Setelah membereskan dapur, Astri kembali ke kamarnya dengan perasaan yang teramat letih.. Rasanya aku bagaikan cinderella , bekerja sendirian dan mengerjakan segalanya. Bukankah dia kaya, dia seorang Pangeran, kenapa hanya ada aku di rumahnya ? kemana yang lain ? apakah ia tak punya keluarga? Apa maksudnya menyiksaku sendirian di istana nya ini?Semua pertanyaan itu berkecamuk di dalam kepala Astri. Ahh sudah lah.. aku letih, ia membuka kamarnya, menutup pintunya kembali. Dan, ia heran.. kenapa sekarang ada anak kunci tergantung di sebelah dalam ? Bukankah sebelumnya anak kunci ini tidak ada? Bahkan aku dikunci dari luar? Apa maksud tuan Zayn menaruhnya di sini ? apakah kini ia memberikan sedikit ruang privacy untukku ? ahh sudahlah, persetan ! toh pasti ia punya cadangannya. Dan kalau mau pun ia bisa membuka atau mendobrak pintu ini jika ia menginginkannya. Tapi, dengan cepat Astri menguncinya.
Astri masuk ke kamar mandi. Ia mandi, menyegarkan badannya dan keluar mengenakan handuk yang menutupi nya dari d**a hingga pahanya. Rambutnya yang basah tergerai ke depan dadanya..
“uuuhhh ..” desis Zayn.
Di layar laptopnya, Zayn melihat pemandangan itu, ia menelan ludah berkali -kali. Badan Zayn mulai menegang melihat pemandangan itu, nafasnya memburu. d**a sexy Astri menonjol indah dengan ukuran yang proporsional dengan badannya yang tinggi. Kaki itu… “masyaAllah.. indah sekali”. Guman Zayn. Ia sungguh terpesona. Cantik dan menggairahkan. “Shiit !!..” desisnya. Kejantanannya seketika bereaksi. Dengan cepat ia menutup laptopnya. Tapi tak lama kemudian dengan ia membuka kembali laptopnya,
Zayn sungguh penasaran.
Sementara Astri yang sedang mencari-cari pakaian di lemari kamarnya, sama sekali tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan napas memburu, dan mulai dirasuki nafsu syeitan.
Zayn hampir-hampir tak berkedip melihatnya. Gadis itu memakaikan satu persatu bagian dari baju nya. Mulai pakaian dalam hingga lengkap berpakaian. Beberapa kali handuk Astri terlepas dari tubuhnya, tapi dengan cepat dipakaikannya kembali. Seakan-akan takut ada seseorang yang bisa melihatnya. Setelah selesai berpakaian, gadis itu menggelar sajadahnya, bersiap-siap hendak sholat isya.
“ uuhhhh “ teriak Zayn, “Shiiit” teriaknya lagi meneriaki sesuatu di bawah sana yang tidak mau diajak kompromi. Zayn menutup laptopnya dengan cepat dan ia segera ke kamar mandi untuk menuntaskan yang harus ia tuntaskan. Jika tidak segalanya akan menjadi kacau.
Keluar kamar mandi, setelah menuntaskan gairahnya, Zayn kembali membuka laptopnya, menatap kembali kegiatan Astri menjelang tidur. Gadis itu menyisir rambut lurusnya yang panjang melewati pundak, setelah puas menyisir, ia menaiki tempat tidurnya, menarik selimut agar menutupi sebagian tubuhnya. Astri terlihat berkomat-kamit dan tak lama kemudian tertidur. Beberapa saat, Zayn melihat wajah cantik itu tertidur dengan tenang sebelum akhirnya ia menutup laptopnya.
---
Keesokan harinya, sebelum subuh Astri terjaga. Ya Allah.. aku telat, ini sudah menjelang waktu subuh. Hamba-Mu ini sungguh capek ya Rabb, sampai tak sanggup bermunajat kepada Mu, maafkan hamba ya Allah. Cepat ia ke kamar mandi, berwudhu dan setelah menjelang azan subuh ia melantunkan ayat suci Al-Quran, surat-surat yang ia hafal. Tak banyak yang di hafalnya, hanya 3 juz, dan itupun sebagian ia sudah lupa karena jarang mengulanginya. Astri sengaja membacanya dengan suara yang cukup keras, Ia berharap dengan kerasnya lantunan ayat-ayat yang keluar dari mulutnya, setiap benda di dalam kamarnya ikut bergetar dan akan menjadi saksi akan bacaannya itu di akhirat kelak. Dan seakan-akan menyakinkan dirinya bahwa Allah yang pasti tidak tuli dengan suara sekecil apapun akan tetap melindunginya.
Di kamar sebelah, Zayn terbangun. Lamat-lamat ia mendengar lantunan merdu Surah Abasa. Itu suara Astri. Terdengar menyayat hati, merdu, memekikkan sejuta asa seperti isi yang terkandung di dalam surah itu. Ia duduk, menggaruk-garukkan kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. Masih setengah melayang, antara bangun dan tidur, nyawa nya belum terkumpul semua. Tapi lantunan itu terus terdengar di telinganya. Bahasa yang ia mengerti dengan baik meski harus memaknainya dengan seksama. Bahasa Al-Quran, bahasa arab dengan kesusasteraan tertinggi dalam tatanan bahasa arab. Bahasanya teratur dan teramat indah, yang menjadi mukjizat bagi nabi akhir zaman, Muhammad SAW.
“Ahh sial.. kenapa juga yang di sebelah itu gadis sholehah.” Dan karenanya Zayn seperti tak punya daya upaya untuk mengganggunya. Ketika pertama kali ia membawa Astri ke rumahnya ini, hasrat itupun datang menggelora, menghinggapinya, dan ia hampir berbuat jahat pada gadis ini di saat tidurnya. Dalam hatinya ketika itu, gadis ini adalah budaknya, dan untuk menidurinya seorang b***k tidak perlu dinikahin, karena status kepemilikannya sudah jelas di tangan majikannya. Tapi hasrat itu lenyap sendiri entah kenapa. Malam itu berkali-kali Zayn memasuki kamar gadis itu, memandanginya yang sedang tidur lelap terkena obat bius yang diberikan Amar, tapi Zayn tak sanggup meneruskan hasratnya seperti ada suatu hal yang menahannya. Padahal ia sangat ingin memiliki gadis ini. Meskipun begitu, saat ini ia bersyukur untuk tidak bertindak gegabah menodai gadis ini. Dan baginya gadis ini menyimpan suatu misteri yang kini menjadi tanda tanya besar di kepala Zayn yang harus ia pecahkan sebelum ia bertindak lebih lanjut.
Zayn bukanlah sosok pangeran yang suka dengan banyak gadis. Ia dijuluki ‘the cold prince’. Dia bukan tipe yang suka gonta ganti wanita ataupun di kelilingi banyak wanita. Bahkan semenjak kematian istrinya, tiga bulan yang lalu, belum pernah lagi terdengar ia mendekati wanita lain. Orang menyangka dia hanya masih berduka.
Tapi kemaren ketika melihat Astri, tidak tahu apa yang merasuki pikirannya, ia begitu ingin memiliki gadis itu. Tapi untuk menjadikannya istri, ia benar-benar gengsi, karena gadis itu dibeli iparnya sebagai seorang b***k. Dan baru pertama kali ini, dia ingin memiliki b***k untuk menemaninya tidur. Tapi karena di malam itu dia tidak sanggup meneruskan hasratnya maka akhirnya ia menghubungkan kembali CCTV yang memang sudah terpasang di kamar sebelah, kamar yang tadinya ia peruntukkan untuk puteranya. Untuk saat ini Zayn hanya sanggup memiliki gadis itu lewat layar laptopnya.
Terdengar azan subuh. Lantunan merdu itu berhenti. Zayn beringsut ke kamar mandinya. Ia mandi besar dan kemudian sholat subuh di kamarnya.
Setelah sholat subuh, Zayn pergi sebelum Astri sempat keluar dari kamarnya.
Setelah Sholat subuh, Astri tetap berada di kamarnya melantunkan ayat-ayat Al-Quran yang ia hafal hingga fajar menyingsing.
Astri tahu majikannya itu telah keluar dari kamar.
Setelah sang mentari menampakkan sinarnya, Astri baru keluar dari kamarnya. Di atas meja makan ia menemukan al-Quran dan di bawahnya ada secarik kertas yang tertulis dalam huruf Arab, “ini Quran mu, aku tidak akan kembali selama beberapa hari, jaga dirimu baik-baik. Masak untuk dirimu sendiri. Dan ingat, Pengawalku ada di luar.”
Astri senang sekali mendapatkan Al-Quran itu, ia tak menyangka tuannya sedemikian baik mau meminjami nya Al-Quran.Ah ternyata dia tidak sejahat yang kukira, paling tidak dia tak menutupi cakrawala pikiranku, dengan tetap membiarkanku membaca kalamullah ini. Mulai timbul rasa senang di hati Astri. Aku pantas bersyukur, karena meskipun aku dijadikannya b***k, tetap diperbolehkannya memegang al-Quran ini, kata hati Astri.
Astri menyelipkan kertas itu ke dalam al-Quran nya dan langsung membawanya ke kamarnya di atas.
Berarti selama beberapa hari ke depan, ia akan sendirian di dalam rumah ini, ditemani oleh pengawal pengawal Zayn di luar sana. Sedikit menyeramkan, membayangkan ia tidak pernah ditinggal sendirian di rumah sebesar ini. Tapi Astri tidak takut, karena jiwa petualangnya lah yang membawanya sejauh ini hingga sampai di istana Zayn.
Dan selama majikannya itu pergi, ia tetap membersihkan rumah itu, menjaganya agar tetap bersih. Ia takut jika sekonyong-konyong majikannya itu datang dan ia terlihat lagi asik bermalas-malasan sedangkan rumah dalam keadaan kotor. Ia membersihkan semua ruangan kecuali dua ruangan yang ia tidak pernah bersihkan, yaitu kamar tidur majikannya dan kamar kerja majikan karena kedua kamar itu sengaja dikunci oleh majikannya.
Selama kepergian majikannya, Astri memasak untuk dirinya sendiri, tentu saja tidak ada tempe dan tahu, makanan kesukaan Astri. Ia hanya bisa mengolah daging yang kemaren dibeli majikannya. Daging itu dipotong-potongnya kecil-kecil dan ia tumis dengan irisan bawang bombay, tomat dan kecap-kecap serta saos yang dibeli majikannya.