Jevarra menyusuri koridor sekolah nya itu, senyum hangat nya tak pernah hilang dari wajah cantik nya, belum terlalu ramai karna ini masih pukul 06:15 matahari masih malu malu kucing menampakan kehadiran nya, namun tak lama lagi matahari akan muncul dengan sempurna di langit biru yang Indah.
Ia memasuki kelas nya yang masih sepi hanya anak anak rajin dan piket lah yang sudah datang, ia mendudukan diri nya di bangku nomor 3 dari papan tulis ia melepaskan tas berwarna biru muda yang dari tadi Setia berada di punggung nya.
Lalu ia mengeluarkan sebuah kotak makan berisi roti sandwich dan s**u kotak rasa coklat yang dibuatkan mamanya untuk Madhava, sesuai yang mama nya bilang semalam untuk membawakan bekal untuk Madhava dengan hitung hitung untuk berterima kasih karena pertolongan nya kemarin sore.
Lama tak ada suara akhirnya keheningan di dalam diri Jevarra pecah saat kedua sahabat nya itu datang, El dan Gaveska.
Gaveska langsung menaruh tas nya di kursi sebelah Jevarra sedangkan El di belakang Gaveska dan Jevarra.
"Woi Jeva! pagi pagi bengong aja lo!"ujar
Gaveska.
"Tau loh kesambet aja nanti." Desis El santai.
"Kayanya lo pengen bangt gue kesambet ya, El?"kesal Jevarra sambil menatap sinis kearah El.
El menunjukan deratan gigi putih milik nya, "Hehe bukan gitu maksudnya Jevarra cantik!"
Gaveska mengernyitkan dahinya saat memperhatikan benda kotak yang sedari tadi Jevarra taruh diatas pahanya.
"Wah tumben bawa bekal, aturan bilang bilang kita dong, nanti kita kan juga bawa bekal, Jev."
"Hah?"
"Bentar bentar gue tau nih, dia tuh mau kita makan sekotak berdua biar so sweet kan?” El menarik senyumnya lebar dengan begitu percaya diri.
"Ohh gitu toh, yaudah yaudah yuk buka kita makan bareng bareng.” Gaveska sudah mau merebut kotak tersebut dari pangkuan Jevarra, namun dengan cepat Jevarra mencegahnya.
"Bukan buat gue, atau pun kalian!!"
ucap Jevarra dengan tegas.
El dan Gaveska mengernyitkan dahinya,
"Terus buat siapa dong?"
"Madhava." Jevarra memandangi kotak itu dengn senyuman yang merekah di bibirnya.
"HAH?!” teriak El dan Gaveska.
"Woi! jangan teriak teriak berisik gue lagi tidur." Gino — sang ketua kelas memberi kan suara nya saat mendengar anggota kelas nya berteriak dan mengganggu tidur nya.
El dan Gaveska hanya menggeleng pelan melihat ketua kelas nya yg tertidur sambil menunggu bel berbunyi.
"Hahaha mampus di omelin monster!" tawa Jevarra.
"s****n lo."
"Jeva, lo serius mau ngasih ini ke Madhava?" tanya El penuh penasaran.
"Iya Jev?Serius?" tanya Gaveska.
Jevarra memutar bola mata nya malas tampak geregetan akan tingkah sahabatnya ini. “Iya!serius di suruh mama ngasih."
"WHATT? MAMA LO? " Teriak Gaveska dan El, lagi.
BRAKK!
Mereka bertiga kaget akan meja yang di gebrak oleh Gino, “Woi gila ya, udah gua bilang jangan berisik!" Gino menatap tajam ke arah Jevarra, El dan juga Gaveska hingga menjadi pusat perhatian seluruh kelas.
Mereka bertiga hanya menunjukan deretan gigi putih nya sambil mengelus d**a hingga pandangan mereka melihat gino yang kembali menidurkan kepalanya di meja. “Mampus lo ngebangunin singa jantan." ucap El.
"Hahaha lagian si lo bedua ga jelas teriak teriak gitu." ledek Jevarra.
"Ya kan lo yg bikin kita kaya gini!"
"Udah mending kalian duduk santai, nanti anterin gue ke Madhava nganter ni bekal." jelas Jevarra.
" OO-K"
El dan Gaveska sudah siap dengn teriakan mereka tapi langsung cepat dipotong oleh gino yang sudah terbangun.
"APA? MAU TERIAK LAGI LO PADA HAH?"
"Heheh peace Gino ganteng."
Jevarra, El dan Gaveska memandang dengn wajah jijik dengn apa yang mereka ucapkan.
???
