Tiga

1246 Words
Misha menarik napasnya dalam-dalam. Mengusap dadanya yang berdebar ketakutan. Misha takut, sedangkan di koridor tadi sangat sepi. Hanya ada Pria itu. Misha merasa tatapan itu seakan menelanjanginya. Misha takut jika Pria itu berbuat macam-macam. Satu macam pun Misha tak sanggup.   Bagaimana ini ...   Misha rasanya ingin menangis, dia takut dengan situasi seperti ini. Lutut Misha bergetar lemas. Air mata Misha mengalir begitu saja, dalam posisi darurat seperti ini, Misha memang selalu berubah jadi Misha yang cengeng. Misha menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan. Terus berulang sampai degup jantungnya sedikit melambat dari sebelumnya.   Misha menatap cermin yang ada di hadapannya, berusaha meyakinkan dirinya jika Pria itu hanya sekedar orang asing. Bukan orang jahat.   Misha berbalik kemudian perlahan membuka pintu toilet pelan. Misha mengintipkan matanya dari celah pintu, mencari-cari sosok Priatadi dan ternyata tidak ada. Misha menghembuskan napas lega, sedikit menyunggingkan senyumannya. Pria itu tidak ada.   Pintu dibuka lebar, baru saja Misha keluar. Matanya terbelalak saat seseorang menarik tangannya hingga membentur keras d**a bidang Pria itu. Misha berontak, tapi sayangnya tubuh mungil Misha malah terhimpit tubuh besar itu. Misha meronta saat tubuhnya semakin dihimpit tubuh itu. Misha terus meronta mencari celah untuk kabur dari Pria yang menghimpitnya.   Pria itu hanya tersenyum miring melihat reaksi Misha yang terus meronta. Dia sedikit memiringkan wajahnya, lalu mengecup leher jenjang Misha. Misha menegang, dia semakin meronta. Berteriak bukan hal yang bagus, yang ada malah memperburuk situasi. Karena toilet di sana sangat temaram, belum lagi sepertinya jarang ada orang yang melewat ke sana.   Tubuh besar itu semakin menekan tubuh mungil Misha. Mata Misha sudah memanas, dia belum pernah berada di situasi yang menyedihkan begini.   Pria itu semakin menggila dengan terus mengecupi permukaan wajah Misha. Dia hendak mencium bibir Misha. Namun Misha segera menghindar dengan memalingkan wajahnya ke samping.   Tangan Misha bergerak mendorong d**a bidang Pria itu. Misha mendorongnya terus sampai akhirnya Pria itu menjauh darinya. Napas Misha terengah, Misha menghirup udara di sana secepat mungkin.   Pria itu menatap Misha semakin lekat, lalu setelahnya dia menyeringai seolah dia mendapatkan ide yang bagus.   Misha beringsut menjauh saat melihat seringaian itu. Misha semakin mundur saat Pria itu melangkah mendekati Misha. Setiap langkah Pria itu, menghantarkan intimidasi yang begitu kuat. "Tidak! Aku tidak mengenalmu. Jangan! Jangan macam-macam!" Misha memajukan tangannya memberi isyarat untuk berhenti. Namun sayanganya pria itu terus melangkah. Dan sialnya Misha tak bisa kabur lagi karena dia sudah berada di titik terakhir. Tembok yang menghalangi jalan.   Misha menyatukan kedua tangannya, memelas pada Pria di hadapannya. Bahkan air matanya sudah mengalir deras tak terbendung. "Aku mohon... Jangan lakukan apapun padaku... Aku tidak mengenalmu."   Misha menggelengkan kepalanya tak beraturan saat Pria itu sudah mengikis jarak antara mereka. "Tidak! Lepas!" Jerit Misha saat tubuhnya melayang karena Pria itu menaikan Misha ke bahunya. Persis seperti sedang memanggul karung beras. Misha berontak memukul bahu Pria itu. "Berengsek! Lepas sialan! Tolong! Tolong!" Teriak Misha dengan linangan air mata yang terus mengalir. Ke mana dia akan dibawa? Kenapa jadi begini?Sekalipun ia tak pernah bermimpi tentang kejadian ini.   Pria itu terus berjalan tak memperdulikan pukulan yang Misha layangkan. Baginya, pukulan Misha tak berarti apapun. Sampai di parkiran mobil, Pria itu segera menekan tombol otomatis mobilnya. Membuka pintu penumpang di depan, kemudian mendudukan Misha di sana.   Misha berontak, dia hendak kabur. Lagi-lagi ditahan lengan kekar Pria itu. "Lepas! Apa maumu, hah! Aku tidak mengenalmu! Minggir!" Bentak Misha berani.   Pria itu tersenyum miring, mendekatkan wajahnya pada wajah Misha. "Sssstt ... Diam. Atau aku akan memperkosamu di sini sekarang juga," bisiknya di depan wajah Misha.   Misha semakin menangis, dia masih suci. Dia tak mau kalau sampai kesuciannya direnggut oleh Pria asing di depannya. Misha tidak mau! Dia ingin mempersembahkan kesuciannya untuk suaminya kelak.   Misha berusaha meredam tangisnya. Dia menatap Pria di hadapannya memelas. "Aku mohon... Jangan lakukan apapun padaku," ucap Misha memelas.   Pria itu semakin tersenyum menyeramkan. "Aku tidak akan melakukan apapun padamu." Pria itu mengusap pipi basah Misha lembut. "Aku hanya ingin mengajakmu bersenang-senang." Pria itu segera menutup pintu Mobil, berjalan cepat ke pintu sebelah, lalu masuk ke sana.   Misha menangis tersedu. "Aku mohon ... Jangan lakukan apapun padaku ..." Misha terus mengulang kata itu, seolah itu adalah mantra supaya Sang Pria berhenti dan menurunkannya.   Misha memeluk dirinya sendiri, tiba-tiba tubuhnya menggigil. Dia tahu, jika ini semua tidak akan berhenti. Pria di sampingnya mabukdan entah bagaimana nasibnya nanti.   ***   Pria itu tidak banyak bicara, menyeret tubuh Misha cepat memasuki sebuah gedung apartemen yang bahkan Misha tak tahu di mana letaknya. Misha sudah lelah berontak, dengan langkah tertatih Misha mengikuti Pria itu dari belakang. Sampai di depan pintu apartemen, Misha ditarik lagi, masuk ke dalam apartemen. Tubuh Misha di hempaskan ke atas tempat tidur. Misha segera bangkit, tapi kalah cepat dengan Pria itu. Pria itu sudah menindih tubuh Misha yang terlentang tak berdaya.   "Aku mohon... Jangan lakukan itu. Aku mohon..." Misha memelas pada Pria itu. Air mata Misha terus mengalir, dia memberanikan diri menatap manik gelap pria di atasnya.   Pria itu mulai meluncurkan aksinya, dia mulai menciumi wajah Misha. Sedangkan Misha terus menggelengkan kepalanya ke kanan-kiri. Pria itu mengabaikan lelehan air mata yang terus mengalir. Pria itu malah menjilat air mata Misha terus sampai ke kelopak mata Misha.   Misha memejamkan matanya. Dia menahan napasnya, kenapa jadi begini? Siapa pria asing di atasnya ini?   "Buka matamu," perintah Pria itu dengan tangan yang bergriliya menyingkap dress yang Misha pakai. "Karena matamu sudah membiusku untuk menculikmu," bisik Pria itu semakin merambat menuju bibir Misha.   Misha mengatupkan bibirnya rapat, tapi Pria itu malah terkekeh geli mencuri kesempatan untuk kembali menciumi Misha.   Pria itu mengecup leher jenjang Misha yang sudah bercampur dengan keringat, dia menjilat keringat dan air mata yang mengalir indah di leher jenjang Misha. Pria itu menghisap leher jenjang Misha, lalu menggigitnya gemas menghantarkan geleyar panas ke sekujur tubuh Misha.   Misha menahan lenguhannya. Dia terus memberontak tak terima dilecehkan seperti itu. Kedua tangan Misha hanya ditahan oleh satu tangan Pria itu. Sedangkan tangan yang lainnya masih bergriliya meraba perut rata Misha. Tubuh Misha mengejang, Misha tak mau menerima semua itu. Tubuh dan akal sehatnya harus sejalan, sama-sama menolak sentuhan Pria itu.   Tangan Pria itu terus merambat naik ke atas, menyentuh d**a Misha yang bulat dan juga padat. Misha semakin mengejang, dia memejamkan matanya, menolak perbuatan biadab lelaki di atasnya ini.   Kaki Misha terus bergerak menendang tak beraturan. "Diam, Sayang. Kita akan bersenang-senang," bisiknya di dekat telinga Misha, lalu menjilat daun telinga Misha.   Misha terus menahan gejolak dalam dadanya. Misha bertahan dengan terus bungkam. Tatapan mereka beradu, Misha menatap memelas pada Pria itu, tapi Pria itu malah menyeringai dan tanpa aba-aba tangan Pria itu menyentuh titik pusatnya.   "Jangan!" Seru Misha berusaha bangkit dari tidurnya. "Tidak, kumohon jangan..." Air mata Misha kembali mengalir deras.   Pria itu tak tersentuh sama sekali, matanya tetutupi kabut gairah. Tangannya semakin aktif bergerak, dia sudah tak sanggup lagi untuk berlama-lama. Dia beranjak dari atas Misha, membuka celananya, lalu melepaskan celana yang Misha pakai.   Misha menggelengkan kepalanya, berusaha menahan pergerakan Pria itu. "Jangan! Jangan! Jangan! Aku mohon..." Misha bersikeras menahan celananya. "Tidak!Jangan..."   Tubuh besar Pria itu bukan lawan Misha. Misha kalah, celana itu lepas begitu saja. Pria itu tersenyum, kembali menindih tubuh mungil Misha. Pria itu membelai wajah Misha lembut.   "Panggil, aku Alric. Aku akan pastikan menggiringmu pada puncak gairah. Kesenangan yang tiada akhir. Dan akupastikan akan membuatmu menjerit di bawah kuasaku berkali-kali," bisiknya serak.   "TIIDAAAAKK!!!" Teriak Misha saat merasa ada benda kenyal besar menerobos masuk ke dalamnya. Semua sudah terjadi, kesucian Misha sudah direnggut paksa oleh Pria asing di atasnya yang tengah sibuk mencari-cari kenikmatannya. Ini adalah mimpi buruk yang sama sekali tak pernah ia mimpikan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD