Part 2

1060 Words
-----------***---------- "Masak" pertanyaan itu membuat Zhi menoleh sebentar lalu tersenyum sebagai jawabannya "Siniin sikecilnya" "Kasian kalo kena cipratan minyak" pinta Atthar melihat sang istri tengah mengendong sang anak saat ia tengah memasak "Insya Allah ngak kok kak"jawab Zhi sembari memasukkan potongan sayur pada air yang sudah mendidih dalam kuali dihadapannya "Lagian ini ngak menggunakan minyak"sambung Zhi mulai mengaduk masakannya "Pasti repot"ucap Atthar pelan dan mengambil alih pekerjaan sang istri, jangan heran Atthar bisa melakukan pekerjaan rumah, ia sudah berpisah jauh dari orang tuanya sejak SMA, jadi memasak dan lainnya bukan hal asing baginya. "Ngak usah kak"sanggah Zhi mendapat gelengan dari Atthar "Duduklah"perintah Atthar pelan dan dengan enggan Zhi pun mengikuti perintah sang suami "Kenapa tidak diletakkan dibox saja"tanya Atthar sembari mencicipi sayuran yang dibuat sang istri "Sikecil kurang enak badan" "Pilek" "Makanya kalo dibox bentar-bantar bangun" "Kasian kalo kurang tidur"jawab Zhi menepuk pelan p****t jagoannya yang bergerak karna posisinya dirubah, semua yang wanita itu lakukan tak luput dari pandangan suaminya, kadang Atthar berpikir, apakah istrinya saat ini pernah menikah sebelumnya dan memiliki anak, mungkin saja ia bercerai dan anaknya meninggal. Atthar memukul kepalanya saat pikiran aneh mulai bergentayangan dikepalanya, sebenarnya tak salah Atthar juga berpikir demikian tentang istrinya, walau mamanya mengatakan istrinya adalah seorang gadis, namun semua yang dilalukan istrinya tampak sangat profesional, seperti ia sudah lama menjadi seorang istri dan seorang ibu "Sakit kepala"ucapan Zhe membuyarkan Hayalan tingkat tinggi Atthar. "Oh nggak"jawab Atthar cepat dan kembali mengaduk sayurannya "Udah dikasih garam"tanyanya mengalihkan perhatian Zhe yang sedari tadi menatapnya aneh "Kan udah dicicip" "Udah kerasa belum asinnya" "Kalo belum, ya berarti belum"ucap Zhe cuek "Suami nanya bodoh"geram Atthar akan jawaban istrinya, wanita itu sangat tau cara merusak suasana pikirnya, mendengar ucapan Atthar, bukan tersinggung dikatakan bodoh, Zhe malah terkekeh ditempatnya "Ayah juga pe'ak" "Tadi udah dicicipi, malah nanya lagi udah dikasih garam atau belum"jawabnya Zhe mendapat cengiran geram dari suaminya, melihat tingkah keduanya, mereka tampak seperti pasangan pada umumnya, tapi hal itu hanya terjadi sesekali, walau begitu, tak ada yang tau kisah keduanya. "Dosa ngatain suami pe'ak Zhe"ucap Atthar memberi sedikit garam dan juga penyedap kedalam masakannya "Suami juga dosa mengatai istri bodoh kak"jawab Zhe masih mengepuk-emput p****t sikecilnya "Serah kamu aja"ucap Atthar sembari mematikan kompornya "Sudah masak"sambungnya membalik badannya, ia kembali terdiam ditempatnya, Zhi saat ini kembali berdiri dengan sikecil masih digendongannya, wanita itu tampak menuangkan nasi kedalam piring, yang Atthar tau piring itu pasti untuknya. Selama menikah dengan Zhe, boleh dihitung dengan jari ia mengambil sendiri nasi dari dalam tempatnya, karna wanitanya itu sudah menyiapkan semuanya untuknya, bahkan jika ia ingin menambah, wanitanya itu juga tak pernah membiarkannya mengambil Sendiri, bukan niat membandingkan wanita dihadapannya dan wanita yang ia cintai, Alm. Istrinya, dulu sangat jarang alm. Istrinya melakukan apa yang Zhi lakukan saat ini, tapi Atthar ambil positifnya saja, bisa jadi Alm.istrinya dahulu sama-sama bekerja, makanya ia tak begitu perhatian akan hal kecil yang memiliki nilai besar dimata Tuhan tersebut. Sedangkan istrinya yang sekarang, yang ia lakukan hanya berdiam diri dirumah dan mengerjakan tugas rumah, termasuk anak dan suami didalamnya. Pikian positif Atthar berbeda dengan sisi terdalam dari dirinya, sisi tersebut mengatakan semua tergantung manusianya, entah mengapa sisi tersebut berpikir lain, Atthar juga tak mengerti "Kau sangat tau tugas istri Zhi"ucap Atthar berjalan mendekati Zhe berdiri "Duduklah"jawab Zhe mengambilkan sayur yang tadi dimasak suaminya "Semua wanita harus tau, apa tugasnya sebagai wanita kala menjadi istri dan ibu kak" jawab Zhi mengambil sedikit sayur untuk Atthar "Hmpz" guman Atthar setuju "Tapi kau tampak sudah sangat mengerti"sambungnya "Aku selalu mempelajari apa yang aku lihat" "Maksudnya"? "Aku melihat ibuku, dan aku melihat mamamu" "Dari merekalah aku belajar menjadi istri yang baik" "Terlepas pernikahan yang kita jalani minus cinta dan segala perangkatnya"jawab Zhi membuat Atthar tersenyum, entah kenapa ia harus tersenyum iapun tak mengerti "Boleh mulai sekarang kita berteman"ucap Atthar, entahlah, entah mengapa ia ingin menyampaikan hal yang selama ini ia sampaikan, ya !!! Walau mereka tidak mencintai, tapi mereka suami istri kan, tak baik jika mereka seperti orang asing terus menerus, begitu pikirnya "Bukannya kita suami istri"jawab Zhi mengambil makanan untuknya "Kau tau maksudku Zhi"ucap Atthar malas "Makanlah, ya kita berteman sekarang" jawab Zhi lembut dengan tatapan teduhnya entah mengapa Atthar sangat ingin terus melihat tatapan itu, karna selama ini hanya Satu orang yang mendapatkan tatapan itu, yakni sikecilnya, sikecil yang kini tampak nyaman di pangkuan ibunya, wajah tenangnya menenangkan siapapun yang melihat wajahnya, sikecilnya itu memang sangat tau dimana tempat ternyamannya, bukan dipunggung, digendongan atau dikelonannya, melainkan diibunya. Atthar ingat betul pertama kali sikecilnya berada ditangan lembut wanita dihadapannya saat ini, setelah proses ijab kabul, sikecil digendongan mamanya saat itu langsung menjerit, hal itu menimbulkan banyak bisikan gaib, begitulah Atthar menyebutnya. "Pasti anak itu marah, karna ibunya baru saja meninggal, ayahnya sudah kawin lagi" "Ia ni, mau-maunya jadi pembantu, apalagi dinikahi orang yang baru ditinggal, pasti buat pengganti" "Ngeri ya, apalagi anaknya masih kecil" "Entar bukan diurus, malah ditelantarin sama ibunya, makanya mungkin bundanya menyampaikan apa yang akan dialami sikecil mereka nanti" "Hm'm nich" "Pasti ini peringatan" Itu hanya sepenggal yang Atthar dengar, masih banyak lagi, dan banyak pula yang membandingankan istri pertama dan keduanya tersebut. Atthar yang tidak enak akan perkataan orang-orang disekelilingnya, langsung mengambil alih putra kecilnya, namun bukannya diam, sikecilnya malah tambah menjerit "Kasih aja ke'ibunya pak Atth" "Mana tau diam"celetuk salah satu ibu-ibu dengan wajah mencemoohnya, dan Atthar tau akan hal itu "Apa kamu bisa menggendong bayi"tanya Atthar pelan dijawab Anggukan wanita dihadapannya, walau dengan hati berdebar, Atthar Memberikan anaknya pada wanita yang sudah berstatus istrinya tersebut, awalnya sikecil masih dengan tangisnya membuat Atthar tak yakin jika Zhe bisa menghadapi bayi ditangannya, apalagi saat Atthar memberikan bayinya, tangan Zhe gemetar menyambut bayi mungil itu. Semua yang disana terdiam sejenak, karna tak berapa lama ditangan Zhe, bayi mungil itu terdiam dan beberapa menit kemudian ia tertidur dengan pulasnya. Mereka memang tak menikah digedung, mengingat apa yang baru saja menimpanya, tapi tak sedikit pula tamu yang datang dan bersalaman dengan mempelainya, dan selama bersalaman, bayi kecil itu terlelap dipangkuan ibu barunya, ia akan terbangun kala ada tangan lain yang hendak mengambil alih dan kembali menangis dan sejak saat itulah, wanita bernama Zhi adalah benar sosok ibu yang amat dicintai bayi mungil yang selalu terlelap damai dipanvkuan ibunya, kadang Atthar takut, ia terlupakan oleh sang anak, saking lengketnya bayi kecil itu pada istri barunya. "Kenapa ngelamun" "Habiskan makannya"ucapan itu membuyarkan lamunan Atthar, dengan senyum kakunya ia kembali memakan makannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD