------****------
Atth Pov
"Kemana Zhi" itulah pertanyaan yang sedari tadi aku gumankan sembari menenangkan sikecil yang tiba-tiba saja meraung sekitar 30 menit yang lalu. Sudah sejam lewat Zhi masih belum kembali, dan entah mengapa perasaanku tidak enak, ditambah lagi saat ini sudah menunjukkan pukul 10 malam lewat.
Tadi aku sudah menghubungi ponselnya, namun ternyata wanita itu tak membawa handphonenya. Aku juga sudah menghubungi bidan Anna, bidan Anna bilang Zhi hanya mampir sebentar. Ya Tuhan wanita itu
"Kanapa sayang"ucapku entah mengapa sikecil terdengar sangat pilu, tidak biasanya ia menangis seperti ini
"Jangan buat Ayah takut dong. Ibu lagi diluar ini"ucapku mengecup pelan pipi gembulnya
"Iya. Ibu bentar lagi pulang"ucapku karna sedari tadi yang terdengar hanya kata mbu mbu dari mulut mungilnya. Aku sudah memberinya s**u, namun s**u bukan diminum, malah ditumpahkannya dengan menepis botol susunya
Aku saat ini hanya bisa menenangkannya sembari duduk bersandar diranjang, kepalaku masih pusing, aku tak mau ambil risiko untuk berdiri apalagi tengah menenangkan sikecil yang bergerak layaknya belut
"Assalamualaikum. Nak"Zhi masuk dengan wajah cemasnya langsung berhamburan kearah kami berdua
"Kemana aja"ucapku agak meninggi tanpa menjawab salamnya, aku merasa tangannya gemetar saat mengambil alih sikecil, entahlah, entah marah karna ia kelamaan diluar saat malam, atau marah meninggalkan kami dalam keadaan sakit, atau aku marah karna mencemaskannya namun
Tak mampu berbuat apapun.
"Maaf"guman Zhi pelan dan menggendong sikecil menjauh dari hadapanku, ia melakukan hal seperti biasanya, menenangkan putranya sembari mengelus pelan punggung kecil yang kesayangannya itu, dan hal itu selalu mampu membuat bocah itu diam layaknya mulutnya diperban.
Setelah sikecil diam digendongannya, Zhi mengambil bingkisan kecil dan mengabil botol sirup, aku yakin itu untuk sikecil, setelahnya tampak ia ingin membaringkan sikecil disampingku, sikecil yang tampak tak setuju akan kegiatan ibunya menggenggam erat jilbab Zhi hingga terlepas
"Nanti Ibu gendong lagi. Sekarang minum obat dulu"ucap Zhi memberi pengertian pada bayi tersebut, sikecil sepertinya takut ditinggal pikirku, dan ajaibnya, mungkin memang jawaban itu yang ia inginkan dari Ibunya, iapun melepas cengkraman tangan kecilnya dari jilbab Zhi.
"Bismillahirrohmanirrohim"Zhi mengucapkan basmalah dan menyendokkan sirup tersebut kebibir mungil sikecil, sikecil kembali menangis, aku prediksi karna obat itu asing ditenggorokannya atau rasanya pahit.
"Sabar sayang, yang ini manis" ucap Zhi mengambil botol kedua, sikecil menutup rapat bibirnya dan menendang-nendang kaki kecilnya, beberapa kali sirup itu menyembur dari mulutnya, akupun memegang tubuh kecilnya sehingga kini Zhi bisa memasukkan sirup itu kemulutnya, Zhi dengan sigap kembali mengambil sikecil dan menenangkan kembali putranya.
Setelah urusannya dengan sikecil selesai, dalam arti benar-benar selesai, karna kini sikecil sudah Kembali terlelap diayunannya, kini Zhi kembali duduk disampingku, dan tangannya langsung mendarat dikeningku, entah aku yang baru menyadari atau bagaimana, ada tanda kemerahan dilehernya. Merasa aku perhatikan dibagian lehernya, Zhipun menutupi leher putihnya dengan rambut panjangnya.
"Kanapa ditutupi, takut ketahuan"ucapku sinis, entah kenapa pikiran buruk kini bergentayangan dipikiranku, dan akupun menepis tangannya yang ada dikeningku
"Ketahuan apa"ucapnya tampak bingung membuatku tertawa mengejek
"Lupakan, aku lupa, kamukan polos. Mana obatku"ucapku entah mengapa pikiranku saat ini kacau, aku tambahkan balau dibelakangnya jadilah kacau balau.
Kacau balau, pasti kalian pusing akan arti kata tersebut, itu kata yang aku deskripsikan untuk perasaanku yang tak tau seperti apa saat ini.
"Ini kak"ucap Zhi dan menyodorkan beberapa butir pil padaku
"Jauhkan tanganmu itu dariku"ucapku tanpa melihat wajahnya
"Kakak kenapa sih. Kok aneh gini"tanya Zhi terdengar kesal, membuat otakku berdenyut
"Aneh kamu bilang"aku kembali meninggikan suaraku, oh Ya Tuhan, ingatkan hambamu, yang didepannya saat ini adalah istrinya, sahut batinku
"Kamu tu yang aneh. Aku bilang tidak usah keluar, masih saja ngotot, ngak liat anak suami sakit, pulang-pulang leher sudah merah-merah"keluar semua yang ada diotakku, aku melihatnya tertegun ditempatnya sebelum menampilkan ekspresi yang paling aku benci darinya. D A T A R. Eskpresi wajah datarnya memang sangat menjengkelkan apalagi ia memunculkannya saat
Seperti ini
"Makan obatmu"ucapnya membuatku membelalakkan mataku, ia melemparkan obat itu kearahku, sungguh
"Dimana sopan santunmu"teriakku kembali membangunkan sikecil, dan dengan cepat ia berjalan kearah ayunan sikecil, ia membawa sikecil dalam gendongannya lalu kembali menghadapku
"Bersihkan dulu otak kotormu, anakku biar bersamaku malam ini"ucapnya membawa bingkisan lainnya, aku baru sadar, tiga bingkisan obat yang ia bawa, punyaku ada disampingku, punya sikecil ada ditempatnya, lalu yang Zhi ambil punya siapa, saat aku melihatnya keluar, akupun melihat ada yang tak beres dengan cara jalannya. Aku ingin menanyakan punya siapa yang ia bawa, tapi aku masih malas melihatnya, apalagi tingkah tak sopannya tadi benar-benar membuatku naik darah.
Naik darahku tak bertahan lama, karna baru saja aku memejamkam mataku, bunyi deringan telpon Zhi yang sepertinya lupa ia bawa mengalihkan pandanganku.
Nomor tak dikenal kembali membuatku muak, pikiranku benar-benar ahh aku tak mengerti kenapa dan ada apa dengan diriku saat ini. Kenapa semuanya serasa diluar kendaliku.
Hampir lima kali telpon itu aku abaikan, telpon keenam baru aku angkat
"Sudah malam, istri saya sudah tidur"ucapku langsung sesaat memencet tombol hijau dihandpone Zhi
"Maaf bla-bla"suara perempuan dan ia menjelaskan apa yang terjadi membuatku merutuki kebodohanku
"Tolong disimpan dulu, besok saya jemput"ucapku mengakhiri telpon, aku segera meloncat dari ranjangku dan berlari kekamar Zhi, sampai disana akupun langsung melihatnya dalam keadaan sama seperti biasanya, sikecil meringkuk menghadapnya sembari memainkan mimiknya, dan dibuah d**a itu terdapat goresan merah muda panjang.
Aku membalik badan Zhi pelan, dan tangan sikecilpun langsung jatuh dari mimiknya, sepertinya ia sudah sangat terlelap, karna ia tak terbangun saat tangannya terlepas dari mimik kesayangannya. Ah Tuhan, aku saja belum pernah mencicipi aaah otak, aku memukul kepalaku.
Aku membuka kancin gamis yang Zhi kenakan, mulai dari atas sampai bawah, aku tertegun melihat banyak goresan yang menghiasai tubuh mulus istriku, yang paling parah adalah lutut sampai betis bagian kirinya
"Maaf, dompet istri Bapak tertinggal diklinik. Istri Bapak korban tabrak lari, lebih tepatnya keserempet, tapi yang menyerempet kabur"
"Harusnya istri dirawat saat ini, tapi ia ngotot saat siuman"
"Siuman"
"Iya, istri bapak sempat pingsan. Saat sadar ia langsung meminta pulang"
Itulah percakapan singkat yang membersikan pikiran kotorku terhadap istriku.
Pusing kepalaku!!! Entah kemana perginya, saat ini aku tengah mengoleskan betadine ke beberapa luka ditubuh Zhi yang belum diberi obat tersebut, sepertinya hanya bagian kaki yang baru diobati
"Ssss perih"kini Zhi menarik badannya dan duduk, sepertinya aktivitasku mengobati lukanya dibagian samping buah dadanya membuatnya terbangung
"Kamu"ucapnya terkejut dan menutupi bagian tubuh terbukanya. Aku dengan cepat mencegahnya, karna jika ia menutupinya, luka ini akan lama sembuhnya
"Tidak usah ditutup"ucapku pelan, dan ia memalingkan wajahnya
"Ya. Tapi kamu pergi dari sini"usirnya, aku mengerti, ia marah, karna itulah kata 'kamu' keluar dari mulutnya
"Tidak"tolakku lantang
"Serah kamu"ucapnya hendak berdiri namun ia kembali duduk, aku bisa tebak apa yang ia rasakan saat ini, akupun pernah berada diposisinya
"baringlah"
"Jauhkan tanganmu"ucapnya menepis tanganku. Karma kok cepat amat pikirku. Baru beberapa menit lalu aku melakukan hal sama, sekarang aku mendapatkan hal yang sama darinya.
Mengindahkan perintahnya, aku tetap membantunya kembali berbaring, ia tak menolak, tapi aku tau dia masih marah padaku. Aku duduk disamping kepalanya
"Maaf"gumanku dan mencium lama keningnya
"Tidur lah"sambungku, aku mendengarnya menghela nafasnya, tapi ia tetap memejamkan matanya, ada rasa sesak dan lega yang kini
Mengalir ditubuhku, sesak karna entah sampai kapan Zhi akan kembali seperti awal, bukan apa-apa, butuh waktu sepuluh bulan suasana diantara kami baru sedikit mengalami perubahan, dan aku yakin setelah ini akan kembali kaku karna kebodohanku.
Lega, pikiran burukku salah..ammmmaaat saanggat salah Atth rasakan penyesalanmu umpat batinku.