Chapter 02 : Mistake

1127 Words
Matteo menatap layar ponselnya, duduk termangu di sudut balkon kamar. Untuk pertama kalinya, ia mengintip isi ** Lucia. Memerhatikan satu persatu foto milik gadis itu. Wajah Lucia, kerap dipajang pada sampul majalah, papan iklan rumah mode dari brand terkenal. Jari Matteo berhenti menatap satu foto Lucia. Sexy, dengan bikini berwarna ungu terang. Memamerkan sebagian tubuhnya, terlihat berisi. Matteo mengusap ponselnya, berniat mengalihkan perhatian. Namun, kejadian tidak menyenangkan terjadi. Matteo mendadak  bangkit, membulatkan mata dan menekan ponselnya berkali-kali. "s**t!"umpat Matteo jelas, mengusap mulut. Memerhatikan emoticon love yang ada di bawah foto, berubah warna menjadi merah. Ia tertekan, foto lawas Lucia yang di posting sekitar enam bulan lalu. "Please! Apa yang aku lakukan!"serak Matteo, membatalkan aktivitas nya barusan. Segera me-refresh ponsel. Berharap bahwa Lucia tidak menyadari notifikasi yang mungkin masuk. Ting! Matteo terdiam, mengintip pesan yang mendadak masuk. Lucia membalas, mengirim emoticon tersenyum dengan wajah merah, di direct message. "What the f**k!"Matteo membanting ponselnya, meremas-remas rambut. Menahan malu. Sungguh, ia sangat ingin berlari kencang menuju laut lalu menenggelamkan diri hingga mati. "Aku harus menghindar dari anak kecil itu mulai besok,"gumam Matteo, bergerak mengambil rokok, dan jubah penghangat yang ada di gantungan. Matteo ingin berjalan, memutari kota hingga penat. Ia tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini. Sementara, Lucia berguling, bergerak bebas di atas tempat tidur, mencium layar ponselnya beberapa kali. Tersenyum puas, menatap tidak percaya terhadap notifikasi yang masuk. "Om aku ke apartemen, Ya,"tulis Lucia, segera beranjak dari tempat nya tanpa menunggu balasan. Ia bersemangat, mengabaikan jam malam yang cukup larut. Lagipula, jarak apartemen dan mansion mereka dekat. _______________________ Bogota terlihat redup, tertutup oleh cuaca dingin, jalan berangsur sepi. Lucia mengayunkan langkah, nyaris sampai ke apartemen Matteo. Ia mengusap kedua tangan, meniupnya ujung jemarinya pelan, menghadirkan kehangatan. Ia tersenyum, sesekali mengusap bibir. Sebuah mobil Van melaju dari arah berlawanan, berhenti di hadapan Lucia. Gadis itu mengehentikan langkah. Menyaksikan dua pria keluar, berlari mendekat dan menahan nya. "Eh. Apa-apaan kalian? Lepas!"rintih Lucia. Menahan diri. "Ikut!"teriak salah satu pria. "Tidak!"Lucia menginjak kaki salah satu pria, menyikutnya keras. Salah satu pria asing itu jatuh, mundur beberapa langkah. "Kau!"sorak satu pria lainnya. Lucia tidak diam, lekas bergerak memutar sambil menarik lengan pria itu. Mengaitkan kaki dengan mengangkatnya ke atas. Pria itu terjerembab, menghantam tanah. "Cuma segitu? Kau tidak tahu aku siapa? Hahh?"teriak Lucia, mengepal tinju, siap menyerang. Mengedarkan mata ke tiap tempat. Satu pria bangun, menarik senjata yang tersembunyi di punggung nya. Mempersiapkan senjata dan mengarahkan benda tersebut pada Lucia. Dor! Dor! Satu tembakan meledak, terdengar keras. Lucia mengalihkan pandangan, sedikit ke kiri. Matteo berdiri tidak jauh dari pria tersebut, menembak lebih dulu hingga dua penyerang itu tewas seketika. "Om!"teriak Lucia menatap ke arah belakang Matteo. Pria itu berputar, menaikkan senjata ke arah sopir Van yang hendak menembaknya dari kejauhan. Dor! Lagi, satu peluru lolos, mengenai pengemudi tersebut. Kepalanya bocor akibat peluru panas dari handgun Matteo. Lucia menahan napas, bergetar takut. Sirine polisi mendekat, terdengar nyaring. Matteo melangkah, meraih dan menyatukan jari pada Lucia. "Ikut aku!"ajaknya tegas. Menarik Lucia bersamanya. Segera pergi dari kekacauan, mengabaikan beberapa mata yang mungkin menjadi saksi. _____________________ "Kenapa kau di jalan selarut ini?"tanya Matteo, menyodorkan segelas air pada Lucia. "Aku kan sudah bilang mau ke sini. Om gak baca, Ya?"Lucia mengerutkan bibir, meraih gelas dari tangan Matteo dan menenggaknya pelan. "Bagaimana jika sesuatu terjadi? Hmm?" "Kan ada Om,"celetuk Lucia santai. "Ya. Bagaimana jika tidak ada aku?"tanya Matteo. "Tetap aja. Kan tadi ada Om. Masa di suruh mikir kalo misalnya Om gak ada, gimana sih?"celetuk Lucia. "Daddy mu tahu kau keluar?" "Tidak. Kalau tahu pasti di suruh masuk lagi,"jelas Lucia. "Aku akan menghubungi...." "Jangan. Nanti mommy marah,"sergah Lucia saat Matteo mengambil ponsel serap nya. Khusus bisnis. "Lucia. Kau tidak bisa menyembunyikan ini dari daddy mu. "Iya. Besok aja bilang nya. Sekarang aku mau nginap di sini,"pinta Lucia. "Tidak bisa! Kau harus pulang!"tolak Matteo. "Om mau aku di culik lagi?" "Aku tidak bilang begitu. Lagipula, kau bisa mengatasi dua penjahat itu, "celetuk Matteo tersalip pujian di dalamnya. "Iya. Kan belajarnya dari Leon. Lain kali, Om yang jadi gurunya, biar bisa peluk-peluk gitu,"Lucia tersenyum, mengulum bibirnya. Matteo mengeluh, tidak berniat menjawab Lucia. "Om, foto ku cantik, Ya?"ungkit Lucia, meletakkan gelas di sisi meja. Deg! Matteo terdiam. Mendadak sesak napas. Ia menelan saliva, melirik gadis itu sedikit. Lucia melempar senyuman, terlihat begitu manis. "Ya udah. Kalo gak mau muji langsung juga gak apa-apa. Aku tidur di sini, Ya." "Tidak! Aku antar kau pulang,"sentak Matteo. "Good Night om ganteng,"Lucia merebahkan tubuh, berbaring menyamping. "Lucia..."panggil Matteo pelan. Mencoba memaksa gadis itu. Matteo ingin mendekat, tapi sungguh, menyentuh Lucia merupakan kesalahan besar baginya. Ia merasa berkhianat pada George. "Terserah kau saja!"Matteo berputar, berjalan memasuki kamar untuk beristirahat. _____________________ Satu jam berlalu, Matteo belum mampu tertidur. Terbaring di atas ranjang menatap jam yang terus bekerja tanpa berhenti sedetikpun. "Dia pasti kedinginan,"gumam Matteo pelan. Memikirkan Lucia. "Bagaimana jika dia sakit,"keluh Matteo. Pria itu lekas bangun, beranjak keluar kamar untuk memeriksa Lucia. Sungguh, pemandangan yang menyakitkan, menatap tubuh Lucia, ia memeluk tubuhnya, bertahan, meringkuk menahan sejuk. Wajah polos gadis itu pucat. Matteo semakin dekat, duduk di sisi kursi yang sedikit tersisa. Menatap wajah Lucia beberapa detik. "Baiklah,"gumam Matteo pelan, cukup mengalah. Ia menarik napas, mengangkat tubuh Lucia, memperlakukannya lembut. Membawa gadis itu menuju kamar dan berbagi ranjang. Matteo ikut merebahkan diri, menyusup masuk ke bawah selimut yang sama. Wajah mereka dekat, nyaris bersentuhan. Aroma tubuh Lucia tercium kuat, Matteo lega, memiringkan bibirnya sedikit dan akhirnya terlelap tidur. ___________________ "Thomas!"suara Sofia serak, mengisi kekosongan kamar milik pria itu. Bercinta begitu lapar. Bersedia merasakan panas dari pria lain, seakan kurang. "Sofia,"balas Thomas. Meremas d**a wanita tersebut. Memaksa Sofia terus melayani nafsu b***t nya. Sofia tersenyum, mengusap wajah pemilik Agensi tempat ia bekerja tersebut. Menampung tubuh menjadi tempat persinggahan pria itu. Thomas semangat, menghentakkan diri, memasuki wanita itu berkali-kali hingga letih. Meskipun Sofia merasa Thomas tidak lebih baik dari Matteo, ia ingin bertahan, berkerja lebih lama dengan gaji besar. Sofia bersedia mempertaruhkan diri demi semua itu. Menyingkirkan Matteo sejenak di dalam benaknya.  ____________________ Keesokan harinya.. Lucia bergerak, terkejut bangun akibat suara bel apartemen Matteo. Memanggilnya berulang,  Ia terganggu, Lucia menggeliat, membuka mata perlahan dan menatap Matteo. Masih tidur di samping nya. "Om..."panggil Lucia pelan. Berusaha membangunkan pria tersebut. Namun, tidak ada reaksi sedikitpun. Hingga ia memilih untuk membuka pintu. Lucia menguap, menjejakkan kaki di dasar lantai, sambil menggulung rambut, ia melepas bawahannya, menyisakan atasan setinggi lutut. "Sebentar!"teriak Lucia melangkah pelan dengan pandangan yang masih kabur. Ceklek! "Matteo aku....."Sofia mengerutkan kening, menatap Lucia, keadaan gadis itu berantakan. Terlihat begitu tidak wajar. "Matteo masih tidur,"jawab Lucia polos. Menyandarkan diri di ambang pintu. "Lucia,"panggil Matteo, sekaligus menarik pintu tersebut. Seketika wajah Matteo berubah, menemukan Sofia di hadapannya. Wanita itu berdebar, bergerak mundur menatap Matteo tanpa pakaian lengkap. Ia masih bertelanjang d**a.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD