"Kau apa kan?" Suara Jason terdengar tajam, dipenuhi kemarahan yang sulit ia sembunyikan. Matanya menatap tajam ke arah Junior, sementara rahangnya mengeras menahan emosi. Di hadapannya, Talia dibaringkan di kursi belakang mobilnya dalam keadaan tak sadarkan diri. Wajahnya tampak tenang, napasnya teratur, tapi dari aroma samar yang tercium di udara, jelas sekali bahwa ia bukan hanya sekadar tidur. Ia mabuk. Junior, yang berdiri di samping pintu mobil dengan tangan bersedekap, hanya terkekeh pelan. Sikapnya santai, seolah tak peduli dengan kemarahan Jason yang hampir meledak. "Yang penting aku udah tepatin janjiku," katanya, mengangkat bahu tanpa rasa bersalah sedikit pun. Jason mendengus. Tentu saja Junior merasa sudah melakukan bagiannya. Janjinya untuk membawa Talia ke Jason sudah i

