Part 23

1473 Words
-------------*****------------ "Apa maksud ucapanmu Zhi"Atth berucap tampak tenang, namun hanya Tuhan yang tau apa yang kini ada dikepalanya "Tidak ada"itulah jawaban singkat yang Zhi berikan atas apa yang suaminya tanyakan "Sebenarnya siapa kamu"ucap Atth tersenyum remeh, bukan meremehkan lawan bicaranya, namun lebih pada dirinya yang tak tau menau tentang siapa sosok dihadapannya "Kenapa banyak sekali kejutan yang kamu berikan, kejutan yang memperlihat betapa aku benar-benar suami yang tidak mengenal sama sekali siapa wanita yang aku nikahi. Wanita yang hidup bersamaku, wanita yang berbagi tempat tidur denganku. Dan wanita yang membesarkan anakku" "Siapa aku tidaklah penting. Yang terpenting aku sebagai istrimu sudah melakukan yang terbaik untukmu semampuku. Aku minta maaf jika sekiranya omonganku menyinggungmu. Dan tentang penolakanku akan Viona, aku tidak akan minta maaf untuk hal itu"jawab Zhi datar, setelahnya iapun bangkit dari tempat dan berlalu. Sementara Atth kembali tersenyum remeh melihat punggung sang istri yang perlahan menghilang, bukan masalah Viona yang tengah ingin ia bahas, namun tentang wanita itu sendiri. Tepatnya tiga hari yang lalu. Atth sekeluarga kedatangan tamu dari keluarga Alm. Istrinya. Tak lain adalah adik dan mama dari wanita yang melahirkan anaknya. Awalnya Atth mengira kedatangan keduanya hanya untuk menjenguk sikecil, karna sudah sangat lama keduanya tak menjenguk sikecil mereka. Namun beberapa menit yang lalu, Mama mertuanya itu mengutarakan maksud kedatangannya yang menjadi perkara baru bagi Atth. "Atth, kedatang mama kesini, selain ingin menjenguk sikecil, mama juga mau titip Vio disini sampai dia nemuin tempat yang cocok untuk dia tinggal"itulah yang keluar dari mulut wanita paruh baya yang menyebut dirinya dengan sebutan mama. Ya walau anaknya sudah tiada, Atth memang masih memanggilnya dengan sebutan mama. "Memang Vio mau kerja dimana"bukan menjawab pertanyaan yang diajukan, Atth malah kembali bertanya "Ngelamar jadi dosen ditempat kamu Atth. Kata Om Wira fakultas butuh dosen baru, kebetulan Vio sudah lulus s2, makanya Om masukkan nama Vio"jawab mamanya dijawab cengiran oleh Viona "Atth sih ngak keberatan, tapi disini Atth udah menikah. Jadi apapun yang ingin Atth lakukan apalagi dirumah ini. Atth selalu melibatkan istri Atth"jawab Atth pelan. "Kenapa harus bertanya kedia sih. Kan dia juga ngak ada hak sama sekali mau larang aku tinggal disini. Inggat ya kak, rumah ini didapatkan juga ada ikut uang kakakku didalamnya"Viona berucap angkuh, tak terima akan apa yang diucapkan laki-laki dihadapannya "Vio"tegur mamanya pelan "Loh emang benarkan Ma. Dia yang tidak punya hak sama sekali, aku masih adiknya kakak. Kakak juga memberikan uangnya untuk rumah ini. Masak sekarang adiknya mau numpang nginap beberapa hari aja harus menunggu persetujuan wanita asing"ucap Vio tampa nada bersalah sedikitpun "Vio"panggilan berbarengan itu terdengar seperti tanda protes yang keluar dari mulut Atth dan Mama wanita tersebut "Berapa uang yang kakakmu keluarkan untuk membangun rumah ini"Zhi berucap menatap tanpa berkedip sekalipun kearah Viona "Jika hanya sebesar ini rumahnya. Uangku lebih dari cukup untuk membelinya"sambung Zhi mendapat tatapan tak percaya dari suaminya. Apa istrinya mengada, tidak istrinya serius saat mengucapkannya. Tak ada guratan becanda diwajahnya saat mengucapkan kata terakhirnya. "Mengenai hak yang kau ucapkan, aku sama sekali tidak mengatakan aku berhak. Tapi aku bersukur suamiku memikirkan keberadaanku. Dan jika dia bertanya maka jawabnya tidak. Aku tidak akan membiarkan wanita sepertimu tinggal disini. Selain akan merusak ketenangan dirumah ini. Keberadaanmu juga akan menimbulkan pandangan aneh dari masyarakat sekitar" "Dengan sikecil kau memang masih punya hubungan. Tapi tidak dengan Atth. Selain hubungan silaturahmi sesama manusia. Selebihnya kalian sudah tidak ada lagi hubungan" "Kau wanita bersetatus gadis dan tinggal dirumah mantan kakak iparmu. Apa itu terlihan biasa. Tidak dimataku, sekalipun dia sudah menikah" "Dan wanita yang ia nikahi menolak kau ada disini"sambung Zhi terdengar menahan emosi "Kau punya uang"Viona terkekeh sementara Zhi hanya menatapnya datar "Jangan mengada Zhi. Kau tau beberapa hari ini aku perhatikan pakaian yang kau pakai, masih sama dengan pakaian yang kau pakai saat sikecil masih merah. Baju saja tidak terganti. Apa ia kau memiliki uang untuk membangun rumah sebesar ini" sambung Vio masih dengan kekehannya "Kau perhatian sekali. Bahkan baju yang kukenakanpun menjadi bahan perhatianmu. Kau pasti sering dengan, jangan lihat cerita dari sampulnya. Sama halnya denganku. Jangan melihatku dari apa yang kukenakan semata. Karna bahkan suamiku sendiri tak pernah tau siapa aku. Apalagi kau yang orang asing"Zhi menyunggingkan senyumnya atas apa yang ia ucapkan. Seolah kata itu lucu untuk ia ucapkan. "Tapi orang bisa melihat seseorang dari penampilannya" "Penampilan bisa menipu nona. Apalagi Zaman sekarang"kali ini kekehan Zhi terdengar sangat nyaring "Banyak yang ingin terlihat kaya, walau kenyataannya makan saja susah. Namun disisi lain Banyak yang berpenampilan layaknya orang tak punya namun memiliki segalanya. Kau harus jeli"sambung Zhi sementara Atth dan mamanya hanya menyaksikan perdebatan keduanya "Terus kau mau bilang, kau orang punya tapi tampak seperti orang susah"Vio menyela omongan Zhi disambut kekehan kembali oleh wanita itu. Atth benar-benar tak tau jika banyak sisi istrinya yang tidak ia ketahui. "Aku tidak mengatakan hal itu. Aku hanya memberikan gambaran, bahwa dizaman ini banyak hal yang menipu. Banyak yang miskin berlaga kaya, atau yang kaya tampak sederhana. Banyak yang bengis ternyata rendah hati, banyak lugu tapi angkuh dan sombong dan bahkan banyak yang mengaku berpendidikan tinggi namun nol etika. Makanya aku katakan jangan mudah tertipu" Zhi menekankan kalimat terakhirnya "Kau menyindirku"geram Vio "Ohooo kau merasa. Kau merasa yang mana. Kaya tapi miskin. Lugu tapi angkuh. Atau berpendidikan tinggi tapi nol etika" "Sudah hentikan"kali ini Atth menghantam kuat meja didepannya. Pusing akan percekcokan kedua wanita dihadapannya. "Zhi masuk kamar. Dan Ma, maafin Atth. Mama lihat sendiri, mereka berdua takkan bisa akur jika tinggal dalam satu atap, jadi Atth pikir sebaiknya Vio cari tempat lain. Bukan Atth tak menerima. Tapi ini demi kebaikan bersama"putus Atth cepat "Tapi Vio maunya disini Ma, mau dekat sikecil"rengek Vio pada sang Mama. Zhi yang tadi sudah hendak meninggalkan ketiganya kembali menghentikan langkahnya "Apa tidak ada alasan lain, mengatakan ingin berdekatan dengan sikecil adalah alasan terkonyol yang kau ucapkan untuk berdekatan dengan Ayahnya"kali ini mereka menatap Zhi dengan tatapan tak percaya, begitupun Zhi yang memberikan tatapan benci pikir Atth pada Vio "Jaga ucapanmu Zhi. Ibu sedari tadi diam bukan berarti ibu terima kamu mengatakan hal buruk tentang anak ibu"kali ini wanita paruh baya itu tampak tak terima dengan apa yang Zhi ucapkan Zhi melangkah kembali mendekati ketiganya "Jangan tutup mata akan anakmu sendiri. Ibu wanita yang melahirkannya, harusnya ibu paham watak anak ibu. Jangan pura-pura tak melihat rasa tertarik berlebihan dimata anakmu untuk suamiku"kali ini Zhi tampak menampilkan wajah tak bersahabatnya pada wanita paruh baya itu "Pak Wira adalah paman kandungnya. Lebih baik dia disana dari pada disini yang nantinya akan menimbulkan pertanyaan dibenak orang lain. Jika ia tidak memiliki hal lain. Pasti ia akan memilih tinggal dirumah pamannya ketimbang dirumah mantan kakak iparnya. Ingin berdekatan dengan sikecil. Hah"ucap Zhi remeh "Kalian tau, pertama kalian menginjakkan kaki kalian disini aku sudah bisa membaca apa yang ada diotak kalian" "Maaf aku kurang sopan. Tapi aku sangat tidak mudah tertipu bagaimanapun topeng yang kalian kenakan"setelah mengatakannya Zhipun berlalu meninggalkan pertanyaan dibenak suaminya. Sementara kedua wanita yang ia tinggalkan mengepal tangannya kuat. Tak terima akan apa yang mereka terima. Itulah kejadian beberapa waktu sebelumnya yang membuat Atth pusing. Kini Vio dan mamanya memang sudah pergi, namun bukan karna itu Atth pusing, melainkan karna istrinya sendiri. --------****------- Zhi Pov Viona. Wanita itu, dia kira hidup ini layaknya cerita didalam novel. Dimana ia akan masuk kedalam satu keluarga, setelahnya ia akan jadi duri dalam daging dalam keluarga itu. Dan setelahnya lagi ia akan menempati posisi yang ingin ia duduki. Cihh apa dia tak sadar jika aku bukanlah karakter dalam novel yang biasanya sangat mudah termakan tipu muslihat. Aku tak selugu itu untuk dikelabui hanya dengan alasan ingin berdekatan dengan sikecil. Anakku sudah berumur hampir dua tahun, baru sekarang ia ingin berdekatan dengan keponakanya. Yang benar saja, bahkan anak itu takut hanya melihat tampangnya. Dari awal keduanya datang, jujur aku sudah merasakan hal aneh. Mereka tampak gencar mendekati sikecil. Namun anak itu malah kelihatan takut. Siapa saja bisa melihat tingkah Viona yang tampak memendam perasaan untuk kak Atth. Aku tak ingin ia disini karna hal itu. Aku hanya menghindari bala dalam rumah tanggaku. Biasanya wanita seperti itu melupakan semuanya. Terbukti ia berani merengek untuk tinggal. Aku yakin mamanya tau, tapi aku heran kenapa ia mendukung. Mungkin kak Atth tak bisa tertipu akan tampang mama mertuanya yang tampak menyukaiku, tapi tidak denganku. Aku tau yang ia pakai hanya topeng semata. Aku katakan aku bukan karakter novel, aku juga sering membaca, bahkan bacaan adalah makananku selain nasi. Memang banyak wanita dalam novel yang berstatus sama denganku memiliki karakter lemah, suka memendam sendiri dan entahlah yang pokoknya akan terlihat paling tersakiti. Tapi maaf saya bukan wanita yang dilahirkan sama dengan wanira dalam cerita sebuah novel. Aku akan mengatakan tidak pada hal yang tidak aku sukai dan iya pada hal yang aku anggap benar. Aku merasa dia memiliki maksud lain, dan rasa yang aku punya jarang salah. Dan sebagai istri dan ibu aku takkan membiarkan ada parasit yang ingin masuk dan menyebar wabah dirumah tanggaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD