-------***------
"Hmpz bukan gitu maksudku"
"Maksudku abnormal siklus datang bulan kamu"guman Att memecah keheningan yang menyelimuti keduanya, bukan memberi tanggapan atas gumanan Att suaminya, Zhi malah terkekeh akan gumanan suaminya tersebut, ia mendongkakan kepalanya menatap dalam suaminya tersebut
"Aku ngak tersinggung jika yang kakak rasa sekarang adalah rasa bersalah"
"Aku juga ngerti, abnormal yang kakak maksud adalah siklus datang bulanku"ucap Zhe tersenyum geli melihat tampang suaminya
Att membalas senyum istrinya dengan tatapan jengkel
"Kau selalu tau cara membuat aku jengkel Zhi"ucapnya kembali membuat Zhi terkekeh
"Lebih baik kakak sholat"
"Belum sholat pasti"tebak Zhi dijawab anggukan oleh suaminya
"Sikecil disini dulu ya"pinta Att sembari berdiri, sebelum melangkah laki-laki itu tampak mengacak gemas pucuk kepala istrinya tersebut, entah karna gemas akan wanita yang selalu bisa merusak suasana itu atau itu adalah bentuk kasihnya, hanya ia yang tau.
Hampir tiga puluh menit kemudian Att kembali masuk kamar istrinya dan yang membuatnya heran Zhi masih setia dengan posisinya saat tadi ia tinggalkan.
"Apa semalaman kamu akan bertahan diposisi itu Zhi"gumannya dan menaruk piring ditangannya dimeja yang ada disana, tak mendapat jawaban dari istrinya membuat Att mengkerutkan keningnya
"Zhi"panggilnya kali ini duduk dipinggir ranjang istrinya itu
"Zhi kamu tidur"panggilnya lagi mengangkat pelan kepala istrinya tersebut
"Kenapa kak"ucap Zhi malas
"Keringat kamu dingin lho Zhi"ucap Att terdengar khawatir
"Tidur dikasur aja"sambungnya membantu Zhi berdiri dari posisinya, namun ia kembali ingin memukul kepala istrinya itu, kala wanita itu kembali ketempatnya semula
"Zhii, kramik itu dingin"geramnya
"Ngak papa kak"
"Kalau diatas ngak akan tidur"
"Cuma gini posisi yang bisa buat merem" ucap Zhi kini sudah kembali terjaga, ia amat kesal dengan suaminya itu saat ini, membangungkannya dari posisi yang membuatnya nyaman ditengah keadaannya saat ini adalah hal yang amat ia benci, tapi ia juga tak menyalahkan suaminya, karna ia tau pasti laki-laki itu tengah mengkhawatirkan keadaannya, entah khawtir dalam tanda kutip apa, biarlah laki-laki itu dan Tuhan yang tau, bagi Zhi terlalu dini mengartikan khatirnya karna suaminya itu sudah menyimpan rasa padanya, bisa saja ia khawatir antar sesamanya.
Bukan akting ataupun berlebihan, saat datang bulan sudah bukan hal baru bagi orang sekitar Zhi akan apa yang ia rasakan, bahkan wanita itu akan duduk selama mungkin diposisi yang sama agar sakit yang ia rasa tak begitu menyiksanya, mungkin Att baru melihat sekali, makanya ia khawatir akan keadaan istrinya itu
"Apa ngak ada obatnya Zhi"tanya Att bingung akan apa yang harus ia lakukan, sampai keringat dingin, pasti bukan main sakitnya pikir Att
"Apa minum kiranti aja"sambungnya teringat kebiasaan istri pertamanya kala datang bulan
"Ya udah kakak beli dulu"ucapnya lagi tanpa memberi cela istrinya menjawab ucapannya iapun langsung berdiri dan belum lagi ia melangkah, tangannya sudah dicekal oleh tangan kecil istrinya
"Kenapa"tanya Att melihat istrinya menggelengkan kepalanya
"Aku bakalan tambah parah kalau minum itu"
"Ngak ada obatnya"ucap Zhi membuat Att kembalu duduk ditempatnya
"Kok aneh"guman Att pelan
"Aku kurang suka bau kiranti dan rasanya yang Masya Allah kak"
"Bukan pinggang lagi yang sakit entarnya"
"Perut juga pasti akan sakit, karna aku bakalan muntah kalau minum itu"jelas Zhi mengindik ngeri membayangkan harus minum kiranti yang suaminya maksud
"Terus apa yang bisa aku bantu"
"Masak selama ini kamu udah bantu aku dan anak aku, sakalinya kamu butuh bantuan, aku malah bingung mu bantu apaan"ucap Att spontan
"Aku hanya menjalankan tugasku sebagai istri dan ibu kak"
"Tapi jika apa yang aku selama ini aku lakukan kakak nilai sebagai sebuah bantuan"
"Ingatkan aku untuk meminta balas budi dari kalian dikemudian hari"ucap Zhi kali ini berdiri meninggalkan Att mematung ditempatnya entah mengapa ia merasa ada tak enak akan apa yang ia katakan, dan jawaban istrinya menambah perasaan tak enaknya, wanita itu tersakiti akan kata-kata spontanya, raut wajah istrinya tampak berubah meski hanya sekilas, dengan berkata seperti itu, sama saja ia menganggap apa yang istrinya itu lakukan selama ini hanya bentuk bantuan, bukan karna memang ia melakukan semuanya karna istrinya tau kewajibannya.
"Mau kemana"tanya Att gugup
Zhi melihat sekilas suaminya sembari tersenyum
"Mau bikin teh"ucapnya berjalan tampak tertatih sembari tangannya masih terus mengurut pinggangnya
"Biar aku saja"ucap Att mengambil alih pekerjaan Zhi, ia mengikuti istrinya kedapur setelah mengambil makanan yang tadi ia bawa kekamar wanitanya itu
"Kakak mau makan"ucap Zhi melihat nasi dan lauk yang tadi diletakkan suaminya di meja makan
"Makan aja dulu"
"Biar Zhi aja, sekalian manasin air buat s**u sikecil"pinta Zhi tampak tak ada yang berubah, padahal Att yakin, perkataannya tadi sudah menyakiti perasaan istrinya itu, Att yang merasa lapar menganggukkan kepalanya dan duduk dimeja makan, menyantap makanannya sesuai perintah istrinya.
Sambil menyantap makanannya, Att terus memperhatikan apa yang istrinya kerjakan, mulai dari merebus air, memasukkannya kedalam Termos Stainless, lalu membuatkan teh untuknya dan kembali membasuh semua perlengkapan dot putranya, tampak wanita itu melakukan semuanya dengan ikhlas membuat Att kembali dihantui rasa bersalah akan apa yang beberapa menit lalu ia ucapkan.
Zhi mematung ditempatnya, pikirannya tengah melayang kemana-mana, ucapan suaminya beberapa waktu lalu juga menghantuinya, tak ada yang salah baginya akan penyampaian sang suami, tapi entah mengapa ia ingin menangis, namun tetap ia tahan semua perasaan yang melandanya, ia tak ingin suaminya tambah bingung akan keadaannya, niatnya kedapur agar tak melihat wajah laki-laki yang menyebabkan kegaduhan dalam jiwanya itu, namun laki-laki itu malah mengekor dibelakangnya, dan yang membuatnya memang kali ini adalah, ia meraskan tangan seseorang melingkar ditubuhnya, memeluknya dari belakang, dan beberapa detik kemudian ia merasakan nafas seseorang itu sangat dekat dengan lehernya, seseorang itu tak lain tak bukan adalah suaminya.
Entah setan mana yang merasuki suaminya itu sehingga melakukan hal itu, memeluknya dari belakang dan saat ini menenggelamkan wajahnya dilekuk lehernya.
"Kak kenapa"guman Zhi merasakan aneh akan tingkah suaminya itu, selama menikah inilah kali pertamanya laki-laki itu melakukan hal semacam itu dikala mereka hanya berdua, karna mereka sering berpelukan saat ditengah keluar mereka masing-masing, agar semua mengira mereka sudah menjalani semuanya seperti yang seharusnya.
"Maaf"guman Att mengeratkan pelukkannya
"Tak apa"jawab Zhi yang paham akan apa maksud dan tujuan suaminya mengucapkan kata maaf itu
Att melepas pelukannya, lalu menuntun istrinya menghadapnya, ia menatap dalam wanitanya itu sebelum mencium lama kening istrinya tersebut, setelahnya iapun pergi tanpa mengatakan apapun membuat Zhi terdiam akan tingkahnya.