Part 25

1646 Words
-----------------****------------------- Zhi Pov "Ayaaa Mbuu" sikecil memainkan p****g dot dengan bibir mungilnya, bukan menghisap agar airnya keluar, yang ia lakukan hanya menggigit-gigit p****g dot tersebut. "Besok Ayah pulang. Sekarang mimiknya jangan dimainin ya. Di minum"ucapku mengelus pelan pucuk kepalanya. Kak Atth, jadwal yang semula hanya tiga hari ditambah lagi 7 hari, alhasil sudah sepuluh hari laki-laki itu tak ada dirumah. Dan kalau sudah begini, sikecilah yang akan uring-uringan. Contohnya dua hari belakangan ini, yang ia tanyakan hanya Ayahnya, dan dia juga seperti kehilangan semangat untuk bermain, makan dan lainnya. Yang ia lakukan hanya menempel padaku, sembari memanggil Ayahnya. Selama beberapa hari diluar kota, Kak Atth selalu memberikan kabar, namun sudah beberapa hari belakangan laki-laki itu tidak pernah memberi kabar dimana dan sedang apa ia. Aku tidak ingin berpikir negatif, karna jika sudah berfikir seperti itu, akan sulit menyembuhkan itu, apalagi pikiran negatif itu ditujukan pada suami sendiri. Banyak hal yang akan terjadi, jika seorang istri sudah berpikir buruk pada suaminya, hal paling buruknya, pikiran negatif itu akan menghancurkan ikatan yang ada diantara mereka. Contoh kecil bahwa fikiran negatif bisa menghancurkan ikatan yang ada, banyak wanita/istri yang didalam fikirannya, jika suaminya diluar pasti ia tengah bersama wanita lain. Fikiran inilah yang menjelma menjadi hantu didalam dadanya, sehingga berubah menjadi protek terhadap suami suami sendiri, mempertanyakan setiap hal, dan akhirnya pertengkaran yang terjadi, niat sang istri bertanya belum tentu diterima suami sebagai bentuk rasa ketakutannya, karna apa yang ada difikiran wanita berbeda dengan laki-laki. Bisa jadi pertanyaan yang diajukan bukan terdengar pertanyaan ditelinganya, malah terdengar seperti tuduhan, jika sudah begini, pertengkaran akan sering terjadi, dan sering kali ujung-ujungnya perceraian menjelma sebagai pihak penyelesaiannya. Aku tidak ingin seperti ini. Munafik jika seorang istri tidak gelisah jika suaminya tidak ada didekatnya, tapi jangan sampai gelisah itu menimbulkan fikiran buruk tentang suami sendiri, ingat semua umat memiliki Tuhan, maka mintalah pertolonganNya akan apa yang ada didalam d**a. Karna tak kunjung mendapat kabar dari Kak Atth, tadi pagi aku menghubungi mahasiswa yang merangkap asisten Kak Atth, ia mengatakan Kak Atth memang tengah sibuk beberapa hari belakangan, dan kalau tidak ada halangan besok mereka sudah kembali. "Bobok ya sayang"bujukku karna ini sudah hampir jam 11 malam, namun bocah kecilku masih enggan menutup matanya "Ayaa haaa"jeritnya membuatku terkejut. Dalam hati aku mengucap, berusaha menenangkannya. Dia memang selalu begini kalau sudah terlalu lama berpisah dengan Ayahnya. Entah saat berpisah denganku seperti ini juga atau malah sebaliknya. Ia sering menjerit kala disapa, entah bentuk protesnya karna tengah merindukan Ayahnya atau bagaimana aku juga tak mengerti. "Huuzzt ia nak besok Ayah pulang"ucapku kali ini membenarkan posisinya, lalu berusaha berdiri, hanya panggilan saja sikecil, tapi kalau berat sudah lumayan terasa kala menggendongnya. "Aya pulang, Azril kangen nich. Anak Ayah kangen" "Oh. Iya besok ya Ayahnya pulang" "Nah besok Ayahnya pulang"ucapku berbicara sendiri. Karna beginilah yang sering aku lakukan kala Ayahnya tak ada. Lama digendonganku, kini sikecil sudah terlelap dengan nyamannya, namun saat aku duduk dan hendak melepaskannya, ia bergerak tak tenang, jika sudah seperti ini aku akan mengendongnya lagi sampai tangan kecil yang memelukku lepas dengan sendirinya. Lelah itu sudah pasti, namun seorang ibu akan memilih dirinya lelah dibanding melihat anaknya menangis. Setelah merasa sikecil dapat dipindahkan kekasur, akupun ikut berbaring disampingnya, aku mengamati wajah anak ini, duplikat Ayahnya batinku, bahkan kemiripannya semakin kentara semakin bertambah usianya. Mengingat Ayahnya aku kembali mengambil ponselku dan membuka w******p, aku membuka pesan yang tadi aku kirim keayahnya. Dan disana tertera waktu Ayahnya aktif sekitar lima menit yang lalu, akupun menekan tombol panggil. Namun sudah beberapa kali memanggil tak kunjung di jawabnya. Ayah sikecil bukan tipe tempel molor, dia tidak akan tertidur dalam waktu lima menit. Sudah lima kali aku memanggilnya namun tak ada jawaban darinya akupun mengirim pesan "Tidak apa tidak angkat telponnya, tapi balas pesan ini. Kak baik disana, kenapa tidak ada ngasih kabar sedikitpun, sikecil kangen, kenapa panggilan vidionya ngak diangkat" 5 menit kemudian tak kunjung ada balasan "Aku tau Kakak belum tidur, ada apa dan kenapa ngak balas pesanku. Ok!! kalau seperti ini jangan salahkan aku jika ini pesan terakhir yang akan aku kirim saat berstatus istrimu, kamu harus tau, pantang bagiku diabaikan, apalagi rasa ingin tauku bukan untuk menganggumu, tapi karna mengkhawatirkanmu" setelah mengirimnya akupun meletakkan ponselku ditempatnya semula, setelahnya akupun mencium lembut pipi gembul disampingku dan meringkuk memeluknya seperti biasanya. Baru saja aku menutup mataku, bunyi pesan masuk sudah terdengar ditelingaku. Maaf nilaimu sudah berkurang dua point dimataku, dewi batinku mengejek, Aku mengabaikan pesan itu dan ikut menyusul putra kecilku kealam mimpi indah kami. -----------------*****------------------ Atthar Pov "Tidak apa tidak angkat telponnya, tapi balas pesan ini. Kak baik disana, kenapa tidak ada ngasih kabar sedikitpun, sikecil kangen, kenapa panggilan vidionya ngak diangkat" aku hanya melihat saat pesan itu masuk, tapi tidak membacanya, fikiranku kacau, entah apa yang ada dihati dan pikiranku saat ini, makanya sampai tengah malam begini mataku masih terbuka, halnya dengan beberapa hari belakangan. Sudah 10 hari masuk besok aku tak melihat anak istriku, rindu sudah pasti, apalagi aku tak lagi memantau mereka, selain poto yang Zhi kirim, atau vidio, aku tak bisa lagi memantau keduanya sedang apa dan lain sebagainya. CCTV yang aku pasang, sudah aku lepaskan setelah setahun lebih usia pernikahan kami. Saat itu ada ucapan Zhi terdengar ambigu, tepatnya setelah pertengkarannya diacara dengan Vio setelah acara peringatan hari kematian Bunda sikecil "Mereka harus tau, bukan hanya Tuhan yang memantauku, manusiapun memantau apa yang aku lakukan" ucap Zhi terdengar lembut dengan senyum, tapi senyumnya tak bisa diartikan, begitupun mimik wajahnya yang sulit dibaca. "Aku tau Kakak belum tidur, ada apa dan kenapa tidak membalas pesanku. Ok!! kalau seperti ini jangan salahkan aku jika ini pesan terakhir yang akan aku kirim saat berstatus istrimu, kamu harus tau, pantang bagiku diabaikan, apalagi rasa ingin tauku bukan untuk menganggumu, tapi karna mengkhawatirkanmu" Hatiku berdetak memandangi pesan yang baru masuk diponsel ditanganku. Dan setelah beberapa menit kemudian barulah aku berani membuka pesan itu dan membacanya berkali-kali "Dia mudah memberikan kepercayaan pada orang lain, tapi jika kepercayaannya dirusak, maka rusaklah pandangannya akan seseorang" "Dia pemaaf, tapi bukan tipe yang menerima kembali, dalam arti, dia memaafkan kita, tapi untuk kembali seperti semula itu mustahil" ucapan seseorang yang aku temui beberapa waktu lalu mengiang ditelingaku, setelahnya akupun membalas pesanya, namun menit berlalu, pesanku tak kunjung dibalas, akupun kembali menelponnya, hal yang sama aku rasakan, mungkin ini yang tadi ia rasakan, diabaikan. Sampai pagi, mataku masih tak mau tertutup, mengalihkan pikiranku akan pandangan istriku mungkin saja berubah setelah ini, akupun mengmbil buku paling atas ditumpukan buku disana. Membaca sedikit mengurangi stres yang dirasa, tak terasa azan subuhpun berkumandang, aku kembali meletakkan buku itu ditempatnya semula dan segera mandi dan berwudhu tentunya, keberangkatan pagi aku pilih karna memang sudah amat sangat merindukan rumah dan isinya. -----------------****---------------- "Waalaikum salam"wanita itu menjawab salam sembari mengambil jilbab yang tadi ia letakkan dikursi makan mereka, ia selalu menempatkannya disana, takut ada orang yang bertamu, ia dalam keadaan tidak menutup kepala, karna didalam rumah wanita itu memang tidak menggunakan penutup kepala halnya saat keluar atau ketika ada tamu. "Kakak"ucapnya setelah melihat siapa yang datang, halnya seperti biasa, ia menyambut tangan laki-laki yang tak lain adalah suaminya itu, dan mengambil semua barang yang tenteng ditangannya "Sikecil mana"ucapan itu terdengar seperti biasa, namun ada nada tak biasa yang ditangkap hati dan telinga wanita yang mendengarnya yang tak lain adalah Zhi. "Didalam tidur"jawab Zhi pelan disambut gumaman oleh Atth, tanpa melihat Zhi iapun melangkah meninggalkan wanita itu masuk keruangan kerjanya. Zhi semakin heran, tak biasanya laki-laki itu keruangn kerjanya tanpa melihat anaknya terlebih dahulu. Zhi yang tak terlalu mau ikut campur akan apa dan kenapa suaminya, langsung kembali kedapur setelah menaruh barang-barang suaminya ditempat biasanya. Sampai malam harinya, Atth tampak diam berbeda dengan biasanya, namun begitu ia masih Atth yang sama untuk anaknya. Zhi merasakan ada yang tidak beres, namun ia tak tau apa yang tengah terjadi, apa karna pesannya tempo hari, rasanya tak mungkin, karna seharunya dialah yang marah, bukan Atth pikirnya. Kejadian Atth yang terlihat berbeda, berlanjut kehari-hari berikutnya, Zhi diam, hanya mengamati membuat wanita itu menyadari satu hal "Apa yang terjadi"Zhi bertanya pelan saat keduanya memperhatikan sikecilnya bermain "Tidak ada" "Ada"sela Zhi cepat "Aku ada disini dan aku bukan patung"sambung Zhi dengan nada penuh tekanan. "Sama, aku juga ada!!! Ada sini, dihidupmu, disampingmu, didekatmu, dan aku juga ada hati disini"ucap Atth memegang dadanya "Tapi aku tak lebih berarti dari hal yang telah tiada"jawab Atth kini menatap lurus sembari menampilkan senyum kecutnya, sementara Zhi hanya membeku ditempatnya "Aaayaaa Mbuuu ain ain tini"Atth berdiri mendekat kearah anaknya yang mengajaknya bermain, sementara Zhi hanya terdiam ditempatnya. Setelah beberapa menit setelahnya, Zhi masih sama, masih ditempatnya, memikirkan apa yang diucapkan suaminya hingga ia tak menyadari jika kedua laki-laki dalam hidupnya tak lagi ada dihadapannya. Zhi berdiri hendak menyusul keduanya, jika tidak disini pasti keduanya sudah dikamar, karna ini Zhi melangkah meninggalkan tempatnya dan kini berada dalam kamarnya, mengambil handphone yang tengah dicas, namun saat membuka layar handphonenya tersebut, pemberitahuan diintagramnya membuat hatinya berdetak, pemberitahuan diinstagram lumrah bagi Zhi, ataupun tag-tag yang masuk, namun berbeda jika tag yang masuk kenotif intagramnya berasal dari sang suami @Atthar_Alfariq menandai anda dalam kirimannya. Itulah pemberitahuan yang kini baca. Zhi membukanya cepat dan ia kembali mematung melihat bacaan dipoto yang ditandai suaminya "Ketika matahari menghilang dengan cagahayanya, maka gelapnya malam yang akan meng hampiri. Sama halnya dengan perginya kamu dalam hidupku. Perginya kamu membawa semua cahaya, hingga aku terkurung diruang gelap tanpa cahaya yang menyinari hidupku"itulah bacaan yang ada dipoto tersebut, setelah membaca tulisan yang ada poto, kini Zhi membaca caption poto yang diunggah suaminya tersebut "Ketahuilah istriku. Ketika malam menyapa, ada cahaya lain yang akan menyinari kegelapan bumi, jangan lupakan cahaya yang dimiliki bulan, dan cahaya bulan juga dipercantik dengan bintang kecil. Bahkan sebagian orang lebih menyukai cahayanya bulan dibandingkan cahaya matahari. Meski keduanya amat sangat dibutuhkan dalam kehidupan, jangan hanya karna kehilangan satu cahaya kau melupakan cahaya yang lainnya" itulah caption poto tersebut yang membuat jantung Zhi seolah sudah berlari puluhan kilo meter.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD