Bagian 08

1205 Words
Kantin sekolah pasti selalu ramai saat jam istirahat, di jam ini semua siswa tidak akan menyia nyiakan kesempatan ini untuk melepas dahaga atau pun lapar di diri mereka setelah lelah nya belajar dan berpikir. Kantin sekolah PB sudah ramai dengan murid murid nya, mereka semua melepaskan rasa lapar dan rasa haus karena penat nya belajar. Jevarra berjalan dengan semangat di koridor sekolahnya dengan senyum yang terus mengembang di bibir nya. "Jeva, mending kita ke kantin dulu yuk? laper ni gue." keluh El mengerucutkan bibirnya. Jevarra menganggukkan kepalanya, "Yaudah lo duluan aja gih sama Gaveska nanti gue nyusul." "Yaudah gue sama El ke kantin dulu, kalo udh selesai nyusul aja ya." El dan Gaveska langsung melanjutkan langkah nya ke kantin meninggalkan Jevarra. Jevarra menatap kotak makan yang ia pegang dari tadi dan ia mengedarkan pandangan nya mencari orang yang akan ia beri kotak itu. "Mana ya?" Senyum Jevarra langsung merekah saat melihat orang yang ia cari keluar dari toilet cowok sambil merapikan rambut nya yang basah "Mungkin habis cuci muka." batin nya Jevarra semakin susah untuk menelan saliva nya karena melihat Madhava yg begitu tampan saat cowok itu mengacak ngacak asal rambut basah nya yg menambah kadar kegantengan nya. Bukan hanya Jevarra saja, namun para siswi yg melihat Madhava pun berteriak histeris saat melihat sang pangeran pujaan sekolahnya begitu sangat tampan, padahal Madhava hanya mengacak ngacak rambut nya dengn menyisir asal dengan jarinya. Semua menatap dengan tatapan memuja dan kagum bahkan ada yang langsung mengatakan secara blak blakan pada Madhava, namun Dhava hanya memasang wajah datar nya dan memandang mereka acuh. Saat Madhava ingin melanjutkan langkah nya tetapi ada yang memanggil nya dengn lembut, sepertinya ia mengenal suara ini. "Madhava?" panggil Jevarra. Madhava mengernyitkan dahinya sebentar lalu ia kembali memasang wajah datar nya "Kenapa?"tanya nya. Jevarra menyodorkan kotak makan yang dari tadi ia pegang di tangan nya, "Ini buat lo." "Buat gue?" Madhava menatap nya bingung. "Iya dari mama gue, katanya sebagai tanda terima kasih karena lo udah nolongin gue kemarin." Jevarra tampak tersenyum hangat. "Ohh." baru saja tangan Madhava ingin mengambil kotak itu dari tangan Jevarra, namun ada tangan lain yang memukul tangan Jevarra hingga menyebabkan cewek itu meringis pelan dan menjatuhkan kotak makan nya. Madhava dan Jevarra sama sama terkejut dan langsung mendongak kan kepala nya menatap siapa yang punya tangan itu. "LO GAUSAH SOK CARI PERHATIAN DHAVA DEH, SEGALA KASIH BEKAL YANG GA ENAK BUAT DIMAKAN! DILIAT NYA AJA GA ENAK APA LAGI DIMAKAN, LO MAU BUAT DHAVA LSAKIT PERUT?IYA HAH?! " teriak orang itu sambil menatap kotak makan yang sudah berantakan dilantai. Jevarra hanya memejamkan matanya lalu sedetik kemudian ia menatap kotak makan yang dibuatkan mama nya kini sudah berantakan dan tidak layak dimakan. Jevarra baru saja ingin membalas teriakan orang itu namun Madhava lebih dulu membuka suara. "Lo apaan sih?" ucap Madhava yang penuh dengan penekanan serta tatapan tajam dan langsung menggandeng tangan Jevarra lalu segara membawa nya pergi dari situ entah kemana. "Tapi honey aku-" ucapan nya menggantung saat Madhava sudah pergi menjauh dari nya. Semua para siswa yang melihat itu sontak berteriak histeris bagaimana tidak most wanted sekolah nya ini yang terkenal sangat cuek nan dingin namun tampan itu menggandeng tangan perempuan, pasal nya mereka baru saja melihat Madhava menggandeng tangan seorang cewek, karena setau mereka sangat sangat cuek dengn cewek. "s****n! pake segala gandeng lagi " kesal Assya. "Lo si Sya segala numpahin tuh bekal, kan sayang sayang tau." ucap Rachel dengn tampang polos nya. Assya dan Tara langsung menatap tajam ke arah Racehal. “LO YA BIKIN GUE TAMBAH KESEL." teriak Assya dan langsung meninggalkan Tara dan Rachel yang masih menatap bekal yg tadi di tumpahkan oleh Assya. "Sayang banget nggak sih, Tar, bekal nya kayaknya enak deh." ujar Rachel menatap sedih bekal itu. Tara langsung menarik tangan Rachel. "Gausah berulah deh, ayok!" ??? Jevarra menatap orang didepan nya yang sedang menggandeng tangan nya. "Ya tuhan! pokonya ini hari paling bersejarah ke dua gue, titik." teriak batin Jevarra. "Duduk." suara berat itu menyadarkan ia dari lamunan nya, Jevarra menatap sekitar nya, ternyata Madhava membawa nya ke rooftop sekolah. "E-eh, iya." Jevarra langsung duduk di sofa diikuti dengan Madhava di samping nya. Sedari tadi Jevarra mengumpat kesal pada jantung nya yang bisa dibilang cukup berisik karena detakan nya yang tidak pernah bisa santai jikalau sudah di samping Madhava. "Tangan lo gapapa?"tanya Madhava melirik tangan Jevarra. "Hah? tangan?, OH! tangan gue gapapa kok." Jevarra benar benar merasa gugup saat ia bersama Madhava, apalagi ini hanya berdua dan duduk sangat dekat, ia takut kalau Madhava mendengar detak jantung nya yang begitu kencang. "Tangan lo merah." Madhava memerhatikan tangan Jevarra yg begitu kemerahan karena pukulan Assya. "Ohh ini cuman merah aja nanti juga hilang." Jevarra meringis pelan saat melihat tangan nya yg begitu kemerahan karena pukulan assya yg cukup keras sehingga Jevarra menjatuhkan kotak bekal itu. "Sorry kotak makan lo jad—" Ucapan Madhava langsung dipotong cepat oleh Jevarra, "Ohh gapapa kali, lagi juga ini salah gue megang nya ga terlalu kenceng jadi jatuh deh, gampang nanti gue bilng ke mama klo bekal nya udah dimakan lo." jelas nya sambil tersenyum. "Ya." Jevarra mendengus kasar saat dengar jawaban Madhava, "Cuman ya aja? Singkat, padat dan jelas." keluh nya dalam hati "Ehh, gue ke kelas duluan ya?" Jevarra langsung bangkit dari duduk nya sebenarnya ia tidak ingin menyia nyiakan kesempatan ini yang duduk berdua dengan Madhava, namun detak jantung nya semakin kencang, ia takut Madhava akan mendengarnya. "Tunggu." baru saja Jevarra melanjutkan langkah nya namun Madhava menghentikan langkah nya. Jevarra menggigit bibir bawah nya gemas "Kenapa?" tanya nya sambil membalikkan badan menghadap Madhava. "Ikut gue." tanpa persetujuan Jevarra, Madhava langsung melangkahkan kaki nya dan menggenggam tangan Jevarra untuk ikut bersama nya. Jevarra memegang d**a nya dngn tangan kiri nya sambil menatap tangan kanan nya yg berada di gandengan tangan Madhava. "Aduh! klo gini lama lama gue bisa mati mendadak nih" batin Jevarra. Jevarra menundukan kepala nya saat lewat dihadapan siswa siswi yang menatap nya tidak suka secara terang terangan sambil mencibir nya namun ada pula yg menatap kagum ke arah mereka. "Ih apaan si dia ganjen bangt deketin kak Madhava?" "Mimpi apa dia semalem bisa di gandeng Madhava gituuu?" "Sumpah beruntung banget sih dia, Ya, tuhan." "Dih so cantik banget sih tuh!" "Ya ampun mereka cocok banget ya, Kak Jevarra sama kak Madhava!" Cibiran yg terakhir lah yg membuat Jevarra tersenyum senang. Madhava tahu bahwa Jevarra sedang di pandang tajam oleh mereka semua. "Gausah dengerin mereka." "Iya, Dhava." Jevarra meringis pelan saat kening nya menabrak punggung Madhava didepan nya, ternyata cowok itu sudah berhenti. Dalam hati Madhava terkekeh pelan melihat tingkah gadis yg ia bawa ini, aneh. "Makanya jangan nunduk." ujar Madhava. Jevarra mendongakkan kepalanya dan melihat bahwa mereka berhenti disatu ruangan. Jevarra mengernyitkan dahi nya "UKS?" "Obatin tangan lo." "Tapi Dhav—" Madhava memotong ucapan Jevarra. "Obatin. Gue ke kelas duluan." Ucap Madhava terdengar tidak ingin di bantah. Lalu cowok itu langsung membawa Jevarra masuk ke UKS dan ia langsung meninggalkan Jevarra keluar UKS. Jevarra berdecak kesal menatap punggung Madhava yang semakin menjauh dari penglihatan nya, senyum nya merekah saat melihat tangan nya yg digandeng Madhava tadi. Jevarra duduk di ranjang UKS yang terlihat sepi. Ia mengedarkan pandangan nya. "Fix sih! UKS gue jadiin tempat bersejarah gue sama Madhava."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD