12 - Kejanggalan.

1208 Words
Jika saat ini Livy sedang menangis dalam pelukan Ethan, maka berbeda dengan Fiona yang saat ini sedang memikirkan tentang kebakaran mansion Ayahnya. Kebakaran hebat yang menewaskan sang Ayah, juga beberapa anak buahnya. "Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?" gumam Fiona dengan kening mengkerut. "Apa yang saat itu sedang Ethan dan Livy lakukan di sana?" Fiona jadi penasaran, apa yang saat itu sedang Ethan dan Livy lakukan di mansion orang tuanya? "Apa hubungan mereka berdua dengan Ayah? Apa mereka adalah kenalan Ayah? Mereka tidak kebetulan sedang lewat saat kebakaran itu terjadi, kan?" Sekarang, ada banyak sekali pertanyaan yang bercokol dalam pikiran Fiona, dan Fiona ingin sekali mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Apa yang sekarang harus aku lakukan? Apa aku harus bertanya langsung pada Ethan dan Livy? Atau mencari tahu semuanya sendiri?" Di satu sisi, Fiona ingin sekali bertanya langsung pada Ethan dan Livy, tapi di satu sisi, Fiona takut. Takut? Apa yang sebenarnya ia takutkan? Fiona sendiri tidak tahu apa yang ia takutkan. "Untuk sekarang, lebih baik aku fokus kuliah, nanti setelah selesai kuliah, aku bisa mencaritahu apa yang sebenarnya sudah terjadi pada Ayah," gumam Fiona sambil memejamkan matanya. Tanpa sadar, Fiona pun tertidur. Fiona tidak tahu, berapa lama dirinya tertidur, tapi tidur pulasnya terusik ketika merasakan usapan lembut di kepalanya. Perlahan tapi pasti, Fiona membuka kelopak matanya. Pemandangan pertama kali yang Fiona lihat ketika matanya terbuka adalah Livy yang saat ini sedang tersenyum manis padanya. "Ada apa, Livy?" gumam Fiona sambil mengucek kedua matanya, mencoba untuk memperjelas pandangannya. "Maaf karena aku membangunkan kamu, Fiona. Tapi sebentar lagi waktunya makan malam, jadi kamu harus bangun. Kita akan malam bersama dengan Ethan dan Bastian." "Makan malam?" Ulang Fiona dngan suara serak khas bangun tidur. "Iya, Fiona, makan malam." "Baiklah, aku mau mandi dulu." Fiona tidak mungkin keluar dari kamar dengan penampilan acak-acakan seperti sekarang ini, jadi Fiona memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. "Tumben mandi dulu, biasanya juga enggak mandi." Livy menatap bingung Fiona. Sebelumnya, saat mereka hanya akan makan malam berdua, Fiona tidak pernah memperdulikan penampilannya. Biasanya setelah bangun tidur, dan berdiam diri sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya, setelah itu Fiona akan langsung pergi ke ruang makan. "Apa Ethan tidak akan mengkritik penampilan aku?" "Ah, ternyata dia takut kalau Ethan akan mengkritik penampilannya," ucap Livy dalam hati. "Entahlah," ucap Livy sambil mengedikan bahu tanda tak tahu. "Kalau saja dia tidak akan mengkritik penampilan aku, maka aku tidak akan mandi. Tapi aku takut kalau Ethan akan mengkritik penampilan aku." "Ya sudah, sana mandi." "Baiklah." Dengan perasaan malas, Fiona menuruni tempat tidur, lalu pergi menuju kamar mandi, sementara Livy keluar dari kamar Fiona. *** Sekarang, Ethan, Bastian, Livy dan Fiona sudah berkumpul di ruang makan. Ethan duduk di samping Bastian, berhadapan langsung dengan Fiona, sementara Livy yang duduk di samping Fiona berhadapan langsung dengan Bastian. "Oh, iya, kenapa Eden tidak ikut ke sini?" Sejak tadi, Fiona ingin menanyakan tentang Eden, tapi selalu lupa, jadi sekarang ketika mengingatnya, ia langsung menanyakan Eden. "Eden sudah pulang ke London." Tentu saja Ethan yang menjawab pertanyaan Fiona. Bastian dan Livy hanya diam. "Pulang ke London?" "Iya, dia pulang ke London." "Oh, jadi dia orang London, pantas saja aksen bahasa inggrisnya Eden berbeda." Akhirnya sekarang terjawab sudah rasa penasaran Fiona. Sejak pertama kali mendengar Eden berbicara, Fiona selalu penasaran, kenapa aksen Eden berbeda dengan Ethan, ternyata karena Eden berasal dari Inggris. "Kamu menyadarinya Fiona?" Livy pikir, Fiona tidak menyadarinya. "Tentu saja, Livy," balas Fiona sambil tersenyum lebar. "Jadi kapan Eden akan kembali lagi ke sini?" "Dia tidak akan kembali lagi ke sini, Fiona. Dia akan menetap di sana." Fiona terkejut, tapi tidak dengan Bastian dan Livy yang memang sudah tahu jika Eden tidak akan kembali lagi. "Kenapa?" "Ya itu pilihan Eden." "Oh begitu," lirih Fiona dengan raut wajah sedih. "Kamu terihat sedih Fiona." Ethan menyadari perubahan yang terjadi pada mimik wajah Fiona. "Tentu saja aku sedih, karena itu artinya aku tidak akan bisa lagi bertemu dengan Ethan, apa kamu tidak sedih?" "Tidak karena aku bisa mendatanginya kapanpun aku mau," jawab Ethan cepat. Fiona memutar jengah matanya, dan enggan untuk menanggapi ucapan Ethan. Semua orang terkejut begitu mendengar suara dering ponsel milik Fiona, bahkan Fiona sendiri terkejut begitu mendengar ponselnya berdering. Fiona segera meraih ponselnya, dan mengangkat panggilan dari temannya, Max. "Halo, Max." Fiona menyapa Max dengan sangat pelan, tapi Ethan, Bastian, dan Livy masih bisa mendengar dengen jelas ucapan Fiona. "Fiona, apa besok malam kamu sibuk?" "Besok malam?" Ulang Fiona memperjelas. "Iya, besok malam. Kamu sibuk atau enggak?" "Memangnya kenapa?" "Besok malam ada acara pesta ulang tahun pernikahan Daddy dan Mommy, apa kamu mau datang?" "Apa boleh?" "Tentu saja boleh, Fiona. Kamu adalah teman aku, karena itulah aku mengundang kamu." "Apa Shila juga akan datang?" "Shila akan datang, Fiona." "Benarkah?" "Iya, kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada Shila." "Tidak perlu, aku percaya sama kamu, Max." "Jadi bagaimana? Apa kamu mau datang?" Max berharap kalau Fiona mau datang, supaya dirinya bisa memiliki teman berbincang selain dengan Shila. "Kamu tahu kan kalau aku harus meminta izin dulu," ucap Fiona dengan suara yang semakin mengecil. "Aku tahu, Fiona. Aku tunggu jawaban kamu, ok." "Ok. Bye, Max." Setelah mendapatkan balasan dari Max, Fiona meletakkan kembali ponselnya di meja. "Hm, Livy." Fiona memanggil Livy dengan penuh keragu-raguan. "Kenapa, Fiona?" "Besok malam adalah hari ulang tahun pernikahan orang tua, Max, dan Max mengundang aku untuk datang ke acara perayaan tersebut, apa aku boleh ikut?" Fiona merasa lega setelah mengatakan itu semua, tapi rasa lega tersebut tidak bertahan lama, sekarang Fiona merasa deg-degan, takut jika jawaban yang Livy berikan tidak sesuasi dnegan hrapannya, dengan kata lain, Livy tidak akan mengizikannya pergi. "Tentu saja boleh, Fiona." Livy tidak melrang Fiona untuk pergi, dan Livy juga yakin kalau Ethan tidak akan melarang Fiona untuk pergi. Fiona tersenyum lebar, senang karena Livy mengizinkannya untuk pergi. Livy lalu menatap Ethan yang masih fokus menikmati makan malamnya. "Fiona boleh pergi kan, Ethan?" Sekarang, Fiona juga ikut menatap Ethan. Ethan mengangguk. "Tentu saja boleh, pergilah." "Terima kasih," ucap Fiona sambil tersenyum lebar. Fiona benar-benar bahagia, tidak menyangka jika Ethan dan Livy akan memberinya izin untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan orang tua Max. "Sama-sama, Fiona," balas Livy sambil tersenyum lebar. Melihat Fiona bahagia, membuat Livy juga merasa sangat bahagia. "Oh iya, besok kamu libur, kan?" "Iya, besok aku libur." "Kalau begitu, besok kita pergi belanja." "Belanja? Belanja apa?" "Tentu saja kamu harus membeli gaun untuk menghadiri acara pesta ulang tahun pernikahan orang tua, Max." "Ah iya juga ya." Fioan baru ingat kalau dirinya sama sekali tidak memiliki pakaian yang layak untuk menghadiri acara pesta ulang tahun pernikahan orang tua Max. Acara tersebut pastinya akan di hadiri oleh banyak orang-orang dari kalangan atas mengingat keluarga Max adalah keluarga yang sangat terpandang. "Jangan mengenakan pakaian terbuka." Ethan tidak mau Fiona mengenakan pakaian yang terbuka. "Kamu tenang saja, Ethan, aku tidak akan mengenakan pakaian terbuka, karena aku memang tidak suka memamerkan lekuk tubuhku pada banyak orang." "Baguslah kalau begitu." Jawaban yang Fiona berikan membuat Ethan bahagia, tapi Ethan tidak mau jika Fiona, Bastian, dan Livy melihatnya, jadi Ethan tetap memasang raut wajah datar. Seusai makan malam, Fiona memutuskan untuk kembali ke kamar, sementara Ethan, Bastian, dan Livy masih berada di ruang makan. Sesampainya di kamar, Fiona menghubungi Max, memberitahu Max kalau dirinya bisa menghadiri pesta ulang tahun pernikahan orang tua Max.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD