ALASKA SABANA WIRJADIRDJA

1510 Words
Rayyan membuka pintu mobil  sambil  berkata “Silahkan turun yang mulia,  senang sekali kami bisa melayani yang mulia berdua”. Biru dan Kilau tertawa cekikikan sambil turun dengan bergaya tuan puteri. “Terima kasih atas pelayanan kalian berdua, kami sangat terkesan dan puas”. Kilau menjawab sambil menundukkan badannya seperti orang korea. “aaa.. terima kasih sudah  menganggap kami berdua sebagai alat pemuas yang mulia berdua ” ujar Aldino terus berlari mengelilingi mobil karena menghindari kejaran Biru. Rayyan tertawa sambil berteriak memberi semangat pada Biru . “ampun..ampun” teriaknya. Biru baru berhenti setelah ada teriakan menyerah.. Akhirnya mereka berhenti disamping mobil sambil membungkuk dan terbatuk-batuk. Kilau tertawa sambil memegang perutnya.   Sambil masih tertawa mereka berjalan masuk ke rumah, “ lho ..Rayyan? kok sekarang ga pernah main lagi?’’ mama datang dari arah dalam sambil tersenyum menyapa. “ malam tante...iya kalau saya lagi banyak tugas ”, Aldino yang menjawab sambil tersenyum lebar.” Tapi kalau sih rayyan lagi banyak pacar tante “ sambungnya. Disambut teriakan huuuu...dari yang lain. “ ya udah ..kita pamit ya tan, udah malam” pamit Rayyan sambil  cium tangan, disusul Aldino. “Hati-hati dijalan jangan ngebut” sambung mamanya Biru. Rayyan mengganguk sambil berjalan keluar yang diikuti yang lain. “Besok jamnya pak Gerhard lho..jangan pada telat ya” pesan Biru. “ Ayang Biru...punya cermin besar dikamar khan?” jawab Rayyan disambut cekikikan yang lain karena semua sudah paham apa maksudnya. Ya..yang paling sering terlambat adalah Biru diantara mereka berempat. Biru hanya mencibir sambil menendang kaki Aldino karena tertawa paling keras. Setelah mengantar duo kaleng-kaleng pulang, mereka masuk kembali yang disambut mama “ cepat mandi, terus turun makan”. Ketika melewati ruang tengah, sudah ada papa, Jagad dan 3 orang tamu. Biru tersenyum sambil mengganguk kepada sepasang laki-laki dan perempuan seumuran papa dan mama dan laki-laki seumuran kakaknya. Setelah memberi salam dan mencium tangan papa dan kakaknya. “Biru ini teman papa, pak hendra dan istrinya amelia terus ini anaknya Alaska. Biru dan Kilau tersenyum sambil maju mencium tangan. “wahh..cantik sekali kalian berdua, yang mana puterimu dewi?” Kata amelia. “ Yang tinggi mbak” sambil menunjuk Biru yang memang lebih tinggi dari Kilau. Kilau hanya sebatas telinganya. “Terus yang satu ini siapa” ganti Kilau yang maju memperkenalkan dirinya. “Saya Kilau tante, temennya Biru” yang dilanjutkan mama “ mereka berdua temen mulai kecil, jadi seperti punya 2 orang anak gadis”. Tante amelia tersenyum lebar ketika mendengar bisikan mama yang hampir semua orang mendengarnya “calon mantu itu”. Sedang yang dimaksud hanya tersenyum malu, “senang nihh” bisik Biru. Tante Amelia tersenyum “ bentar lagi aku juga punya anak gadis”, sambil melirik Alaska penuh arti.  Kemudian mereka permisi untuk naik keatas.“ Siapa sih mereka itu, kok agak mencurigakan ya” begitu sampai dikamar. “ khan temen papa” jawab Kilau. “Itu sih udah tau, maksudnya mau apa kemari”. Sambil tiduran Kilau menjawab lagi. “Khan makan malam kata mama”. Bugh “auww, sakit anak cebong” sambil cemberut Kilau bangun mengusap-ngusap kepalanya kemudian berjalan kearah kamar mandi dengan raut muka kesal. Digantikan Biru yang tiduran sambil otaknya berputar berusaha mengingat siapa tamu papa itu. “udah selesai mandi?” mama masuk dan melihat Biru masih tiduran. “belum,itu tamunya ma?, mama hanya mengangguk. Kemudian melihat Kilau keluar dari kamar mandi, “ ayo sana cepet mandi” sambil mengusap rambut Biru pelan. Akhirnya mereka turun barengan dengan mama. Sambil turun mata Biru tanpa sengaja bertatapan dengan Alaska, gelagapan karena kepergok langsung melengos pura-pura melihat ke arah papa. Alaska hanya tersenyum samar. “ wahh..anak kecil bisa galak juga” ucapnya dalam hati. Diperhatikannya Biru yang memakai dress warna maroon yang semakin menonjolkan kulitnya yang pucat. Ya.. Biru merupakan duplikat papanya 100 persen hanya warna kulit yang diambil dari mamanya. Alaska dan Jagad mulai akrab sejak mereka kelas 3 SMA sampai kuliah di ITB jurusan pertambangan. Kemudian sama-sama mengambil S2 di Master of science in mining engineering University of Nevada, Reno Amerika Serikat. Sampai dengan kemudian lulus hampir bersamaan dan di terima di perusahaan yang sama tempat mereka magang dulu. Hingga sekarang persahabatan masih awet. Cuma Alaska memang jarang berkunjung ke rumah Jagad, pernah dulu beberapa kali tapi tidak pernah sekalipun dia bertemu dengan Biru. Dan kebetulan mamanya Jagad adalah teman sma mamanya. Itupun baru tahu sewaktu Alaska mengantar mamanya membeli kue untuk dibawa pulang ke Jakarta, setelah menengok Alaska. Dan Jagad juga mengantar mamanya beli oleh-oleh di toko yang sama. Itu terjadi saat mereka masih kuliah di ITB. Jadi ketika mamanya menyampaikan niatnya untuk supaya dia bisa lebih akrab dengan adik sahabatnya itu, Alaska hanya bisa mengangguk tapi tidak mengerti. Ini maksudnya dia jodohkan khan ya?. Dia bingung ternyata orangtua mereka masih menjalin komunikasi sampai sekarang. Matanya mengikuti gerakan Biru yang berjalan dan duduk dekat papanya disusul Kilau disebelah Jagad. Kemudian berbisik ke mamanya sambil cemberut. “cantik” batin Alaska. Biru yang tersenyum, berbicara, membetulkan rambutnya, menggaruk hidung, melotot sambil tersenyum . Semua diperhatikannya dengan seksama seakan menilai sesuatu. Sepertinya mudah bergaul, melihat Biru yang dengan sabar  mendengarkan ketika orang tua Alaska yang mengajaknya ngobrol dan ditanggapinya dengan tersenyum. Sebelum akhirnya “ayo..ayo silahkan, kita mulai aja makan malamnya”. Kemudian yang terdengar hanya denting piring dan sendok.   Sambil makan Alaska masih melanjutkan observasinya, dilihatnya Biru menggoda Kilau yang lagi duduk dekat kakaknya. Jagad meliriknya yang dibalas cengiran lebar. Tiba-tiba Biru menoleh dan melihatnya, merasa diperhatikan Biru melotot sambil bibirnya cemberut ciri khasnya kalau lagi ngambek. Alaska menahan senyumnya. Biru merasa jengkel melihat Alaska tersenyum seakan mengejeknya. “Uhuk..uhuk, tiba-tiba Biru terbatuk sambil tangannya menunjuk gelas, Jagad cepat mengulurkan minum sambil menepuk-nepuk punggungnya. Mukanya merah, hidungnya panas. Merasa semua perhatian tertuju padanya, mukanya semakin  merah seperti kepiting rebus. Diambilnya tissue dari tangan papanya. “Pelan-pelan Laut Biru”. Waduhh..red code nih, namanya diucapkan dengan lengkap. “iya pa”, Biru menjawab sambil melirik kakaknya. Kenapa tadi dia ngambil sambal sebanyak 2 sendok batinnya.   Mereka berdua memang penggemar sambal sejati, apapun makanannya yang penting sambalnya itu yang selalu mereka ucapkan. Menirukan iklan minuman . Apalagi kalau lagi makan bakso sampai tukang bakso langganan mereka sudah hapal, dan sering sekali menggoda mereka dengan menyembunyikan tempat sambalnya.  Walaupun sering juga mereka bermasalah dengan perut kalau sudah keterlaluan tapi mereka nggak pernah kapok. Mereka hanya takut  kalau sampai Jagad memergoki. Itu berarti harus LDR-an sama sih sambal untuk beberapa waktu ke depan. Setelah selesai makan mereka pindah ke ruang tengah, Biru dan Kilau membawa buah dan makanan kecil. Disusul mama meletakkan minuman dimeja. “ Kalian berdua kuliahnya sama? Semester berapa?” Tanya mamanya Alaska. Yang dijawab dengan anggukan oleh Kilau.  “ Semester 5 tante”giliran Biru. “wahhh...enak ya, tiap hari bareng, sudah punya pacar belum?” Biru menggeleng. “sama anak tante mau ga?”Biru keningnya berkerut sambil melihat mama. “Tante pingin sekali punya anak perempuan, biar ga sepi rumah”. “Anak tante yang mana? Kilau penasaran, sambil senyum-senyum melihat Biru sudah mulai ngambek. “ya sih Alaska, kenapa? Anaknya baik kok, pendiam” lanjutnya. “Menurut Kilau sih mereka cocok, Kak Alaska pendiam dan Biru suka pecicilan”. Semua tertawa mendengar candaan Kilau. Hanya satu orang yang diam merenggut.   Secara otomatis Biru melihat ke Alaska. “lumayan ganteng sih” batinnya. Hidungnya bangir, mata agak sipit, wajah lebih ke mamanya lanjut Biru. Rambutnya rapi. Kulitnya putih agak coklat, coklat s**u dong sambil cekikikan sendiri. Tingginya hampir sama dengan kak Jagad. Eee..lebih tinggi si songong dikit, Cuma beberapa centi sihh. Malam ini tampil santai kaos warna cream dan celana jeans hitam. Cuma ini lebih songong dari kak Jagad. Awas aja! Merasa ada yang memperhatikan Alaska menengok dan menemukan Biru yang sedang mengamatinya . Beberapa detik mereka saling tatap. Akhirnya Biru memalingkan muka lebih dulu dan kembali ikut asyik ngobrol . Alaska hanya tersenyum geli. Kenapa aku berdebar ya? batin biru. Hanya seonggok makhluk songong bukan seorang Daniel Henney idolanya. Lewat ekor mata diliriknya Alaska sambil menyakinkan diri kenapa sampai harus berdebar. Tidak ada yang istimewa kok. Tapi..?   Para lelaki ngobrol sendiri, apalagi kalau bukan masalah pekerjaan. Sesekali Alaska melihat ke arah Biru yang sedang duduk diseberangnya sambil makan buah mendengarkan mamanya bercerita. Diperhatikannya gadis itu dengan seksama. Melihat mamanya ngobrol sampai tertawa seperti itu, dia merasa ada yang lain, terasa berbeda tapi apa ya?. Perasaan bahagia? Mungkin.  Mama Alaska adalah orang yang sangat sulit menerima orang lain. Apalagi kalau itu adalah seorang gadis yang kelihatan jelas sekali mencoba akrab dengan dirinya. Tapi ini kok mama langsung bisa akrab sama  bocah itu ya?.  Sudah sering Alaska membawa teman perempuan ke rumah sambutan mama biasa aja. Bahkan   cenderung agak menjaga jarak apabila sudah jelas sekali maksud dari perempuan itu. Bisa langsung akrab meski ini pertemuan mereka yang pertama. Membuat Alaska berpikir sambil terus memperhatikan Biru. Apa sih yang bikin mama bisa akrab gitu? Memang apa yang istimewa dari bocah ini. Perasaan biasa aja. Atau mungkin karena enak diajak ngobrol? Mungkin nyaman? Pinter? Baik hati dan tidak sombong?. semakin pusing Alaska dibuatnya.            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD