Chapter 03

1748 Words
Daniel membimbing kedua tamunya untuk menuruni anak tangga menuju bangunan bawah tanah. Sedikit informasi tentang tempat itu, rumah itu dulunya adalah tempat tinggal Daniel dan Felix ketika keluarga mereka masih utuh dan tentunya ayah mereka belum masuk ke dunia politik. Meski telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, namun rumah itu masih terlihat bagus karena selama kedua Alexander Lim bersaudara itu tinggal di luar negeri, ayah mereka mempekerjakan seseorang yang secara rutin membersihkan rumah itu sekali dalam satu minggu. Jason yang berjalan paling belakang mengedarkan pandangannya. Tampak tak tertarik dengan tempat persembunyian mereka kali ini. Jason bergumam, "ruang bawah tanah adalah pilihan yang paling buruk di antara semua pilihan yang ada. Sejujurnya aku lebih suka tinggal di gereja." Felix yang tak ingin menanggapi keluhan Jason justru berbicara dengan Daniel yang berjalan di hadapannya. "Kau sendiri yang membersihkan tempat ini?" Daniel menyahut, "dua orang yang masih hidup dan mengetahui tentang bangunan ini hanyalah kita berdua. Aku tidak akan menempatkanmu ke dalam bahaya." Jason lagi-lagi merasa diabaikan oleh Daniel. Dia kemudian mencibir, "haruskah aku berdiri di hadapannya ketika dia berbicara?" Langkah Jason terhenti ketika mereka sampai di bangunan bawah tanah. Tak seperti anggapan buruk Jason tetang betapa buruknya ruang bawah tanah. Bangunan bawah tanah di sana justru terlihat lebih bagus dibandingkan dengan bangunan utama yang tampak kosong. Untuk sesaat Jason terpaku. Bangunan bawah tanah itu tidak seperti yang ia pikirkan. bahkan tempat itu bisa dikatakan lebih layak untuk dihuni dibandingkan tempat-tempat persembunyian mereka selama ini. "Kapan kau mulai mempersiapkan tempat ini?" tanya Felix ketika mereka masih berada di ruang utama bangunan bawah tanah itu. "Dua bulan mungkin." Felix memandang Daniel, tentu saja karena waktu dua bulan adalah waktu yang cukup lama. Daniel kemudian berkata, "aku tidak bisa berkutik, negara terus mengawasi aku sejak kalian berdua menghilang." Setelah bisa beradaptasi dengan keadaan di sana, Jason kemudian bergabung dengan kedua bersaudara itu. "Berapa lama kita akan tinggal di sini?" tanya Jason. "Selamanya," celetuk Daniel, bukan hanya membuat Jason menatap tak percaya namun juga menarik perhatian Felix. Jason tersenyum tak percaya dan berkata, "kau pasti bercanda. Berapa lama tempat ini aman untuk kakakmu?" "Aku mungkin tidak bisa memastikan keselamatanmu, tapi aku akan melakukan apapun untuk saudaraku," balas Daniel. Meski sudah cukup lama mengenal Jason, dia seperti tak berniat untuk menjalin hubungan baik dengan rekan kakaknya itu. Jason menatap sinis dan bergumam, "dia selalu membuatku kesal setiap kali berbicara." Daniel kemudian beranjak dari tempatnya. Berjalan menuju sudut lain sembari berkata, "ada bagian terpenting yang harus kalian perhatikan setiap waktu." Felix sekilas memandang Jason sebelum mengikuti Daniel. Sedangkan Jason yang tak merasa sakit hati karena sudah terbiasa dengan sikap dingin Daniel pun menyusul kedua bersaudara itu. Daniel membawa keduanya memasuki sebuah ruangan. Bisa dikatakan bahwa ruangan itu adalah ruang keamanan. Karena di ruangan itu lah mereka bisa memantau keadaan di sekitar rumah melalui kamera CCTV yang memang sudah dipasang sendiri oleh Daniel. Jason terlihat kagum ketika memasuki ruangan itu. Dia kemudian menegur Chang Kyun. "Hey, Bung. Sebutkan satu hal yang tidak bisa kau lakukan." Daniel tak menanggapi, namun Felix hanya menanggapi ucapan Jason dengan seulas senyum tipis. Seperti sebelumnya, Daniel justru berbicara pada Felix. "Kita perlu berbicara." Sebelah alis Jason terangkat, lagi-lagi dia merasa bahwa kedua bersaudara itu tengah berusaha menyembunyikan sesuatu. Dan ketika Felix dan Daniel hendak meninggalkan tempat itu, dia berucap seperti tak terima. "Lagi? Apa ini? Kalian mengabaikan aku lagi?" Daniel melewati Jason begitu saja. Tapi Felix sempat menepuk bahu Jason ketika mereka berpapasan. Jason sejenak menggaruk keningnya. Bukannya menaruh kecurigaan terhadap Daniel atau pun Felix. Terkadang, dia merasa hanya menjadi beban ketika ia hanya tahu bagaimana cara untuk melarikan diri. Hal itu tentunya bukan keinginan Jason. Jason terlihat tidak melakukan apapun karena Daniel tidak berbagi informasi apapun padanya. Dia hanya akan mengetahui situasi di luar jika Felix yang berbicara dengannya. Meninggalkan Jason, Daniel dan Feliix memasuki sebuah kamar yang cukup luas. Dan sudah dipastikan bahwa ruangan itu lah yang akan menjadi kamar untuk Felix. Felix menutup pintu dan menghampiri Daniel yang berdiri di tengah ruangan. Kala itu Felix menyadari garis wajah Daniel yang menunjukkan perubahan. Tak lagi terlihat santai seperti sebelumnya, garis wajah Daniel saat ini menegaskan bahwa mereka tengah berada dalam masalah yang serius. "Ada masalah apa?" tegur Felix. Daniel terlihat enggan untuk berbicara. Hal itu membuat Felix berpikir bahwa kabar yang akan disampaikan kali ini lebih serius dari kabar-kabar yang datang sebelumnya. Felix kembali menegur, "kau harus mengatakannya agar kita bisa menemukan solusi." "NCA ..." gumam Daniel. NCA (National Criminal Assosiation) adalah Badan Intelijen Negara. "Sepertinya mereka mulai mengambil tindakan nyata," lanjut Daniel. "Apa mereka sudah mulai mengusikmu lagi?" Daniel menggeleng. "Belum, tapi sepertinya itu akan segera terjadi." Felix sejenak terdiam, merasakan kegelisahan yang sama dengan Daniel. Dia kemudian berkata, "jika ini terlalu sulit untukmu, mundurlah." Netra tajam Daniel memicing. "Kau berpikir aku akan melakukannya hanya karena kau mengatakannya?" "Tidak," sahut Felix. "Meski begitu aku tetap berharap bahwa aku bisa memutuskan hubungan denganmu." Daniel sejenak menundukkan kepala dan menghela napas. tanpa mengangkat kepalanya, dia berucap, "mari kita akhiri dengan caraku." "Apa yang sedang kau bicarakan?" Daniel kembali memandang Felix dan berbicara tanpa keraguan. "Menunjukkan pada dunia siapa yang bersalah dan siapa yang sedang dikorbankan sebenarnya ..." Daniel diam, menunggu respon dari Felix. Felix terdiam, mencoba menerima ucapan Daniel. Namun berapa kali pun memikirkan hal itu, pikiran Felix tetap tak bisa sejalan dengan pikiran Daniel dalam masalah itu. Daniel kembali berkata, "kita mulai lebih dulu sebelum keadaan menyudutkan kita. Sudah terlalu lama Hilton mendapatkan kehidupan yang layak dengan mengorbankan kalian berdua." "Lalu kau ingin kami membunuh Hilton demi mengungkap kebenaran?" Felix menyela. "Kau pikir hanya dengan kematian Hilton, nama kami bisa dibersihkan?" Daniel menatap tak percaya. "Kau berpikir bahwa aku berpikiran dangkal seperti itu?" Ucapan Daniel menyadarkan Felix akan tuduhan tak berdasar yang baru saja ia layangkan. Daniel kembali berbicara, "pernahkah aku mengatakan bahwa aku akan membiarkan Hilton mati begitu saja?" "Maaf ... untuk sesaat aku berpikiran dangkal," ucap Felix dengan penuh sesal. "Tapi bagaimana caramu untuk membalikkan keadaan? Bukan hanya satu orang. Hilton memiliki negara ini. Itu berarti kita harus melawan negara ini untuk membalikkan meja." "Percayalah padaku. Sekali saja, bisakah kau percaya padaku?" Felix menggeleng. "Tidak bisa." "Felix—" Felix menyela, "jangan melibatkan dirimu lebih jauh dari ini, atau aku akan benar-benar mengabaikanmu." "Tidakkah kau berpikir bahwa kau terlalu kejam? Membiarkan aku hidup sendirian, itukah caramu menghukum aku?" Daniel tampak tak terima dengan keputusan Felix. "Kau tidak melakukan kesalahan apapun, kau tidak harus dihukum atas apapun." Felix mendekati Daniel dan memegang kedua bahu si bungsu. Sekali lagi, yang tertua mencoba meyakinkan yang lebih muda agar mereka tidak goyah. "Dengarkan aku baik-baik ... sampai kami menemukan waktu yang tepat, jangan melakukan apapun. Jalani lah kehidupanmu dengan semestinya. Jangan terlalu ikut campur dalam masalah kami, ini adalah nasehat yang diberikan oleh kakakmu. Kau harus menghargai keputusanku, Daniel." Daniel memalingkan wajahnya. Tak peduli berapa kali pun ia membujuk sang kakak untuk melakukan serangan balik kepada pihak Hilton, Felix selalu menolak dengan alasan bahwa mereka sedang menunggu waktu yang tepat. Namun kapankah hari itu akan tiba? Hari di mana dua pendosa itu akan membalik meja dan membuat Robert Hilton berada dalam keadaan mereka saat ini. Daniel Alexander Lim mungkin bukanlah satu-satunya orang yang menantikan hal itu. BATTLE OF HEALER : CHAPTER II (JACK THE RIPPER) // Distrik 1. Langit gelap malam telah kembali. Udara dingin di siang hari semakin terasa dingin ketika perlahan aktivitas manusia semakin berkurang. Di bangunan apartemen itu, di mana sorang ayah tinggal bersama dengan satu putranya. Di malam hari, bangunan itu seperti bangunan tak berpenghuni. Namun malam itu, langkah kecil seorang bocah terlihat meninggalkan sebuah kamar. Ethan Munaf, satu-satunya milik Reygan Munaf yang lebih berharga dari nyawanya sendiri. Malam itu Ethan kembali terbangun di tengah tidurnya, dan jika itu terjadi, bocah itu akan segera pergi ke kamar sang ayah. Tak ingin mengganggu waktu istirahat sang ayah, Ethan membuka pintu dengan hati-hati. Tak langsung masuk, bocah itu terlebih dahulu melongokkan kepalanya untuk memastikan keadaan di dalam. Dan di dalam ruangan yang tidak begitu gelap itu, Ethan menemukan sosok ayahnya yang masih terjaga. Duduk di tepi ranjang memunggungi pintu. Ethan tertegun, netra bocah itu mengerjap. Menunjukkan tatapan prihatin. Untuk ke sekian kalinya, bocah itu melihat ayahnya yang diam-diam menangis di tengah malam. Untuk ke sekian kalinya Reygan membiarkan kesedihan menguasai akal sehatnya. Perasaan menyesakkan yang ia dapat empat tahun yang lalu. Sejak merawat Ethan, Reygan kerap menangis saat tengah malam. Hal itu tentu saja karena ia teringat dengan bagaimana cara Karina pergi. Namun tanpa sepengetahuan Reygan, Ethan selalu memperhatikannya setiap kali sang ayah kembali terpuruk seperti saat ini. Menangis tanpa suara, Reygan sudah berusaha dengan sangat keras untuk setidaknya mengurangi penyesalan yang ia rasakan. Namun di saat-saat seperti ini lah hati ayah satu anak itu kembali rapuh. Malam sebelum hari ulang tahun Karina tiba, Reygan tak mampu melepaskan diri dari perasaan sesal atas tindakannya di masa lalu hingga membuatnya kehilangan Karina. Ethan menutup pintu kembali. Namun alih-alih kembali ke kamarnya, bocah itu justru duduk di depan pintu. Hanya karena melihat ayahnya menangis, wajah bocah itu menunjukkan kesedihan. Dan dalam malam yang hening itu, mulut Ethan terbuka untuk mengeluarkan suara lirih yang kemungkinan besar hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya. Bocah itu menyanyikan lagu pengantar tidur yang selalu dinyanyikan oleh sang ayah setiap kali ia terbangun di tengah tidurnya. Dan kini, bocah itu seperti ingin menidurkan sang ayah menggunakan lagu pengantar tidurnya tersebut. BATTLE OF HEALER :CHAPTER II (JACK THE RIPPER) Pintu kamar Reygan kembali terbuka secara perlahan. Masih menampilkan sosok yang sama seperti sebelumnya, namun kini keadaan sudah berbeda. Tak lagi duduk di tepi ranjang, kini Reygan telah berbaring di atas ranjang dan terlelap di balik selimut yang hanya menutupi tubuhnya sebatas dadanya. Ethan masuk dan menutup pintu dari dalam sebelum berjalan ke arah ranjang. Menemukan bahwa ayahnya sudah tidur, dengan hati-hati Ethan naik ke ranjang dan duduk di samping sang ayah. Untuk sejenak, Ethan memperhatikan wajah Reygan. Meskipun hanyalah seorang bocah, Ethan bisa melihat bahwa ayahnya tengah kesakitan dalam tidurnya. Ethan kemudian meraih telapak tangan Reygan, sejenak mengusap punggung tangan sang ayah. Namun pergerakan tangan bocah itu terhenti ketika ia menemukan cincin yang di jari manis Reygan yang memang selalu dipakai oleh sang ayah. Sempat terdiam, Ethan kemudian mendekati Reygan hanya untuk memberikan kecupan singkat pada kening sang ayah. Setelah itu Ethan menyusup ke balik selimut, berbaring di samping Reygan dan tidur sembari memeluk sang ayah. Mungkin hanya itulah dukungan yang bisa diberikan oleh seorang bocah kepada pria dewasa yang hatinya tengah terluka dan menanggung penyesalan hingga akhir hayatnya. BATTLE OF HEALER : CHAPTER II ( JACK THE RIPPER)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD