-------***------
"Sayang jangan main disana"Zhi terus memperingati anaknya, sementara ia tetap fokus pada cucian ditangannya. Karna listrik mati, iapun memutuskan mencuci diluar, kebetulan ada kran diluar rumah, tepatnya didepan taman kecil diperkarangan rumah itu, kranpun berfungsi untuk menyalurkan air untuk menyiram kembang atau tanaman yang ada disana.
"Azril"panggil Zhi masih fokus dengan cucian ditangannya
"Ingat kata Ibu jangan jauh-jauh mainnya"sambungnya kini tampak membilas celana-celana bermotif berbagai kartun, yang tak lain adalah celana bocah kesayangannya.
"Nyinyi aap aap" Zhi menoleh melihat anaknya itu tengah memetik buah yang ada disana, lalu menunjukkan ke Ibunya seolah tengah bertanya
"Itu buah mahkota dewa"jawab Zhi dijawab anggukan oleh sikecilnya, Zhi terkekeh melihat respon anaknya, entah ia mengerti atau tidak Zhi juga tak mengerti
"Jangan jauh-jauh, Ibu jemur pakaian dulu"ucap Zhi kali ini melangkah kearah jemuran tak jauh darinya. Baru separuh jemurannya digantung, teriakan sikecil membuat Zhi berlari meninggalkan pakaian yang tersisa. Teriakkannya kencang tak seperti biasanya membuat Zhi cemas. Sampai disamping sang anak Zhi langsung membawa sikecilnya kedalam gendongannya. Tanpa ditanyapun sepertinya Zhi sudah tau apa penyebab sikecilnya menjerit hingga seluruh tubuhnya memerah bak bayi baru lahir.
"Daihs daissh Mbu daissh"bocah berumur satu tahun itu terus mengibas tangan kecilnya bibir mungil yang kini tampak memerah
"Iya bentar ya sayang"ucap Zhi gelagapan mencari tempat gula, lalu menempelkan gula itu kebibir kecil sang anak.
"Hisap sayang" perintah Zhi ikut mengibaskan tangannya didepan bibir mungil putranya itu. Tiap orang berbeda dalam menghilangkan rasa pedas, ada yang menggunakan lemon, garam, nasi adapula gula, mengingat hanya gula yang bersahabat dengan mulut sikecilnya, makanya ia lebih memilih gula.
Pedas!!!! Ya sikecilnya memang sering memasukkan apapun yang ia dapat kedalam mulutnya, entah gemas dengan buah yang ia petik atau bagaimana, tadi yang Zhi lihat anaknya itu tengah menggigit cabai, walau fungsinya sebagai kembang, yang namanya cabai tetap saja pedas.
Ditaman memang ada beberapa tanaman obat ataupun bumbu dapur, seperti jahe, lengkuas, kunyit dan serei. Tapi Zhi tak pernah menanam cabai, takut kejadian hari ini terjadi, makanya ia urung menanam cabai, tapi kemarin saat ketempat penjual kembang, Atth langsung jatuh hati pada cabai dengan berbagai warna itu, dan langsung membelinya. Dan salah keduanya tak menempatkan ditempat yang sulit dijangkau putra kecilnya.
"Daiss Mbu... daissh"jerit sikecil karna rasa pedas dimulutnya masih belum hilang
"Ya, jangan nangis, nanti tambah pedas mulutnya sayang"bujuk Zhi menenangkan anaknya
"Daissssh"
"Iya"
----------****-----------
"Waalaikum salam"Zhi menjawab salam dari sang suami yang baru saja masuk kamar mereka. Atth memang selalu membawa kunci, jika istrinya lambat menjawab salam atau membuka pintu, ia selalu membukanya sendiri. Bukan apa-apa, Atth mengerti bagaimana sibuknya mengurus rumah dan bocah, karna itu iapun paham tak setiap waktu istrinya itu bisa membukakan pintu untuknya, bisa saja karna lelah dan ia tertidur, atau ia tengah sibuk didapur atau sibuk anaknya. Makanya Atth selalu mengingatkan istrinya jangan mengunci pintu dari dalam.
"Maaf Kak.. tadi Zhi dikamar mandi"ucap Zhi mengambil tas yang ada ditangan suaminya, setelahnya seperti biasanya, iapun mengambil tangan suaminya dan mencium punggung tangan laki-lakinya itu.
"Pantasan wangi"ucap Atth setelah mencium kilat kening istrinya. Zhi ditempatnya hanya terpaku akan perlakuan suaminya. Ini adalah pertama kali, eh tidak, karna tadi pagi Atth juga melakukan hal yang sama, karna sebelum mencium pipi gembul putranya, Atth terlebih dahulu mencium kening Zhi lama. Apakah Atth tengah mendekatkan diri sebagai senjata pembukan jalan yang ia maksud. Ahh entahlah Zhi juga tak paham.
"Kenapa ngelamun hmpz. Sikecil mana"ucap Atth mengacak pelan rambut basah istrinya
"Ooh. Tumben bobok jam segini"sambung Atth mendapati sang anak yang tampak terlelap diranjangnya
"Jangan ganggu dulu Kak" cegat Zhi cepat melihat sang suami hendak mencium putra mereka.
"Baru tidur setengah jam yang lalu" sambungnya membuat Atth mengkerutkan keningnya
"Kok"
"Karna ngamuk"ucap Zhi lagi seakan tau lanjutan omongan mengantung suaminya
"Cabai ditaman, tadi waktu Zhi ngantung jemuran, seperti biasa, sikecil main, tapi entah cabai yang kakak beli lucu dimatanya, iapun mengigitnya"Zhi bercerita sembari mengambil baju ganti untuk suaminya.
"Kakak mandi, Zhi panasin makanan dulu"perintah Zhi hendak berlalu.
"Perut kakak ngak selalu keroncongan saat pulang Zhi"degus Atth, istrinya selalu melakukan itu, walau ia suka akan perlakuan istrinya, tapi kadang ia juga ingin mengajak istrinya itu mengombrol, menceritakan pekerjaan atau apa yang tadi ia alami ditempat bekerjanya, atau sebaliknya mendengar cerita istrinya itu. Tapi tidak, rutinitas sepulang kerjanya ya seperti ini, disuruh mandi, lalu makan dan setelahnya ia akan berkutat dengan pekerjaan, selesai bekerja istrinya sudah berkutat dengan anaknya. Jadi waktu untuk keduanya sangat minim, mungkin salah Atth juga, tapi ia bertekat akan mengubahnya mulai saat ini.
"Terus Kakak mau ngapain dulu"tanya Zhi mengembalikan baju sang suami ketempatnya
"Mau pacaran dulu sama istri, mumpung anak lagi tidur"jawab Atth membuat Zhi terkekeh
"Ya udah yuk kita pacaran sama cabe. Bukan cabe-cabean ya"kekeh Zhi
"Kok pacaran bawa-bawa cabe"jawab Atth bingung
"Kita buat tempat untuk cabai yang kemaren Kakak beli, Zhi ngak mau kejadian tadi keulang lagi"sambung Zhi dijawab anggukan oleh suaminya itu
Atth menatap dalam istrinya, wanita itu baru saja selesai mandi, kini kembali berkotoran memperbaiki taman, menempatkan beberapa tanaman yang sekiranya berbahaya untuk didekati sikecil mereka ketempat yang sulit dijangkau, bukan bahaya dalam arti beracun, bahaya karna mahluk kecil mereka dalam tahap selalu membawa sesuatu kemulut. Contoh tadi, ia memasukkan cabai kedalam mulutnya, tampa tau walau cabainya tampak menggemaskan namun benda menggemaskan itu amat sangat panas dilidah.
Satu perbedaan mencolok antara istri pertama dan keduanya, yakni istri pertamanya tidak terlalu suka melakukan pekerjaan yang menurutnya tak terlalu ahh Atth tak ingin menjelekkan Alm.istri pertamanya, namun walau mencintai wanitanya itu, Atth sadar wanitanya juga bukan wanita yang sempurna. Alm. Istrinya dulu sangat anti dengan pekerjaan yang menurutnya tak pantas ia kerjakan, entah itu istilah tinggi hati atau bisa saja memang tak semua orang suka berkebun Atth tak paham, bagi istrinya menata taman itu pekerjaan tukang taman, bahkan Atthpun dilarang melakukannya, makanya sekali dalam dua minggu Atth membayar tukang taman kerumahnya untuk membereskan taman kecilnya.
Sedangkan Zhi, dari awal masuk kerumahnya, berkebun atau sering mereka sebut taman adalah satu kegiatan yang sangat disukainya. Entah karna asalnya dari kampung makanya ia menyukai berkebun Atth juga tak paham.
"Kamu ngak papa kotor-kotoran lagi, sayangkan sudah mandi"Atth berucap tapi tangannya fokus pada beberapa tanaman yang ada diasana
"Kotor tinggal mandi kak.. jadi apa yang disayangkan"jawab Zhi seperti biasa, jawabannya jika tidak membuat Atth kesal dan terpana, ya terkekeh seperti saat ini.
"Ya tapikan enakkan duduk disana"ucap Atth menunjuk pendopo yang baru saja ia beli tempo hari, mengingat kedua orang yang kini mengisi hidupnya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, kalaupun diluar ya ditaman + kebun kecil dekat rumahnya, makanya Atth berinisiatif menambahkan pendopo untuk beritirahat keduanya.
"Aku paling tidak suka orang lain bekerja, tapi aku hanya diam dan berpangku tangan, sementara aku lebih dari kata mampu untuk membantu"jawab Zhi kali ini memindahkan cabai ungu itu ketempat yang lebih aman
"Gara-gara kamu anakku nangis tiga jam. Untung cantik, kalau ngak udah ku buang"oceh Zhi pada tanaman ditangannya, Atth hanya terkekeh akan tingkah konyol istrinya. Dibalik sikapnya yang penuh misteri, istrinya tetap masih manusia, yang kadang melakukan hal konyol layaknya yang barusan Atth saksikan.