Mahanta dan adik kesayangan nya Shaqiel Jaudekala Mahanta yang masih kelas 3 SMP itu sedang menikmati cemilan nya masing masing.
Madheta dan Kala mengernyitkan dahi saat Madhava masuk rumah dengan tersenyum manis ke arah mereka- sungguh kejadian langka- pikir mereka.
"Kenapa lo? senyum senyum ga jelas. Tumben banget." Madheta menatap nya heran.
"Tau bang lo kenapa dah? Kesambet setan jalanan lo?" ketawa Madheta pecah saat mendengar celotehan Kala yang begitu santai. Sedangkan yang mereka bicarakan kini mengubah wajah nya datar seperti tembok.
"Lah ini beneran kesambet kayanya Kal, liat tadi senyum sekarang datar serem banget."ledek Madheta.
"Iya nih bang, harus bilangin bunda bang biar di ruqyah." Kala memakan snack yang dibelikan oleh Madheta saat pulang kuliah tadi.
"s****n lo semua." Madhava tak menghiraukan semua ledekan Madheta dan Kala. Ia langsung menuju ke lantai dua rumah nya untuk melanjutkan langkah nya.
Madhava pun menaiki tangga rumah nya satu persatu sampai akhirnya ia berhenti di depan pintu kamar dan membuka nya.
Ia merebahkan tubuhnya di king size nya yang bermotif tim sepak bola ke banggaan nya yaitu Barca.
Baru saja ia merebahkan pikiran nya sudah menerawang jauh tentang gadis tadi
"Dia mirip sama Lo." desis nya dalam hati sambil tersenyum lebar.
Ternyata itu yang membuat Madhava -si susah senyum - tersenyum sepanjang jalan.
Baru saja ia memejam kan matanya benda tipis pipih dari kantung nya bergetar dngn cepat ia mengambil handphone nya dari saku nya, ternyata sahabat nya Darren menelfon nya.
"Hm."
"Bro, ke club langganan yu main main bosen nih." ucap Darren di sebrang sana.
"Males, mau istirahat."
"Ah, ga asik lo!"
Setelah mendengar suara dari sahabat nya ia langsung mematikan telfon nya, lalu langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian Madhava keluar dari kamar mandi lalu langsung menuju ke King size nya dan merebahkan diri disana.
Rasanya ia benar benar sangat lelah, sangat membutuhkan istirahat saat ini juga.
Baru beberapa menit ia merebahkan tubuh nya di ranjang ia sudah terlelap pulas ke alam mimpi.
❤❤❤
Jevarra menuruni tangga rumah nya satu persatu secara perlahan matanya mengarah pada meja makan yang kini sudah ada papa, mama serta kak Rara kesayangan nya yang menunggu Jevarra turun dari kamar nya.
"Lama lo Jeva, gue udah laper tau."celetuk Rara sambil melirik ke arah adik nya.
"Hehehe, sorry kak, tadi gue abis telponan sama El dan Gaveska." Jevarra duduk di kursi yang sudah disediakan di samping kakak nya.
"Oh iya lupa yang hari ini bahagia langsung deh cerita ke ciwi ciwi nya." ledek Rara.
"Wah, anak papa lagi bahagia kenapa nih?"kini papa nya menggoda anak nya.
"Itu pah dia dianter —" ucapan Damoura langsung di potong oleh Jevarra.
Jevarra mengalihkan pembicaraan kakaknya karena ia sudah lapar dan tidak mau di goda lebih lama oleh keluarga nya.
"Sudah ya kakak ku yang cantik, katanya tadi lapar udh sekarang makan aja ya." ucap Jevarra penuh jijik.
"Jevarra, habisi makan mu ya." pesan mama nya.
Tak lama mereka pun selesai menyantap makan malam nya.
"Oh iya, papa masih penasaran nih kenapa anak papa bahagia banget." tanya sang papa
Jevarra mendengus kesal sambil menatap tajam ke arah kakak nya seolah berkata 'semua gara gara lo kak!'
"Jadi gini pa, Jevarra tadi di anter sama cowo yang dia suka." jelas kakak nya dan Jevarra hanya menghela nafas panjang.
"Ohh jadi anak mama ini sedang jatuh Cinta ya?" godaViolin menatap anak bungsunya.
Papanya mengambil sehelai tissue dan mengelap mulut nya."Bawa kesini dong kenalin ke mama sama papa."
Ucapan itu sontak membuat Damoura tertawa terbahak bahak.
"Lho ko Ra ketawa? Ada yang lucu?"tanya sang mama bingung.
"Udah gila dia mah." kesal Jevarra.
"Hush Jeva, ga boleh gitu." lerai Violin sambil menggelengkan kepalanya.
"Gimana mau di ajak kesini pah orang katanya Jevarra dia itu dingin, cuek, susah senyum tapi ganteng banget deh!" jelas sang kakak sambil tersenyum meledek.
"Oh ya? Jadi penasaran" jawab Hilimi, sang papa tersayang.
"Dan itu cuman keberuntungan Jevarra aja dianter pulang." kata Rara terlihat sangat meledek.
"Eh, tapi tadi aku di gangguin sama dua preman gitu di depan halte saat nunggu taksi." ucapan Jevarra sontak membuat wajah mereka menjadi khawatir.
"Serius sayang?"
"Kamu gapapa kan? Ada yang sakit atau apa?"
"Terus dia ngapain kamu? Ga ngelukain kamu kan?"
"Harus nya lo nunggu di dalam sekolah blo'on."
"Siapa preman itu biar papa hajar dia udah berani mengganggu princess kesayangan papa!"
Jevarra mendengus kesal, nanya nya satu satu kek ih "ck, aku gapapa ma, pa " ucap nya.
"Terus aku ditolongin deh sama Madhava, dia nonjokin om botak dan menendang om gondrong. Terus preman nya kalah deh sama Dhava."
Rara mengernyitkan dahinya
"Om botak? Om gondrong? Who? "
"Itu preman yang tadi ganggu gue, yang satu botak yang satu gondrong."
"Papa jadi tidak sabar ingin bertemu dengan yang namanya Madhava Madhava itu, papa ingin berterima kasih pada nya sudah menyelamatkan princess papa ini."ucap Hilimi yang begitu antusias.
"Iya nih, besok kamu kasih bekel ke Madhava ya, bilang aja itu tanda terima kasih mama untuk nya."
Jevarra melototkan matanya dengan apa yang mama nya bilang.
"Hah? Tapi ma—"
"Gada tapi tapian kamu harus kasih ya!"potong Violin cepat.
"Padahal mah seneng tuh bisa ada alasan dekat dekat Madhava, Cie, Cie!" " ledek Rara. Kakak satunya itu memang senang sekali meledeknya.
"Ih apaan sih lo! udah ah Jeva mau kekamar dulu pengen tidur besok kan sekolah." Jevarra bangkit dari duduk nya dan langsung menuju kamar nya.
"Dan ngasih bekal ke Madhava deh " lanjut Rara berteriak menggoda adik nya.
"Damoura." Mama dan papa nya hanya menggelengkan kepala nya melihat kedua anak nya yang mungkin sudah mengenal apa itu cinta.
"Hehehe, Ra juga ke kamar ya." Rara langsung bangkit dari kursi nya dan mengikuti langkah Jevarra yang sudah di kamar nya, ia melihat kamar itu pintu nya tertutup, namun ia langsung melanjutkan langkah nya lagi dan beberapa langkah dari kamar adik nya itu adalah kamar nya.