Seseorang berjalan santai di koridor sekolah nya, wajah tampan nan sempurna itu menjadi pusat perhatian para siswa dan siswi disekolah itu. Banyak siswa yang merasa iri dengan ketampanan dan banyak juga siswi yang merasa kagum akan ketampanan Most wanted sekolahnya ini.
Alis yang begitu tebal, bulu mata yang lentik, hidung mancung yang mirip perosotan TK, bibir sexy yang begitu merah muda alami serta rahang yang begitu kokoh.
Siapa yang tak jatuh Cinta dengan nya MADHAVA SHANKARA MAHANTA seorang most wanted sekolah nya, sudah biasa si tatap seperti itu -seperti ingin memakan nya- namun ia hanya cuek dan berjalan santai.
"Astagfirullah pagi pagi udah liat pangeran."
"Kak Dhava kenapa si ganteng terus jadi pengen bawa pulang. "
"Dhava oh Dhava kenapa engkau tampan, kalau saja engkau tak tampan pasti aku tak suka."
"Unchhh ganteng nya my prince Madhava."
"Kantong kresek mana kantong kresek, gue pengen bungkus aja deh si Madhava, bawa pulang yuk ah."
"Makin hari makin ganteng tapi makin dingin aja ih."
"Aduh calon mantu idaman banget itu mah."
Kira kira begitulah bisikan bisikan kaum hawa saat ia lewat di hadapan nya, namun Madhava hanya acuh memandang nya datar tanpa senyuman.
"My baby honey Madhava kamu mau kekelas kan bareng ya sama aku?" teriak seorang siswi dengn kedua ecek ecek nya siswi itu langsung bergelayut manja di lengan Madhava.
Madhava sangat risih dan kesal dengan perempuan ini "Lepas!" tegas Madhava sambil menepis tangan perempuan itu.
Dengan kekuatan yang Madhava punya akhirnya perempuan itu pun tersungkur ke lantai dan Madhava langsung meninggalkan nya "Ih! Madhava kok kasar sih?" ucap nya manja, ia langsung di bantu bangun oleh kedua sahabatnya.
"Sya! bangun dong diliatin tuh" Perempuan yang biasa dipanggil Sya atau nama lengkap nya ASSYA VERONICA ADERRA langsung bangkit dan mengedarkan pandangannya kearah siswa siswi yang menatapnya iba dan menahan tawa.
"Apa lo semua? gausah liatin gue gitu!?" tegas nya dan langsung bangkit bersama kedua sahabat nya, Fera dan Cellyn.
---
Madhava duduk di sebuah sofa panjang di rooftop sekolah nya, yang biasa ia jadikan tempat tongkrongan bersama Darren dan Kaivan.
"Bro lo ga ke kelas?" Darren menepuk pelan bahu Madhava.
"Males."
Darren dan Kaivan mengambil posisi di samping Madhava, "Kenapa? Kangen si dia lagi?"
Madhava sudah tau kemana arah yg diucap kan Kaivan hanya bisa menggeleng pelan,
"Gak, cuman ngantuk."
Jawaban Madhava hanya dibalas 'oh' ria saja oleh kedua sahabatnya itu.
"Iyaudah, nanti ke kantin tempat duduk biasa pas istirahat, ga mau ikut ke kelas? " tanya Kaivan meyakinkan.
"Iya, nyusul."
Setelah mendengar ucapan Madhava akhirnya Darren dan Kaivan pun melenggang pergi dari sana untuk menuju kelas nya.
Madhava memejamkan matanya sejenak menenangkan pikiran nya, namun lambat laun ia malah mencapai alam mimpi dengan hembusan nafas Madhava yang tenang bisa di pastikan ia memasuki alam mimpi nya.
"Sampe kapan Madhava terus terus keinget dia lagi, Ren?"tanya Kaivan. Mereka menyusuri lorong lorong sekolah untuk mencapai kelas mereka.
Darren mengangkat kedua bahunya, "Nggak tahu gue, Kai. Madhava susah orang nya, keras kepala."
"Gimana kalo kita comblangin dia aja? sama siapa gitu temen cewek?" saran Kaivan dengan mata berbinar.
Darren menggeplak pelan bahu Kaivan, "Lo mau Madhava marah, hah?"
"Ya, ya kagak sih. Tapi kan kita mencoba gitu. Apa salahnya?"
"Lo kayak nggak tahu si Madhava aja, susah. Coba liat, dia di deketin Assya aja yang modelan cakep di tolak." ujar Darren.
"Jangan g****k ya kamu Darren, Jelas aja Dhava nolak, Assya nya begitu. Bukan tipe Dhava banget."
Darren melirik, "Iya sih."