The Date-Ex (?)

1032 Words
Pasca kejadian malam itu, aku hampir tak bisa tidur semalaman dan berujung rasa kantuk tak tertahankan saat bekerja. Seperti anak remaja saja, pikirku. Aku baru saja mencoba mengontaknya pagi ini, saat tak sedang bekerja. Sebenarnya aku tak ingin mengontaknya, tapi aku melihatnya sedang berada di balkon apartment-nya. Melangkah keluar ruangan dan duduk di balkon milikku dengan pakaian santai dan segelas greentea milkshake untuk menemani waktu luangku sembari menikmati musik-nya. Setelah musiknya berakhir, aku mencoba mengiriminya pesan sesuai permintaannya malam itu. Morella: Terdengar bagus, lagu apa yang sedang kau nyanyikan? Aku melihatnya tersenyum melihat pesan dariku, lalu melihatku dan melambaikan tangannya. Aku tersenyum ramah kepadanya dan melanjutkan percakapan kami pagi itu. Guitar Boy: Aku menyanyikan lagu yang kutulis sendiri, benarkah? Haha Morella: Sungguh? Itu terdengar luar biasa seperti yang kukatakan. Guitar Boy: Terima kasih. Bagaimana penawaranku malam itu? Morella: Penawaranmu? Guitar Boy: Ya. Berteman denganku? Morella: Oh, tentu saja! Akan sangat menyenangkan bila berteman denganmu. Guitar Boy: HAHA aku harap begitu. Morella: Well, kau tak pernah menyapaku secara langsung? Guitar Boy: Aku sedikit ragu menyapamu waktu itu, kekasihmu terlihat ingin memakanku! Aku terdiam dan membaca pesannya, dia cukup ramah kepadaku dan aku kagum dengan kemampuan fast-typing yang ia miliki. Tak sama seperti lelaki lain yang kutemui sebelumnya. Dia cocok menjadi temanku! Tapi, siapa yang ia maksud dengan kekasihku? Aku bahkan sudah single sejak 7 tahun yang lalu, oh Tuhan! Morella: HAHA sungguh? Oh tunggu, maksudmu Harry? Dia adalah sahabatku Guitar Boy: Aku tak tahu menahu siapa dia, aku bahkan tak tau namamu. Morella: Oh, aku Morella. Kau bisa memanggilku El! Bagaimana denganmu? Guitar Boy: Senang berkenalan denganmu, El. Aku Cyan. Kau bisa memanggilku apa saja. Morella: Nama yang unik. Bagaimana kalau aku memanggilmu dengan Magenta? Guitar Boy: Beberapa orang juga melakukannya, haha. Morella: Tak apa, aku akan memanggilmu Cyan saja! Itu bukan sesuatu yang buruk. Dia terlihat menaruh gitar yang berada di pangkuannya dan handphone miliknya dan duduk di pembatas balkonnya dan milikku, lalu menyapaku terlebih dahulu. “Hai, aku berinisiatif menyapa gadis yang sedang bersantai, apabila tak keberatan” Sapa Cyan kepadaku “Oh, hai! Tentu saja tidak, kau sedang apa? Maaf aku mengirimu pesan dan mengganggu aktivitasmu tadi” ucapku lalu tersenyum merasa tak enak hati padanya. Dia mengangkat bahunya lalu berkata, “Tak perlu meminta maaf, aku menunggu pesan dari teman baruku ini sejak malam itu” “Ah ya, benarkah? Aku merasa sungkan mengirimu pesan dan menunggu waktu yang tepat saja” Ujarku. Lalu, kami bercerita banyak hal tentang kesamaan hobby dan kebiasaan kami. Dia menanyaiku apakah aku bisa pergi bersamanya di festival music pekan depan, dan aku dengan senang hati menerima tawarannya tetapi aku mengatakan bahwa aku tak janji tentang itu karena aku adalah seorang dokter yang kapan saja bisa dipanggil apabila dokter yang bertugas hari itu berkendala untuk datang. Dia memakluminya. Hari ini kami banyak bercerita. Tak seperti kesan pertamaku bertemu dengannya kala itu. Aku sempat meminta maaf atas kejadian tak mengenakkan sore itu karena tingkah random Harry. Tetapi dia mengatakan bahwa dia hanya merasa kaget melihatnya, lalu aku memilih mengakhiri percakapan kami karena pekerjaan rumahku harus selesai sebelum malam tiba. Bukan karena merasa marah atau bahkan jijik. Setelah bercerita panjang lebar, aku lalu masuk untuk berberes. Tak lama setelahnya, bel rumahku berbunyi beberapa kali. Setelah melihat siapa yang berkunjung sore ini, aku langsung mengomeli mereka berdua. Nath dan Harry. Kompak sekali bukan? Aku mengomeli mereka karena tak memberitahuku sebelumnya, aku jadi tak sempat menyiapkan makan malam untuk mereka. “Tenang saja, babe. Kami ingin mengajakmu makan di luar hari ini, Bagaimana?” Kata Harry “Ap..” belum selesai aku berbicara, Nath menengahi ucapanku. “Sudahlah, ibu dokter. Mengonsumsi makanan siap saja sesekali tak membuat seseorang terkena kolesterol atau jantung coroner bukan? Lagipula, ini pertama kali kami mengajakmu makan di luar” Jelasnya panjang lebar sembari merayuku untuk menerima ajakannya. Tak ada pilihan lain bukan? Lagipula benar kata Nath, aku tak perlu terlalu berlebihan. Selama di Warsaw, aku hampir tak pernah mengonsumsi makanan siap saji sejak masih kecil. Kebiasanku makan makanan rumahan adalah karena bundaku seorang dokter jantung. Jadi, sangat menjaga apapun yang kami konsumsi. Setelah menghabiskan waktu hampir sejam lamanya untuk bersiap-siap, kami langsung beranjak ke rumah makan yang kami tuju. Sebelumnya, Harry mengomeli kami berdua karena berdandan lama sekali. Lagipula aku sangat heran dengan Nath, kenapa dia jadi heboh sekali hari ini? Aku di dandaninya dengan dress pilihannya. Tidak dengan make up. Nath mempunyai style dandanan yang bold dan nyentrik, sedangkan aku lebih suka dandanan natural. Padahal, tadinya aku memilih untuk menggunakan blouse biru kesukaanku dan sweatpants putih agar terlihat lebih santai. Setelah sampai ke tempat tujuan, aku lalu memilih hidangan yang ingin kunikmati malam ini. Aku memilih hidangan Green-Vestikot karena tak terlalu tau jenis hidangan yang lain. Aku memilihnya karena aku pikir ini adalah sajian sayuran atau buah-buahan. Benar saja, ini adalah salad dengan taburan green-tea. Tak lama setelahnya, seseorang bergabung bersama kami. “Selamat malam, maaf sedikit lama” Ucapnya. Aku dengan sekonyong-konyongnya memuntahkan hampir separuh isi mulutku karena tersedak. Mereka tampak panic, tapi aku lebih panik. Nath gila, mengundangku di acara makan malam bersama kedua mantanku, WTF, WTF! “Maaf membuatmu kaget, Ella” Dia menyapaku, benarkah? Ah sudahlah, jangan lupakan jasanya sebagai lelaki pertama yang membuatku sakit hati. Ya, aku tak lagi menyukainya karena beberapa saat setelah mengakhiri hubungan kami, dia berkencan dengan wanita lain. Setelahnya aku tak pernah lagi mendengar kaabr apa-apa darinya. Bagaimana ini? Aku masih diam dan berdebat dengan isi pikiranku, tetapi aku menghargainya untuk menyempatkan waktu mala mini. Aku hanya tak menyangka bahwa dia adalah tamu special yang Nath bicarakan kepadaku. “Ohiya, tak apa-apa, David” Aku membalasnya dengan sesingkat mungkin. Di sebelahku, Harry terlihat makan lebih berwibawa dan tampak tenang malam ini. Mungkin, karena makan bersama mantan dari mantannya. Bukankah itu lucu? Bisa-bisa image-nya tercoreng sebagai laki-laki sejati dan gentle. Ah, sungguh konyol diriku memikirkan hal-hal yang tak perlu, pikirku. Masing-masing dari kami fokus ke hidangan masing-masing tanpa ada niat membuka suara. Setelahnya, aku berpamitan ke toilet karena perutku sakit sekali karena tak biasa memakan makanan seperti itu. Betapa terkejutnya aku melihat David, menungguku tak jauh lobby rumah makan. “Hai, bagaimana kabarmu Morella?” Sapa david dengan sedikit sungkan. “Oh..h, hai!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD