Secrets-04

1632 Words
Zeehan pergi dengan perasaan kesal. Dia pun kembali ke kamarnya dan melihat Cilla yang sibuk berfoto di atas ranjangnya. Zeehan mencoba tersenyum dan mendekat. "Sayang … " panggil Zeehan. Villa menoleh cepat, meletakkan ponselnya di atas ranjang. Menyambut hangat Zeehan yang sudah melemparkan dirinya pada Cilla. "Kamu dari mana sih, aku cariin juga kok nggak ada?" ucap Cilla. Zeehan tersenyum. "Hmm, habis dari belakang sebentar tadi nyariin bunga mawar tapi nggak ada." "Bunga mawar untuk apa?" Zeehan menjelaskan jika sejak dulu dia sangat menyukai bunga mawar. Dia selalu meminta Xena atau mbok Yem untuk melatih bunga mawar di kamarnya, tapi ketika Zeehan pergi ke taman rumah yang ada di belakang. Zeehan malah tidak melihat bunga mawar sama sekali. Jangankan bunga, Zeehan saja tidak melihat tanamannya malahan. Yang ada di taman sana banyak sekali bunga kaktus dan juga bunga lainnya. Sedangkan hal itu baru diketahui Cilla, setelah menjalin hubungan dengan Zeehan selama empat tahun. "Ya udah nanti kita beli bunga mawar." Zeehan menggeleng, kalau beli mungkin sudah Zeehan lakukan jauh-jauh hari. Dan yang Zeehan inginkan adalah bunga mawar yang baru saja dipetik dari tangkainya. aromanya juga berbeda dari bunga mawar beli di toko bunga. Tidak masalah jika tidak ada bunga mawar, dia bisa meminta salah satu orang rumah untuk membeli tanaman bunga mawar. Cilla hanya mengangguk kecil, dia pun mengusap kepala Zeehan yang sudah menarik kepalanya di atas pangkuannya. Tentu saja hal itu, membuat Zeehan menutup matanya ketika tangan Cilla nilai mengusap lembut rambut Zeehan. Dari dulu, Zeehan suka sekali seperti ini. Tiduran di pangkuan, dan di usap kepalanya, bahkan Zeehan mengakui jika seperti ini dia bisa tidur dengan lelap. Merasa tidak ada pergerakan dari Zeehan, Cilla pun menarik kepala Zeehan di atas bantal. Pria itu tidur dengan cepat, hingga membuat Cilla mengecup keningnya. Maklum saja, Zeehan bekerja keras di negara orang untuk perusahaannya. Sekali mengambil cuti harus menyiapkan pertunangannya dengan Cilla. Dan tentunya hal itu juga tidaklah gampang bagi Zeehan. Cilla memutuskan untuk keluar kelas. Dia memilih pergi ke dapur, melihat Xena dan juga mbok Yem yang sibuk memasak. Tentu saja, karena Cilla ini tidak ada kerjaan, akhirnya wanita itu memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Cilla menepuk babu Xena hingga wanita itu menoleh. "Lagi bikin apa?" tanya Cilla menatap wortel yang dipotong oleh Xena. "Bikin sayur wortel sama udang, Non." jawab Xena dengan suara lembut. "Apa Nona butuh sesuatu?" lanjutnya. Cilla menggeleng, dia tidak membutuhkan apapun saat ini. dia hanya tidak memiliki teman saja sab yang jelas Cilla bosan. Itu sebabnya dia pergi ke dapur, dengan harapan dia bisa membantu meringankan pekerjaan Xena dan juga Mbok Yem. Langsung saja Mbok Yem menolak, istri seorang bos dilarang keras untuk masuk ke dapur. Selain tidak ingin membuat Zeehan matahari, Mbok Yem dan juga Xena juga tidak ingin membuat tangan Cilla kasar seperti tangan mereka. "Padahal kalau di apartemen aku yang sering masak untuk Zeehan." keluh Cilla. Xena menoleh cepat, sedangkan Mbok Yem melirik Xena sebentar. "Kalian disana tinggal bersama?" Cilla mengangguk, itu bukan indonesia yang dimana tinggal satu tempat bisa ricuh sab banyak masalah. Ini Aussie yang dimana tinggal bersama dengan kekasih adalah hal yang wajar untuk mereka mencocokkan diri. Dimana Zeehan dan juga Cilla saling mencari kenyamanan dalam hubungan mereka juga harus mengenal satu sama lain sebelum memutuskan untuk menikah sungguhan. Hampir setiap hari Zeehan meminta Cilla untuk merasakan makanan kesukaannya. Dan setelah pulang dari luar negeri, yang ada di rumah Zeehan, Cilla tidak perlu melakukan apapun. Ini sangat tidak adil untuknya. Xena mencoba tersenyum. "Nona lebih baik tinggi saja di ruang keluarga, jika butuh sesuatu kamu bisa memanggil saya." Mau tidak mau, Cilla pun pergi dari dapur ini dan menuju ruang keluarga. Sungguh, rumah sebesar ini Cilla nyaris kesulitan mencari satu persatu anggota keluarga Zeehan. Jarak antara ruangan satu ke ruangan lainnya cukup jauh dan bahkan rumah ini juga memiliki lift khusus untuk le lantai atas selain tangga. Berhubung lamar Zeehan itu dekat dengan tangga, Cilla bahkan hampir setiap hari menaiki tangga. Sudah dua hari Cilla di rumah ini, tapi tak pernah melihat adik atau saudara Zeehan yang lainnya. Apa mungkin saudaranya jarang di rumah? Bosan hanya melihat sekeliling rumah ini, Cilla pun memutuskan untuk melihat kartun. Siapa tahu saja ada kartun lucu yang bisa ditonton siang ini. Mengganti siaran televisi dari satu ke yang lain, Cilla malah menemukan banyak berita di televisi. Sungguh, sejak dulu Cilla sangat membenci berita apapun yang diajarkan di televisi. Berita pembunuhan, pemerkosaan, kemalingan bahkan sampai korupsi pun ada disana. Satu hal yang membuat Cila benar-benar tidak menyukai berita itu, mereka terlalu santai menanggapi suatu berita dan menganggapnya enteng. Sehingga kasus yang harusnya bisa di selidiki selama satu atau dua hari selesai, menjadi berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Dan yang lebih parahnya lagi hukuman yang mereka rasakan tidak akan sama dengan orang yang memiliki banyak uang. Hukum.bisa dibeli, dan kadang rakyat tak pernah mendapat keadilan. Menghela nafasnya berat, Cilla pun mematikan sambungan televisi ini. Dia ingin pergi ke kamar Zeehan. Namun, baru beberapa langkah sama Cilla menghentikan langkahnya. Dia pun menatap satu anak yang duduk di dekat kolam renang tengah membawa buku gambar dan juga peralatan lainnya. Wanita itu mendekat ke arah sana dan terkejut, setahun Cilla adik Zeehan itu susah besar dan baru lulus kuliah beberapa bulan yang lalu. Dan yang ada di hadapan Cilla saat ini adalah bocah kecil sekitar usia … lika atau enak tahun tengah menggambar di pinggiran kolam. Apa Zeehan memiliki adik kecil? "Hai … sedang apa kamu." tanya Cilla mendekat. Bocah perempuan itu mendongak, menatap Cilla dengan dahi mengerut. "Aku lagi menggambar ikan sama kolamnya. Kakak siapa?" "Aku Cilla. Kamu sendiri siapa?" Cilla tersenyum, tidak masalah dia itu siapa yang penting Cilla punya teman. "Bagus ya gambarannya." lanjutnya. Bocah itu mengangguk dan menunjukkan gambarannya pada Cilla. "Namaku Kimora." **** Zeehan terbangun dan tidak mendapati Cilla sama sekali di sampingnya. Pria itu menelusuri ruangan ini dengan harapan bisa melihat Cilla entah nyempil dimana. Maklum saja tubuh Cilla kan kecil, dia terlalu memaksakan diet ekstra sebelum mereka menikah. Padahal dulu, Zeehan mati-matian membuat Cilla gemuk dan berisi. Mencuci muka terlebih dahulu, Zeehan pun baru keluar kamar. Dia tidak melihat siapapun di lantai dua ini. Tidak ada ibu dan ayahnya, adik perempuannya yang dari kemarin tidak menemuinya, dan yang lebih parahnya lagi Zeehan tidak menemukan Cilla kembali. Turun ke bawah, niat hati ingin ke dapur. Zeehan malah mendengar suara gelak tawa sari arah kolam renang. Karena penasaran, Zeehan pun mencari sumber suara itu. Dan alangkah terkejutnya Zeehan ketika melihat Cilla bermain dan bercanda tawa dengan bocah kecil perempuan di sana. Siapa bocah perempuan itu? Apa mungkin perempuan itu anak Xena? Mendekati mereka, Zeehan pun berdehem dan berkata, "Kalian sedang apa? Kok kayaknya seru banget." Tidak hanya Cilla yang terkejut, tapi juga dengan anak perempuan itu yang ikut terkejut pula. Bahkan anak perempuan itu sampai melongo menatap Zeehan dari atas hingga bawah. Detik berikutnya, anak perempuan itu hanya menunjukkan gambarannya pada Zeehan. Jika mereka baru saja selesai menggambar ikan dan juga kolamnya. Anak perempuan itu mengalami kesulitan ketika menggambar, itu sebabnya Cilla membantu memperbaiki gambarannya agar terlihat bagus. Sebenarnya bukan itu yang membuat Zeehan tertarik. Dia lebih tertarik dengan anak perempuan itu, yang memiliki rambut blonde sama seperti Xena, bola mata yang sama seperti Zeehan hitam pekat, lalu memiliki kulit putih pucat seperti Zeehan juga. Sedangkan Xena kulit wanita itu lebih ke bersih dan kuning langsat. "Kita menggambar ikan dan rumahnya." ucap Kimora menunjuk beberapa bentuk ikan pada Zeehan. Atensi Zeehan teralihkan, dia menatap ikan itu dan mengangguk. "Siapa namamu?" "Kimora, sayang namanya. Bagus ya." jawab Cilla. Kimora? Zeehan mengingat nama itu, dia seperti pernah mendengar nama itu tapi Zeehan lupa dimana. "Kamu anak siapa, kenapa bisa di rumah saya?" Kimora ingin membuka suaranya, tapi Xena sangat ibu malah lebih dulu menarik tangan Kimora untuk mendekat. Dia meminta maaf pada Cilla dan juga Zeehan atas sikap Kimora yang tidak sopan, telah mengganggu mereka berdua. Dia akan lebih waspada dan mengawasi Kimora lebih dari ini. Dan akan dipastikan jika Kimora tidak akan pernah mengganggu Zeehan dan juga Cilla. "Permisi." ucap Xena. Kimora hanya diam saja, dia menatap Zeehan dan juga Cilla sekilas. Melambaikan tangannya dan mencoba untuk tersenyum. Ini pertama kalinya dia memiliki teman di rumah ini, karena biasanya menang Kimora bermain sendiri. Ibunya tidak akan pernah mengizinkan Kimora bermain lebih jauh lagi, apalagi sampai di tetangga sebelah. Bukannya apa, Xena pernah mendengar jika anaknya di ejek dan di permalukan oleh ibu-ibu lainnya karena Kimora anak dari pembantu keluarga Mandala. Belum lagi, sekolah Kimora dulu juga sangat bagus. Karena keluarga Mandala yang menanggung semua biaya sekolah Kimora. Karena Xena tidak mau merepotkan dan dianggap mengambil keuntungan, dia akhirnya mengeluarkan Kimora dari sekolah elit dan memindahkan Kimora ke sekolah biasa saja. Sekolah yang biayanya tidak terlalu mahal, yang penting anaknya sekolah itu sudah lebih dari cukup. Setelah kepergian Xena, Zeehan masih menatap punggung wanita itu yang pergi ke paviliun. Tadi dia datang dan bertanya soal anak pada Xena, dan wanita itu mengatakan jika dia tidak tahu dimana anak Zeehan dulu. Dan sekarang Zeehan malah melihat anak perempuan yang ada di rumah ini. Dia itu anak siapa? Anak Zeehan atau mungkin anak Xena? Mendapat sentuhan dari bahunya, Zeehan pun terkejut dan langsung menatap Cilla yang ternyata masih ada di sampingnya. "Kenapa sayang?" "Aku dari tadi ngajak ngomong kamu loh. Dan kamu nggak dengerin aku? Kamu lagi mikirin apa sih?" tanya Cilla penasaran. Zeehan tersenyum kecil dan menggeleng. Lalu, menarik wanita itu dan memeluknya. "Nggak ada. Kamu ngajakin ngomong apa, mungkin aku lagi nggak denger." Dan nyatanya hal itu membuat Cilla tidak percaya. Mana mungkin jarak yang satu meter saja tidak ada, dan dia bilang jika dia tidak dengar? Cilla kembali menjelaskan jika dia ingin mengajak Zeehan pergi. Katanya pria itu menginginkan bunga mawar, mungkin siang ini mereka bisa membeli tanaman bunga mawar seperti yang Zeehan inginkan. Tentu saja Zeehan langsung tersenyum. "Kita pergi sekarang?" "Hmm, sekarang aja." To Be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD