Kesetiaan yang Membisu

1137 Words
Teriakan komando memecah kabut Laut Utara yang menggema berat seperti tirai kain wol basah. “Turunkan sekoci! Tim naik bersiap! Pastikan jalur aman!” Dari balik selimut kabut, empat bayangan raksasa muncul, satu per satu, mengelilingi The Selene bagai predator laut. HMS Halberd memimpin formasi dari depan. Haluan kapal itu dibuat tajam bagaikan kepala tombak, menembus ombak dengan buas. Dua meriam ringan terpasang di sisi menara intainya yang tinggi, baja dingin berkilau saat cahaya pagi memantul di permukaannya. Cat abu biru kapal berkedip terkena sorot lampu kabin, menciptakan kesan seolah Halberd menghirup cahaya seperti makhluk hidup. Di sisi kiri, HMS Viper meluncur cepat, ukuran lebih kecil, namun lincah seperti panah. bunyi uap mesin terdengar tajam. Awak The Selene mengenalnya kapal yang sering jadi mimpi buruk penyelundup pantai timur. Di sisi kanan, HMS Saintbury, saudara kembar Viper dengan tubuh lebih berat, tapi mesin pendorongnya mampu mendorong kecepatan tinggi dalam sekejap. Sorot lampunya bergerak dari geladak ke layar The Selene seperti mata predator yang akan melahap mangsa. Dan dari belakang, yang paling ditakuti, kabut pecah oleh cahaya putih kekuningan. HMS Resolute. Kapal komando lapis baja ringan, namun reputasinya jauh lebih menakutkan dari wujud. Sorot lampunya menyapu geladak The Selene, membekukan gerak siapa pun yang terkena cahayanya. Para pelaut utara menyebutnya “Mata Pengintai”, karena setiap inspeksi yang melibatkan Resolute jarang berakhir tanpa penangkapan. Empat kapal kerajaan kini membentuk jaring baja yang menjerat The Selene sepenuhnya. “Mereka… empat sekaligus? Serius?” bisik Thomas, awak termuda, suaranya pecah seperti kaca panas direndam air dingin. Tidak ada jawaban. Sekoci sekoci mulai diturunkan dari HMS Halberd dan Viper, dayung dayung menyibak air dengan disiplin sempurna. Dari kejauhan, bunyinya seperti detak jantung raksasa yang tak sabar. Clang. Pengait besi menghantam sisi The Selene. Sepatu bot bersol baja menjejak kayu geladak, dua puluh empat serdadu Angkatan Laut Britania naik. Seragam biru tua mereka bersih, pedang naval tergantung di sisi, senapan Lee Enfield tergantung di bahu. Mereka menyebar seperti gerimis badai. Di antara mereka, Letnan Komandan Harrow maju dengan mantel hujan panjang terbuka oleh angin. Dari tiang atas Resolute berkibar keras, melambai seperti peringatan dingin. “Atas nama kerajaan Britania, kapal The Selene berada dalam status pemeriksaan wajib,” suaranya lantang namun datar, bergema di udara asin. “Tidak ada yang bergerak. Tidak ada yang menyentuh layar maupun tali jangkar.” Kapten Rowan maju, wajahnya tegang. “Letnan, kapal ini membawa...” “Saya yang menentukan apa yang Anda bawa, Kapten.” Harrow memotong dalam nada seperti racun yang dibungkus madu. Keheningan jatuh menyebar Awak The Selene mematung dalam ketakutan,karena Resolute berada di belakang mereka. Legenda lama para pelaut kembali terngiang kapal yang melihat Resolute dari jarak tembak meriam tidak pernah melanjutkan pelayaran dengan damai. Harrow mengangkat dagunya sedikit. Sorot matanya beralih pada lambung The Selene yang besar dan segel peti kayu di geladak belakang. “Ruang kargo akan diperiksa. Segel semuanya. Periksa manifest. Siapa pun yang mencoba berbicara tanpa izin akan ditahan.” Tiga serdadu bergerak ke palka bawah. Enam menuju geladak belakang. Sisanya menyebar, mengawasi awak. Geladak menjadi bisu. Hanya suara ombak deburan ombak menghantam lambung, dan derit tali layar menegang oleh angin. Dari jauh, keempat kapal Kerajaan bergerak lambat, menjaga jarak sama seperti bentuk mata panoptikon, memastikan tidak ada celah. HMS Halberd, bagian tombak yang menusuk diam. HMS Viper dan HMS Saintbury, taring tajam di kiri dan kanan. HMS Resolute, otak dan mata pengintai di belakang. The Selene, sekuat apa pun tubuh kapalnya, pada pagi ini hanyalah seekor rusa yang berdiri di tengah lingkaran pemburu. Dan para pemburu itu tidak pernah pulang dengan tangan kosong. Letnan Harrow berdiri tegak dengan postur tanpa cela, seragam biru-gelapnya press rapi, tombol kuningan memantulkan kilau lampu dengan dingin. Ia bukan tipe yang mengangkat suara tatapannya saja sudah cukup membuat seseorang mengingat segala dosa mereka. Peti-peti besi masih terbuka di sampingnyasenjata laras panjang, minyak pelumas, peluru kaliber asing. Semuanya terhampar seperti bukti kejahatan yang tidak mengizinkan alasan sekecil apa pun. Harrow mengangkat satu peti kayu beratnya membuat urat-urat pada tangannya menegang. “Anda memahami beratnya konsekuensi ini, Kapten?” suaranya datar. “Setiap kontainer senjata ilegal ini adalah pelanggaran hukum kerajaan. Saya meminta kejelasan sekali lagi.” Rowley menarik napas panjang, menahan getar dalam dadanya. Ia menatap lurus tanpa berkedip. “Seluruh peti ini… adalah milik saya.” Kata-kata itu jatuh perlahan, namun penuh percaya diri. Alis Harrow terangkat tipis. “Anda bermaksud mengatakan, awak Anda tidak mengetahui apa pun?” “Tidak seorang pun,” jawab Rowley cepat, hampir memburu. “Saya menyimpan peti ini di bawah perintah pribadi saya. Awak hanya menjalankan tugas pelayaran.” Harrow memutar tubuh, berjalan pelan mengelilingi kursi. Suara sol sepatunya mengetuk lantai kayu seperti jam berdetak. “Menarik. Jadi Anda menyelundupkan puluhan peti-peti berisi senjata,bubuk misiu,peluru dan bom sendirian?” Diam. Rowley menelan ludah. Harrow condong sedikit, mengamati setiap ketegangan di wajah lawannya. “Kapten Rowley, seseorang pelaut seperti Anda tentu memahami persenjataan sebanyak ini memerlukan sumber, dana, izin gudang, dan jaringan logistik. Anda berharap saya percaya Anda menanganinya seorang diri?” Rowley mengembuskan napas pendek, suaranya sedikit serak namun tetap kukuh. “Percayalah atau tidak, Tuan Letnan, akulah satu-satunya yang bertanggung jawab. Jika seseorang harus bertangung jawap atas peti-peti ini maka itu adalah saya." Harrow tidak menunjukkan emosi, namun sorot matanya menyempit, seperti jarum yang menemukan celah untuk menusuk. “Kesetiaan seperti itu tidak lahir tanpa alasan. Anda melindungi seseorang.” Rowley menggigit bibir bagian dalamnya gerakan halus, nyaris tak tampak. “Saya tidak akan menyeret nama siapa pun,” katanya tegas. “Apalagi nama seorang bangsawan yang… telah mempercayakan mandatnya kepada saya.” Harrow berhenti tepat di sampingnya. Napasnya dingin di udara. “Anda berbicara tentang Lord Julian Roderick Vale.” Rowley tak menjawab namun kelihatan resah di matanya adalah pengakuan yang paling nyata. “Lord Vale,” ulang Harrow pelan, “Baron pemilik perusahaan kargo, dan reputasi yang membuat orang menundukkan kepala di ruang dansa aristokrat,Apakah beliau terlibat?” Rowley mengencangkan rahang hingga tulang pipinya tampak lebih tajam. “Saya tidak mempunyai pernyataan apa pun mengenai diri beliau. Tuduhan seperti itu tidak pantas di arahkan ke beliau.” Sejenak, keheningan menggantung panjang, tebal, menekan. Harrow menarik napas pendek. “Kapten, kesetiaan yang buta bisa menyeret seseorang ke kedalaman laut yang tak pernah kembali.” “Jika itu takdir saya,” Rowley menjawab datar, “maka saya menerimanya.” Sebuah keputusan. Pintu tertutup. Harrow memberi isyarat. Dua prajurit mendekat. Saat Rowley digiring keluar, ia menoleh sekali saja, suaranya rendah namun jelas. “Awak saya tak bersalah. Jangan memaksa mereka berbicara. Mereka bahkan tidak tahu peti itu berada di kapal.” Harrow tak berkedip. “Kami tidak menyiksa orang tak bersalah, Kapten. Namun jangan berharap laut akan tenang untuk mereka yang mencoba berdusta.” Pintu besi mengatup dengan suara tajam dan ruangan kembali sunyi, menyisakan bau minyak senjata yang menguap lembut seperti bisikan lembut sang angin malam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD