8- Rencana Para Senior

1286 Words
Rapat sore itu berlangsung tertib. Tidak seperti rapat kebanyakan yang lebih banyak mengobrol dibanding membahas agenda acara. Agenda acara pun sudah mulai dibahas dan seperti yang Dihyan duga, tidak ada acara aneh- aneh apalagi kekerasan seperti yang Varan pikirkan. Memang teman sekamarnya itu saja yang terlalu berlebihan. Padahal ini lebih ke acara pendekatan antara senior dan junior, mengingat mereka akan menghabiskan waktu kuliah di sini kurang lebih empat tahun, lalu tinggal di asrama yang sama. Jelas pendekatan sangat diperlukan. Keakraban dan solidaritas mahasiswa jurusan teknik memang tak perlu dipertanyakan lagi. Apalagi jika masih satu almamater. Tidak ada yang berani mengusik salah satu mahasiswa teknik di suatu universitas jika tidak ingin diserang oleh seluruh mahasiswanya. Terdengar anarkis memang, tapi percayalah... mereka tidak akan melakukan kekerasan jika kehidupan mereka serta orang- orang terdekat mereka tidak diusik. “ Oh ya. Perkenalkan, ini Dihyan. Dia yang akan menjadi guide kita di Green Golden Mountain. Kau hapal jalurnya, kan?” Rishi memperkenalkan Dihyan pada teman- temannya. Beberapa pria berkulit cokelat gelap dan beberapa berkulit cokelat terang tampak memperhatikan Dihyan yang memang terasa asing bagi mereka. Hanya ada dua mahasiswi di ruangan ini. Memang tak semua mahasiswi teknik akan ikut organisasi kemahasiswaan, hanya beberapa saja yang rela meluangkan waktunya. “ Ya, ada tiga jalur di gunung itu. Dari jalur tersulit hingga yang paling mudah. Tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan acara,” ucap Dihyan menjelaskan. Walau ia merasa gugup harus berhadapan dengan para seniornya, tapi ia berusaha menjelaskan sebaik mungkin. Toh ia ada di sini karena diundang oleh Rishi. Oh ya, ternyata Rishi adalah ketua organisasi kemahasiswaan di sini. Ramah sekali dia sebagai seorang ketua, dia mau turun langsung meminta bantuan padanya. Padahal bisa saja dia menyuruh teman- temannya yang lain. “ Kita pilih jalur yang mudah saja. Sekitar berapa jam untuk bisa sampai ke puncak?” tanya salah satu mahasiswi dengan rambut panjang yang sedikit tertutup dengan selendang berwarna kuningnya, yang tampak kontras dengan almamater abu- abunya. “ Sekitar lima jam mungkin. Itu juga kalo hanya istirahat beberapa menit.” “ Untuk sungai atau danau di sana, bersih kan?” tanya salah satu mahasiswa dengan rambut agak ikal dan berkulit agak gelap. Dihyan mengangguk. “ Di sana sungai dan danaunya dijamin bersih.” Ia tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapih. Bangga juga rasanya memiliki salah satu destinasi tempat yang bagus untuk dikunjungi. Apalagi Green Golden Mountain memiliki pemandangan yang indah, dengan pohon- pohon rindang dan sungai yang jernih. Bahkan dulu ia sering menangkap ikan di sana dan langsung membakarnya bersama Zhafira dan Fredella, itu pun sebelum mereka disibukkan dengan ujian- ujian kelulusan. “ Baiklah. Rapatnya mungkin sampai di sini saja. Jika ada yang ingin bertanya lagi, silahkan dibuat pertanyaannya dan ditanyakan di rapat berikutnya, sekitar dua hari lagi,” putus Rishi melihat waktu yang sudah mulai memasuki senja. “ Sekarang kita makan siang dulu. Dikha.” Ia memanggil salah satu temannya. Pria yang sepertinya bernama Dikha itu pun mengambil kotak- kotak makanan dari plastik besar di pojok ruangan. Mereka memang sudah menyiapkan makanan sendiri untuk dimakan bersama selesai rapat. Memang kan setelah rapat dan berpikir keras akan menimbulkan rasa lapar? Jadi agenda makan bersama ini jelas penting bagi mereka. “ Ini untukmu. Spesial untuk panitia baru di organisasi kita,” ucap Rishi menyerahkan salah satu kotak berisi gulai paha ayam yang berukuran cukup besar. Tradisi di kota ini adalah memberikan paha ayam paling besar bagi anggota baru. Paha ayam dinilai sebagai bagian dari tubuh ayam yang paling enak. Selain dagingnya yang lembut, perpaduan paha ayam dengan kulitnya adalah yang terbaik. “ Terima kasih.” Dihyan tersenyum senang melihat bagian paha ayam yang didapatnya, ini adalah makanan favoritnya sejak dulu. Ibunya sering memasak gulai paha ayam terbaik yang pernah ia coba. Walau tidak akan ada gulai paha ayam terbaik lagi di hidupnya. Ia pun menikmati makan siangnya yang terlambat sembari sesekali mengobrol dengan anggota yang lain. “ Aku harap, kelak kau mau bergabung sungguhan dengan organisasi kami. Bukan hanya sekedar jadi panitia acara ini saja,” ucap Rishi ketika mengantar Dihyan keluar dari ruangan. Hari sudah semakin gelap dan tentunya Dihyan harus segera kembali ke kamarnya. Dihyan mengangguk, baginya bergabung di organisasi kemahasiswaan ini tak buruk juga. Melihat keramahan anggota lain dan visi misi organisasi ini pun cukup baik. Ia merasa akan cocok bekerja sama dengan yang lainnya. Toh masuk ke dalam organisasi kemahasiswaan saat sedang kuliah termasuk hal yang bagus. Selain memperluas relasi, juga banyak ilmu yang bisa didapatkan termasuk soal kepemimpinan. Ia membutuhkannya dan sepertinya tak perlu pikir panjang untuk bergabung bersama Rishi dan yang lainnya. “ Aku akan memikirkannya. Terima kasih sudah diundang rapat hari ini,” ucapnya dengan sopan. Rishi menepuk pundak Dihyan dengan akrab. “ Baiklah. Selamat istirahat.” ................. “ Jadi bagaimana rencana para panitia itu? Apakah kita akan diceburkan ke sungai yang kotor semalaman? Atau merangkak di lumpur? Atau memakan serangga dan makanan aneh lainnya?” tanya Varan begitu Dihyan masuk ke dalam kamar mereka. Ia baru saja selesai berdoa dan sengaja menyalakan dupa mengelilingi wajah Dihyan. Dihyan mengedikkan bahunya dan meletakkan tas miliknya di gantungan. “ Tidak seburuk yang kau pikirkan kok. Tenang saja.” “ Oh ayolah.” Varan memutar bola matanya, memaksa Dihyan agar mau membocorkan sedikit rencana para senior itu. “ Kau pasti tahu kan apa saja kegiatan kita di sana?” “ Belum semua dibahas. Penyusunan acara pun belum. Nanti kau juga tahu saat acaranya berlangsung. Jadi bersiap saja.” Varan menyerah, membuat Dihyan untuk sedikit curang memang sangat sulit. Tidak seperti dirinya yang mudah dimanipulasi. Dihyan adalah pria yang jujur, bertanggung jawab dan terpenting adalah... pandai menjaga rahasia. “ Baiklah. Baiklah.” Ia mengangkat tangannya tanda menyerah. Dihyan mengulum senyum lalu bersiap untuk mandi. Seharian berada di luar membuat tubuhnya terasa sangat lengket. ...................... “ Terima kasih, berkat kau... video klip kami menjadi terpopuler dan memiliki jutaan penonton di youtube.” Devdan duduk di sebelah Zhafira sembari membawakan satu cangkir teh jahe. Teh khas Convodia. Racikan pucuk daun teh dicampur dengan air jahe hangat dan tak lupa gula palem sebagai pemanisnya. Sangat enak dinikmati di cuaca dingin. “ Tidak usah berterima kasih.” Zhafira menerima teh dari Devdan lalu menyesapnya perlahan. Rasa hangat dari teh yang bercampur air jahe itu pun terasa nyaman di tenggorokannya. “ Lagipula memang lagu kalian sangat bagus. Aku saja sampai mendengarkannya setiap hari.” “ Benarkah? Aku senang kau menyukai lagu kami. Bagian mana yang kau sukai?” “ Semua.” Zhafira mengulum senyum, berusaha mengingat lirik demi lirik dari lagu Renjana yang terbaru. “ Terutama liriknya yang sangat penuh arti. Tentang wanita yang menunggu kekasih hatinya yang ternyata malah mengkhianatinya. Padahal dia sangat mencintainya tapi dia malah ditipu habis- habisan oleh pacarnya sendiri. Kenapa kau bisa memikirkan lirik seperti itu? Apa itu pengalaman pribadimu?” tanyanya penasaran diselingi oleh tawanya. Devdan ikut tertawa mendengar tawa Zhafira yang terasa menular padanya. “ Tidak kok. Aku hanya sering melihat teman- temanku patah hati karena dikhianati oleh kekasih mereka.” “ Benarkah? Kasihan sekali ya.” Devdan mengedikkan bahunya. “ Wanita itu rumit. Ketika mereka dikhianati, kenapa juga mereka masih terus bertahan? Dengan alasan cinta? Yang benar saja.” Ia tersenyum lebar menatap Zhafira. “ Seharusnya mereka lebih bisa melepaskan orang- orang b******k itu dan tidak perlu menangisinya secara berlebihan.” Zhafira mengangguk setuju. “ Aku tidak terlalu mengerti.” Ia mengulum senyum, menatap langit malam Ceredia yang tampak cerah dengan taburan bintang yang terlihat indah di langit. “ Aku belum tahu rasanya jatuh cinta atau dikhianati itu seperti apa.” “ Kalau bisa, merasakan jatuh cinta saja... tidak perlu merasakan yang namanya dikecewakan.” Devdan memberi nasehat sembari menatap Zhafira dalam- dalam dan penuh arti. “ Kau masih muda dan punya masa depan yang cerah, jangan sia- siakan masa depanmu hanya untuk merasakan pedihnya terluka.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD