Hampir seminggu sudah Astri ditinggal sendirian di rumah besar itu. Astri benar-benar merasa terisolasi dari dunia luar. Ia tak bisa menghubungi siapapun, terakhir kali ia menghubungi keluarganya ketika berada di rumah Putri Ameera. Disana ia masih bisa menggunakan telpon genggamnya. Tapi kini entah dimana handphonenya itu. Kemungkinan besar handphonenya itu tertinggal di rumah putri Ameera, begitu yang Astri pikirkan.
Astri sangat mengkhawatirkan kondisi ibunya. Ia takut ibunya akan mencari-carinya dan pasti beliau akan panik ketika ia tak bisa dihubungi. Astri pernah berusaha bercakap-cakap dengan para pengawal Zayn yang ada di sekeliling rumah, tapi tak seorangpun yang mau meladeninya. Semua seperti diam seribu basa. Mereka agaknya takut.
Untuk mengusir sepinya, ketika pekerjaannya membersihkan rumah, Astri membuka al-Qurannya. Ia membaca, membacanya lagi dan mencoba menambah hafalannya.
Astri terkadang merindukan majikannya itu, walau bagaimanapun, majikannya itu satu-satunya orang yang ia dapat berinteraksi. Bahkan terkadang ia merindukan tatapan tajam mata majikannya.
Sore itu, setelah Astri selesai menunaikan sholat ashar, ia mendengar seperti ada orang yang masuk di rumah besar itu, rumah tidak tenang seperti biasanya. Tak lama, terdengar suara majikannya menggelegar, “Astriii…. ! turun sini !” terdengar suara itu dari arah lantai bawah.
Asri bergegas keluar kamarnya dan menuruni tangga sambil menjawab, “ Ya tuan.., saya datang.”
Astri kembali melihat majikannya itu membawa belanjaan.
“Astri kamu masak !. Ini bahan-bahan masakannya. Suara tuannya memerintah.
Gubrakk…Astri menjerit dalam hati.. halahhh masak apa ya ? Paling nasi goreng. Kalau nasi kabsah mana saya bisa.
“Baik Tuan. Tapi saya tidak bisa masakan arab. Saya hanya bisa masakan indonesia. Seperti nasi goreng. Tapi kalau Tuan ada resepnya mungkin saya bisa mengikutinya.”
“tidak apa-apa, saya coba masakan indonesia itu saja, apa tadi yang kamu sebutkan ? nasii….
“Nasi goreng tuan.”
“Ya itu.”
Astri kemudian mengambil mengambil barang belanjaan tuannya itu dan membawanya ke dapur. Tuannya mengikutinya ke dapur.
“Oya Astri, nanti setelah masak, kamu duduk menemani saya makan, dan kamu harus berdandan dan berpakaian yang rapi !”
“What??” mata Astri membelalak.. “maaf, apa tuan bilang tadi ?”
“Kamu dandan yang cantik! Dan buka kerudungmu ketika makan dengan saya nanti.”
Huh.. dia pikir saya ini siapanya dia..gerutu Astri dalam hati. “Tapi tuan, saya tidak bisa melakukannya, saya tidak boleh membuka kerudung saya.”
“Astri kamu lupa ? kamu adalah b***k saya. Dan saya berhak atas apapun pada diri kamu.!”
“Tidak bisa tuan !, tuan bukan muhrim saya.”
“Siapa bilang ? kamu tidak mengerti apa itu status b***k ?
“Itu zaman dulu tuan, bukankah Rasulullah SAW telah menghapuskan p********n ?”
“Tidak Astri!, Rasulullah tidak menghapuskan p********n, tapi beliau mengajarkan kita untuk membebaskan budak.”
“Tidakkah tuan akan mengikuti ajaran Rasul kita ?”
“Tidak untuk mu Astri.” Jawab tuannya itu dengan cepat.
Seketika itu lutut Astri terasa lemas. Ia hanya bisa memandang tuannya dengan wajah pucat. Dengan menundukkan kepalanya Astri berkata lirih, “Saya berharap tuan mau menghormati saya. Saya sudah mengerjakan semua yang tuan minta, tolong tuan menghormati saya.” Pintanya memelas.
Zayn mengerenyitkan dahinya, kedua alisnya mendekat.
Astri semakin ketakutan.
Gadis ini sungguh pemberani, gumam Zayn dalam hatinya. Tiada seorang pun pelayanan di rumah nya yang berani menyanggah perkataannya. Meskipun Zayn tidak pernah bertindak tak senonoh pada pelayanannya apa lagi meniduri pelayannya. Tapi terhadap Astri berbeda. Hasratnya begitu menggelora melihat Astri meskipun demikian ia berusaha sekuat tenaga menahannya.
“Tentu Astri, aku akan menghormatimu. Sekarang tidak usah berdebat, kerjakan apa yang aku minta. Aku tunggu masakanmu setelah sholat magrib.”
Zayn meninggalkan Astri sendirian di dapur.
Aku tidak akan melepas jilbabku apapun yang akan terjadi. Tapi bagaimana kalau ia menghukumku? Dan hukuman terberatnya adalah menjualku ke orang lain. Ihhh..Astri bergidik ngeri.. cukup lama Astri berdiri mematung, hanya memandangi bahan-bahan masakan itu tanpa disentuhnya. Tapi kemudian terdengar teriakan.. “Astrii…. Kerja! Jangan melamun.!”
Astri kaget. Segera ia membuka belanjaan tuannya, merapihkannya. Aku harus cepat menyelesaikan ini, setelah itu akan kupikirkan bagaimana menghadapi tuanku yang mulai bertingkah aneh.
Di dalam belanjaan tuan Zayn, Astri menemukan daging sapi. Akhirnya Astri membuat nasi goreng daging. Dalam waktu 1 jam Astri telah menyelesaikan nasi goreng buatannya, Sedikit lama karena Astri harus memasak nasi terlebih dahulu.
Nasi goreng masih ia taruh di atas wajan, ia tutup dulu, nanti baru dihidangkan setelah magrib. Saat ini masih 45 menit sebelum waktu magrib. Astri kembali ke kamarnya sambil memikirkan strategi apa yang akan ia pakai sehingga ia tak harus melepas jilbabnya di hadapan majikannya itu. Meskipun pangeran Zayn sangat tampan, dan pasti banyak wanita yang menginginkannya, Tapi Astri punya prinsip dalam hal kehormatannya dan keberanianya di luar rata-rata.
Di kamarnya ia duduk merenung hingga datang waktu magrib. Setelah menunaikan sholat magrib, ia kemudian berganti baju, tanpa mandi tetap menggunakan kerudungnya ia kemudian kembali ke dapur, mempersiapkan meja makan dan menyajikan nasi goreng untuk tuannya. Astri tidak berdandan karena ia tak punya alat dandan. Dan memang tak berniat mencari peralatan dandan itu di lemari kamarnya. Kali ini Astri benar-benar akan menentang tuannya. Dia pikir tuannya akan sedikit lunak menghadapinya.
Sementara Zayn di kamar nya melihat apa yang Astri kerjakan di kamarnya melalui layar laptopnya. Ia sedikit geram melihat Astri bahkan tidak mandi dan hanya mengganti bajunya saja. Awas dia, berani sekali dia mengabaikanku, gerutu Zayn. Rasakan hukumanku, tampaknya gadis ini berani sekali melawanku. Ia menunggu sampai Astri mengetuk kamarnya.
“Tok tok tok,.. tuan makanannya sudah siap.” Terdengar suara Astri dari luar kamar Zayn.
“Baik. “
Begitu mendengar suara tuannya, Astri segera kembali ke ruang makan, menunggu tuannya di sana.
Aku tak ingin direndahkan, aku memang budaknya, tapi aku tak mau jadi mainannya. Ujar Astri dalam hatinya. Biarpun posisinya lemah sebagai seorang b***k, ia masih berani menawar apa yang tuannya inginkan. Akan kulihat, hukuman seperti apa yang ia akan jatuhkan padaku, lagi pula aku tidak takut, masih ada Allah SWT tempat ku berlindung dan memohon pertolongan, punya kekuatan seperti apa dia di hadapan Allah SWT. desis Astri mantap di hatinya.
Zayn keluar menuju ruang makan, ia melihat di atas meja makan terdapat dua piring yang tertungkup saling berhadap-hadapan di kedua sisi meja yang berseberangan dan di tengahnya terdapat semangkuk nasi goreng. Di samping mangkuk nasi goreng ada telur dadar yang telah diiris-iris sehingga panjang-panjang seperti mie.
Astri berdiri di belakang bangkunya, menunggu. Zayn melihat gadis itu masih mengenakan jilbab-nya. Dari belakang Zayn mengendus ke bagian kepala dan leher gadis itu, dan ia berkata, “Hmm, Astri kamu belum mandi ya ?”
“MasyaAllah, tuan mengejutkanku “. Astri benar-benar terkejut
“Aku masih mencium bau keringat-mu.”
Astri bergidik ngeri, bagaimana mungkin majikannya ini tahu bahwa ia belum mandi.
“Dan kenapa kamu masih memakai kerudung mu Astri ? kau tidak mengikuti sedikitpun apa yang aku perintahkan? Apakah kamu berniat merendahkanku ? Apakah kamu mau aku hukum ?”
“Tidak tuan.” Jantung Astri berdetak keras, karena takut ia akan dihukum.
“Aku tidak bisa melepasnya Tuan.” Jawab Astri sambil menunduk.
Zayn menatapnya dengan tajam. Lama, tanpa berkedip. Alangkah cantiknya perempuan ini. Cantik, dan keras pendiriannya, pikir Zayn. "Bagaimana jika aku memaksa ?"
Wajah Astri pucat, ia menggigit bibir bawahnya.
Zayn mulai memegang kepalanya, kedua telapak tangannya bergerak ke arah kedua sisi telinga Astri. Yaa Tuhan… dia cantik sekali. Dan aku ingin sekali membelai rambutnya.
“Astri , aku mohon sekali lagi.. bisa kah kau membukanya sekali ini saja..?” kali ini Zayn memintanya dengan lembut.
Ya Rabbi.. lindung aku..