Bab 1
Karina mencoba menetralkan detak jantung dan deru nafasnya yang tiba-tiba terasa tak teratur. Hatinya serasa di pilin dan di tusuk berkali-kali. Sebenarnya Karina telah menaruh rasa curiga pada suaminya. Tapi rasa curiga itu selalu dia tepis jauh-jauh. Berulang kali hati kecilnya berkata untuk membuka mata dan tersadar dengan keadaan yang mulai menguar di sekelilingnya. Karina masih saja tetap berpegang teguh pada keyakinan jika suaminya adalah pria yang baik dan mencintainya.
Hingga sebaris kalimat yang terkirim ke ponselnya membuat Karina mendadak menjadi hilang arah. Kalimat itu sangat sederhana.
Jika ingin menemukan bukti yang kuat. Datanglah ke restoran ini sekarang.
Entah dari mana dan siapa yang mengirimkan padanya. Tapi yang jelas, kedua mata Karina mendadak terasa panas serta diiringi perutnya yang tiba-tiba terasa sakit karena di tendang oleh bayi kembarnya.
Tanpa sepengetahuannya, diam-diam suaminya menjalin hubungan dengan wanita lain. Wanita yang sama sekali tak Karina ketahui identitasnya. Apalagi suaminya, Adam adalah pria yang sangat hangat dan tanpak menyayangi dirinya dan juga calon anak kembar mereka.
Lagipula, sikap Adam masih tetap sama ketika mereka baru bertemu hingga menikah. Tak ada perubahan seperti ciri-ciri memiliki wanita simpanan lain di luar sana.
Meliana yang berada di samping Karina hanya bisa terdiam. Wanita yang merupakan sahabat baik Karina itu turut pergi mendampingi Karina menuju tempat dimana suaminya Karina berada.
"Jadi kamu mau gimana sekarang?" Meliana bertanya sembari mengelus pundak kanan Karina. Meliana hanya bisa memberi semangat saat ini agar Karina tetap kuat.
Karina menghela nafas kasar. "Aku harus membuktikan dengan mata kepalaku sendiri," jawab Karina.
Bibirnya tampak bergetar menahan tangis. Saat ini Karina menguatkan dirinya jika pesan yang baru saja terkirim itu adalah salah satu cara untuk menghancurkan rumah tangganya yang harmonis.
"Ini misalkan aja ya," imbuh Meliana hati-hati. "Jika memang ternyata Adam selingkuh, bagaimana?"
Karina menggelengkan kepalanya. "Aku harap bukan," sahut Karina. "tapi jika terbukti Adam benar-benar memiliki wanita lain di belakang ku. Akan ku pastikan jika hidup mereka tak akan pernah bahagia." Dari nada suara Karina telah tercipta sepercik rasa dendam.
***
Adam harus pandai-pandai mengatur dan membagi waktu selama dua puluh empat jam. Baginya waktu dua puluh empat jam terasa tak cukup antara bekerja, waktunya dengan Karina yang merupakan istri sah nya dan juga dengan Alina yang merupakan istri keduanya.
Apalagi saat ini Alina tengah hamil muda dan sudah hampir melewati fase tri semester pertama. Gejala mual dan muntah kerap dialami oleh Alina dan gejala yang dialami oleh Alina sangat parah jika dibandingkan dengan Karina. Dan khusus hari ini, Adam sengaja membohongi Karina jika dia ada janji dengan salah satu klien sehingga tak bisa pulang ke rumah sekedar untuk makan siang bersama.
"Sayang, mulut ku pahit banget," adu Alina dengan nada manja. "Semua makanan yang aku makan sejak pagi selalu keluar." Kedua matanya tampak berkaca-kaca saat Adam menatap kedua matanya.
Adam merasa tak tega dengan keadaan Alina. Tubuhnya yang dulu proporsional dan tampak berisi, kini mulai tampak kurus. Sepertinya calon anak mereka sedang menyiksa Alina dan juga Adam. Atau bisa jadi ini adalah salah satu bentuk protes dari calon anaknya karena kunjungan Adam yang tak begitu rutin akhir-akhir ini.
Adam memeluk pinggang Alina dan menyandarkan kepala Alina di bahu kanannya. "Istri ku yang manja ini mau makan apa?" Adam berusaha membujuk Alina dan calon anak mereka, mana tau usahanya berhasil.
Sebuah senyum tipis tersemat di wajah Alina yang tampak sedikit pucat. Akhirnya dia berhasil mendapatkan perhatian dari Adam setelah beberapa hari ini, Adam selalu sibuk dengan Karina.
"Lagi pengen makan iga bakar sayang."
Adam tampak menimbang permintaan istrinya itu. "Hanya itu aja?"
"Iya hanya itu tapi kamu harus temani aku," sahut Alina. "Aku gak mau kalau makan sendirian kayak biasa."
Adam mengelus rambut istrinya dengan perasaan bersalah. "Baiklah, ayo kita makan sama-sama kayak dulu lagi."
Alina mendongak ke arah Adam. Ini seperti mimpinya menjadi nyata. Pria yang dia cintai kini berada di pelukannya seperti dulu. Sebagai seorang wanita, Alina merasa sangat marah karena Karina telah merebut Adam dari hidupnya. Alina yang menjalin hubungan kasih terlebih dulu dengan Adam tapi karena perjodohan pulalah, akhirnya Adam dan Karina menikah. Dan membuat Alina menjadi sosok antagonis.
Aline tersenyum senang. Lalu dia pun mendekatkan wajahnya ke arah wajah suaminya. Ciuman seperti yang biasa mereka lakukan.
Tanpa perlu waktu yang lama, Adam menyambut bibir manis Alina yang sudah beberapa hari ini belum dicecapnya. Adam nyaris lupa dengan rasa bibir istrinya itu. Lalu ketika bibir mereka berdua bertaut, Adam nyaris gila dengan rasa memabukkan ini.
"Aku bisa gila kalau begini." Adam melepaskan tautan mereka berdua.
Wajah Alina bersemu merah. "Aku cinta banget sama kamu, sayang." Alina lalu memeluk tubuh Adam dengan cukup erat. "Jangan tinggalin aku."
Adam membalas pelukan Alina, wanita yang paling dia cintai. Kalau bicara tentang Karina, Adam hanya menjalankan peran sebagai suami yang baik. Seluruh hatinya telah dia serahkan pada Alina hingga nyari tak bersisa.
"Aku harap kamu bisa menunggu ku, sayang." Adam tak bisa menjanjikan kapan waktunya mereka berdua bisa bersama. Tapi Adam akan berusaha secepatnya terlepas dari Karina.
"Aku akan menunggu kamu." Alina mencengkeram baju Adam. "Aku sudah cukup bersabar perhatian kamu harus berbagi dengan wanita itu."
Adam merasa sedih. Wanitanya terluka karena dirinya. Tapi tak ada pilihan lain selain jalani apa yang telah digariskan oleh kedua besar Karina dan juga Adam. Adam melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Alina.
"Yah, Alina manis ku jadi cengeng gini." Adam menyeka sudut mata Alina yang tampak berair.
Lalu Adam mencondongkan tubuhnya ke arah telinga kanan Alina dan membisikkan sesuatu. "Anak papa mau makan sekarang atau papa yang makan mama sekarang?"
Alina mencubit pelan perut Adam dengan gemas. "Itu mah maunya papa mah mau makan mama," sahut Alina sambil tersenyum geli.
Adam hanya tertawa mendengar jawaban Alina. "Kangen aku manja-manja sama kamu."
"Manja-manja nya habis makan aja ya, katanya si dedek bayi mau makan dulu," ucap Alina sambil mengelus perutnya yang mulai tampak membuncit.
Adam mengecup pipi kanan Alina lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Alina. "Baiklah ratu ku sayang. Yuk kita pergi sekarang."
Alina menyambut uluran tangan Adam dan menggenggamnya erat. Alina tak akan kalah dari Karina. Suatu hari nanti, Adam akan kembali ke pelukannya dan Alina akan memastikan jika Karina merasakan rasa cemburunya saat ini.
Alina sungguh tak sabar menantikan hari itu tiba.