Abel & Ran: Life With Two Heart

1088 Words
Kerajaan Saudi Arabia, 2007. Aku masih seorang mahasiswa baru kala itu, dan cukup takut melihat pasien. Terkadang juga bisa menjadi percaya diri berlebih, terlebih aku baru mendapatkan internship pertamaku di Charing Cross Hospital yang mana adalah sebuah privillege untuk seorang mahasiswa baru. Pada saat itu, aku menghabiskan waktu liburanku sebagai intern selama tiga bulan. Aku ditugaskan bersama beberapa seniorku di kampus dan resident senior untuk mendirikan Charing’s Cardiac Centre dan persiapan untuk unit darurat penanganan pasien dengan heart disease. Operasi jantung memerlukan biaya yang mahal, kala itu budget yang rumah sakit sebagai backlog kami terhadap pihak factory terbatas untuk mengganti beberapa alat yang rusak. Suatu hari, sebelum aku mengunci ruang operasi, aku mendapat telepon dari Saudi Cardiac Centre yang mewakili kerajaan Saudi Arabia. Mereka memberitahuku bahwa seorang kepala surgeon membutuhkan bantuan kami berupa locum untuk persiapan operasi besar, karena beberapa pasien dengan di diagnosa kelainan jantung yang di derita oleh 1:1,000,000 jiwa. Rumah sakit kami tak memilikinya. Jadi, kami menyarankan mereka untuk mnghubungi Royal Hospital yang ada di London. Peralatan yang mereka miliki tentu jauh lebih memadai dari rumah sakit kami. Setelah bekerja seharian, aku beristirahat di salah bangsal rumah sakit. Tak lama kemudian, seniorku memintaku untuk memegang salah satu pasiennya karena pasien dari Saudi Cardial Centre sebentar lagi akan tiba di Charing Cardial Centre yang baru. Aku sangat nervous kala itu, dan aku bertemu dengannya. Gadis remaja yang kulihat beberapa hari lalu. Keadaannya sangat malang, dia mengalami henti jantung, tetapi sungguh dia mulai membaik saat ini. Gadis ini, Phoebe, adalah pasien milik seorang resident anatomy senior, dan aku akan menjaganya sampai perawatnya tiba. Dia mengalami kecelakaan tunggal setelah menghadiri standing applause pertamanya di dekat Bridge. Saat ini jantungnya masih dipasangkan beberapa ring hingga keadaannya benar-benar stabil. Aku sungguh ingin mengajaknya bercerita, tetapi keadaannya tidak memungkinkan. Tengkorak-nya retak, dan menyebabkan beberapa bagian dari matanya terletak tidak pada tempatnya. Ini seharusnya berangsur normal apabila dalam pengawasan dokter. Setelah melaksanakan tugasku, aku melewati bangsal tiga untuk menuju ruang bawah tanah dan menyimpan beberapa alat yang barusan kugunakan untuk membersihkan luka Phoebe di area perut. Pasien yang mereka maksud sudah tiba di rumah sakit kami. Jadi, aku memutuskan untuk melihatnya dari balik kuba eter. Dari kejauhan aku melihat beberapa senior berada disana untuk melihat pasien tersebut. Untungnya, aku diperbolehkan masuk ke dalam eter oleh para ko-as student dan resident senior. Pukul dua pagi, 19 Agustus 2007. Kami melihat beberapa dokter senior keluar dari ruangan dan memasuki ruang eter. Aku merasa tak pantas berada disini, tapi salah seorang seniorku berkata “tetaplah disini, jangan kemana-mana”. Aku sangat lelah hari ini, aku hanya beristirahat selama 40 menit dan masih sangat kelelahan. Berdasarkan informasi dari para senior, gadis itu adalah Faye, seorang wanita berusia 22 tahun, yang baru saja tiba dari liburannya bersama keluarganya di Morocco. Dia mengeluh terkena flu berat setelah tiba di negara asalnya. Beberapa hari kemudian dia menjadi lemah, mudah lelah, dan tidak bisa buang air kecil. Penyakit yang di deritanya disebabkan oleh virus myocarditis – virus yang menyebabkan kelainan pada sistem pernapasan dan menyebabkan rasa kedinginan, tetapi ini sangat fatal. Virus tersebut menghancurkan fungsi jantung Faye, sehingga tubuhnya mengalami kekurangan darah. Ini benar-benar situasi yang membingungkan bagi para medis karena sangat jarang terjadi. Beberap dari mereka yang terpapar virus myocarditis juga mengalami gejala influenza, akan tetapi organ jantungnya tampak baik-baik saja. Kasus berbeda pada tubuh Faye. Faye kemudian dipindah ke rumah sakit Royal Hospital seperti rujukan awal. Aku melihatnya. Gadis dengan kulit dingin, dengan ruam di beberapa area wajah. Apakah kami menyerah dengan kasus Faye? Tidak, Itu terlalu berisiko untuk melakukan penanganan tanpa peralatan medis yang lengkap. Aku berharap gadis itu cepat pulih. Aku tersadar setelah tertidur beberapa menit karena kelelahan. Ini sangat sulit bagiku di hari pertamaku sebagai seorang dokter senior disini. Kami mendapat rujukan seorang pasien dengan kelainan memiliki dua jantung. “Morella, bagaimana hasilnya?” Aku menatap kedatangan Carly di ruanganku dan menggeleng perlahan. “Kasusnya sangat jarang, Carl. Tetapi ada, dan aku mencoba mencari record diagnose yang sama untuk bisa menyimpulkan penanganan yang tepat untuknya.” “Well, aku punya rujukan yang bagus dari seorang dokter senior disini. Mungkin dia mempunyai solusi jika meminta waktu untuk berkonsultasi kepadanya?” Tanya Carly kepadaku dengan semangat. Aku sedikit ragu untuk meninggalkan pekerjaanku sekarang. Semoga Carly mengerti, “Tapi, ak..” “Hey, sudahlah. Aku tau kau capek. Pasien kita membutuhkan dokter yang cekatan. Ayok” belum selesai aku berbicara, Carly menarik tanganku dan merapikan dokumenku lalu mengajakku mencari keberadaan dokter yang ia maksud. Dokter yang dimaksud oleh Carly adalah dokter ahli bedah senior yang kala itu kulihat dari ruang eter. Sudah kubilang, WTF, WTF. “Carl, sebaiknya kau saja yang masuk. Bagaimana?” Aku berbisik kepadanya sebelum kami tiba di depan ruangan dokter yang Carl maksud. “No, no. Ini kan pasien kamu, El. Kamu saja yang masuk, aku akan menunggumu di luar.” “Kau tak memberi tahuku tadi” bisikku lagi “Kau tau, dia itu seniorku semasa kuliah dulu. Aku sedikit malu bertemu dengannya karena beberapa kali merepotkannya.” Tambahku dengan omelan Carly terlihat tertawa kecil dengan seanggun mungkin. Benar-benar tak bisa di ajak bekerja sama. “Permisi, dok. Saya dokter Morella, mendapat rujukan dari dokter Carly untuk berkonsultasi soal pasien Abel dan Ran dengan kelainan fungsi jantung.” Dokter itu masih terlihat sama sejak pertama kali aku melihatnya di kuba eter. Tapi, dengan kesan yang cukup berbeda karena tampak lebih berwibawa. Setelah dipersilahkan untuk menjelaskan kendala yang kami alami, aku kemudian mulai menjabarkan “Kami mendapati seorang pasien dari heart-failure service Portland state. Dua dari pasien yang kami tangani mempunyai dua jantung dengan fungsi yang berbeda. Beberapa dokter mempertimbangkan untuk menjalani permanent treatment. Tetapi setelah melakukan serangkaian tes Jarvik 2000 bersama tim anatomy, monitor menunjukkan bahwa impeller berputar sekitar 10,000 rpm yang mana ini adalah kondisi abnormal.” “FDA sangat tidak menyarankan treatment jangka panjang atas hasil dari Jarvik 2000 dan meminta untuk melakukan ‘Lifetime support’ test dari konsep yang kami dapatkan dari pasien NHS bersama tim HeartMate. Saya telah mencari tau beberapa alternative dengan melihat history pasien yang mendapat diagnose yang sama. Beberapa di antaranya gagal melakukan test lifetime support, beberapa berhasil melakukan pemisahan jantung. Namun, kami butuh hipotesis yang kuat dari para senior atas keputusan dari FDA.” Penjelasan panjang lebar berhasil membawa solusi bagi tim kami. Dokter bersedia memberikan bantuan dalam melaksanakan test dan meminta timnya untuk mencari data yang kubutuhkan. Tantangan yang kudapatkan sebagai seorang dokter jantung adalah berbeda-beda, dan cukup membuat kami kewalahan karenanya. Akan tetapi, pekerjaan ini membuatku merasa bahwa bunda selalu berada disisiku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD