Malam itu, Alina sengaja mengekori Adam yang berpamitan padanya untuk menemui Karina. Sontak saja saat Adam berpamitan membuat darahnya seakan mendidih. Adam memang pernah menunjukkan foto Karina padanya. Tapi Alina tak merasa puas. Dia harus memastikannya wanita seperti apa yang telah dijodohkan kepada Adam.
Wanita pencuri.
Itulah sebutan yang Alina sematkan pada Karina Shan Daru. Sosok wanita yang telah berhasil memporak-porandakan jalan masa depannya dengan Adam. Alina menyetir mobil sendirian malam ini. Dia menjaga jarak aman agar mobil yang dia kendarai tak terlihat dari jangkauan pandang Adam. Alina tak ingin Adam mencurigainya. Oleh sebab itu, Alina harus bermain rapi dan juga aman.
"Wanita sialan," maki Alina geram karena saat dia melihat mobil Adam memasuki sebuah gedung perkantoran elit dan tak lama kemudian dia melihat seorang wanita masuk ke dalam mobil Adam. "Wanita sialan itu pasti duduk di sebelah Adam," lanjut Alina dengan wajah menahan amarah.
Tak lama kemudian mobil yang dikendarai oleh Adam mulai bergerak ke arah jalan dan entah menuju ke mana. Alina telah mengantisipasi beberapa hal sejak Adam memutuskan untuk berakting sebagai calon suami yang baik. Aline telah meletakkan sebuah alat penyadap di sekitar dashboard mobil Adam. Tempat yang aman dan kemungkinan Adam tak akan menyadarinya sampai Alina mengambil benda itu lagi.
Alina sedari tadi telah menggunankan headset di telinga kirinya. Dia harus memastikan percakapan apa yang sedang Adam dan juga wanita sialan itu bincangkan.
"Udah nunggu lama sayang?"
Suara Adam yang khas masuk ke indera pendengaran Alina. Alina ingin teriak jika panggilan sayang hanya untuknya. Sepertinya Alina harus meminta Adam untuk mengganti nama panggungnya sayang untuknya.
Tanya Adam ketika Karina telah duduk di samping kemudi mobil.
"Gak kok."
Alina berdesis jijik ketika mendengar suara wanita sialan itu untuk pertama kalinya. p*****r sialan, membuat nada manja kayak gitu, di kira Adam bakalan luluh sama sikap kecentilan kayak gitu?! Alina mengomentari dalam hati.
"Seatbelt nya sayang."
Adam juga sering memasangkan seatbelt nya dan sekarang Adam melakukan hal yang sama pada wanita itu. Alina makin mengeratkan jemarinya di kemudi stir.
"Yuk berangkat."
Untuk beberapa saat tak ada percakapan yang terjadi. Hanya suara kendaraan sekitar yang menjadi latar belakang suara yang di dengar oleh Alina.
"Kamu sakit?"
"Atau kamu lagi laper?"
Lagi-lagi Adam yang harus mencari topik dan hal itu membuat Alina sangat geram pada wanita sialan itu. Mau sampai kapan wanita itu membuat Adam menjadi badut??
"Sedikit lapar habis lembur,"
"Makan nya ntar aja Adam, ke toko perhiasan aja dulu ntar malah tutup."
"Cih, sok nolak," maki Alina mendengar alasan yang seakan dibuat-buat oleh Karina.
"Masih sempat jika jika singgah makan dulu."
"Tapi kalau kamu gak sabaran lihat cincin kita, aku bisa apa."
Kedua mata Alina berkaca-kaca. Hatinya terasa sangat sakit. Baru mendengar percakapan seperti ini saja sudah membuat hatinya terasa teriris. Bagaimana kalau Adam telah tinggal serumah dengan wanita itu. Dan melakukan berbagai macam hal bersama? Memikirkan hal itu membuat kepala Alina terasa sakit.
"A.. Adam."
"Kamu harus ngebiasin diri kamu, sayang."
Air mata Alina jatuh membasahi pipinya. Apa yang sedang Adam lakukan pada wanita itu? Alina mencoba menerka-nerka. Tapi otaknya terasa buntu.
"Sebentar lagi kita akan menikah masa kamu masih malu dengan calon suami sendiri."
"Jadi aku pinjam tangannya ya sampai toko perhiasan."
Iya Alina tahu jika semua ucapan manis Adam hanyalah sandiwara belaka. Tapi mengapa Alina merasakan hatinya sangat pedih?
"Adam, janji sama aku. Kamu gak akan pernah tinggalin aku," bisik Alina sendu.
Akhirnya Alina tak meneruskan rencananya mengikut Adam. Karena hatinya tak kuat mendengar kelanjutannya. Lalu Alina pun memutuskan untuk pulang sembari melepaskan headset yang ada di telinganya.
***
Benar apa kata lirik lagu. Jatuh cinta berjuta rasanya. Ya saat ini Karina membenarkan beberapa sepenggal lirik lagu cinta yang terkadang sering dia cibir dalam hati. Jatuh cinta memang berjuta rasanya dan Karina saat ini dia merasa melayang hingga ke langit ke tujuh.
Adam beberapa kali mengelus punggung tangan Karina sembari tersenyum. Karina merasakan pipinya panas bukan karena demam tapi karena perhatian Adam yang membuatnya terasa seperti es yang sedang meleleh.
"Adam," cicit Karina pada Adam yang baru saja mematikan mesin mobil.
Ya mereka telah tiba di toko perhiasan dan Adam masih saja menautkan jemarinya di sela-sela jemari Karina. Hal itu jelas membuat Karina hampir kehilangan fokusnya.
"Iya sayang."
Karina menggigit bibir bawahnya sembari melirik ke arah tangan mereka berdua. "Hmm itu kita udah sampai."
Adam yang merasa paham dengan maksud Karina hanya bisa tertawa kecil sambil mengangkat tangan mereka ke udara. "Maksud kamu ini?"
Karina menganggukkan kepalanya singkat. "Kita udah sampai loh." Karina mencoba memperingati Adam. "Ntar malah makin kemalaman."
Adam menghela nafas. Lalu dengan berat hati Adam melepaskan tautan jemari mereka. Dengan sangat tiba-tiba Adam memajukan sedikit tubuhnya ke arah Karina. "Aku takut kamu hilang kalau gak aku gandeng," bisik Adam pelan lalu kemudian Adam membuka seatbelt Karina.
Jantung Karina langsung berdetak tak karuan akibat ucapan manis Adam padanya. Lagian gak mungkin dia hilang, Karina sudah dewasa dan kemungkinan menjadi anak hilang itu jelas salah besar.
"Aku udah besar ya," sahut karina sambil menggembungkan kedua pipinya tanpa sadar.
Adam hanya tertawa melihat ekspresi Karina. "Iya iya, Karina udah besar," ucap Adam setengah meledek. Lalu Adam pun keluar dari dalam mobil dan diikuti oleh Karina.
The Secret
Karina menatap nama toko perhiasan tempat dimana cincin tunangan mereka berdua di pesan. Reputasi toko the Secret sudah tak diragukan lagi. Hanya kalangan tertentu yang bisa memesan perhiasan dari toko tersebut. Bahkan daftar antriannya juga cukup panjang dan biasanya hanya kalangan tertentu pula lah yang mendapatkan akses VVIP.
"Kita gak salah tempat kan?" Tanya Karina memastikan.
Selama ini Karina hanya tahu jika Adam lah yang mengatur pembelian cincin pertunangan serta pernikahan mereka. Karina kira Adam memesan cincin di toko yang biasa saja. Tapi siapa sangka jika Adam malah memesan di toko the Secret. Karina sendiri harus menahan diri untuk tidak masuk ke dalam toko tersebut seorang diri. Karena dia bisa kalap membeli perhiasan yang terkadang jarang dia gunakan.
"Ada baiknya kita masuk dulu untuk memastikan apakah kita salah tempat atau gak," jawab Adam sambil menarik lembut tangan Karina dan membawa calon istrinya itu masuk ke dalam.
Karina pun mengekori Adam sambil menatap punggung Adam yang terasa begitu peluk able. Karina baru sadari sepertinya baru kali ini Adam memanggil dengan sebutan sayang dan sikap Adam terasa lebih hangat. Biasa juga hangat tapi seolah ada pembatas yang tak terlihat di antara mereka berdua. Karina kadang berpikir, apakah Adam menerima pendidikan ini dengan tulus atau ada unsur pemaksaan?
Bagi Karina yang baru kali ini merasakan benar-benar jatuh cinta. Sikap Adam yang terasa bagai bunglon mampu membuatnl ritme hidupnya bagai grafik yang tak beraturan.
"Adam, aku cinta sama kamu," bisik Karina sepelan mungkin karena dia tak mau Adam mendengarkan bisikannya. "Moga kamu juga cinta sama aku."