KITA BAIK BAIK SAJA KOQ

1742 Words
Di pinggir Sungai Han, Y/N sedang memegang kotak hadiah yang awalnya ingin dia berikan pada Jimin. Dia ingin melempar kotak hadiah itu, namun entah kenapa, tangannya seolah terbelenggu. Tidak terasa mengalir air mata di ujung mata indah Y/N. Dia tidak ingin menghapus air mata itu, malahan dia ingin menangis sekencang kencangnya. Dia berusaha melupakan apa yang terjadi malam ini.  Beep .. beep ... suara getar handphone nya berbunyi berkali kali. Dia tahu bahwa sudha pasti itu Jimin. Namun, satu hal yang dia tidak paham, mengapa? Pertanyaan itu semakin memenuhi otaknya. Dia berusaha mencari jawaban nalar yang bisa dia pakai untuk menenangkan dirinya sendiri. Namun jawaban itu tidak pernah muncul.  Kamu dimana Y/N?  Apa kamu baik baik saja? Kamu dimana? Aku jemput kamu... Y/N.. jawablah ... Kita perlu bicara Y/N angkat telponku ... Aku khawatir.. Dan masih banyak lagi pesan yang dikirim Jimin untukny. Belum lagi pesan suara yang dia kirim. Bahkan lebih dari 20x Jimin mencoba menelponnya. Tapi kalimat terakhir pesannya yang membuat Y/N semakin kalut dan menangis lagi.  Aku khawatir... "Mengapa kamu nulis seperti itu?" gumam Y/N. "Kamu sendiri yang mengatakan bahwa kita bukan siapa siapa. Kamu yang ingin aku tidak salah paham denganmu?" kata Y/N lagi. Setelah beberapa saat, Y/N mampu menenangkan dirinya sendiri. Dia mengusap air matany dan mencoba membelalakkan matanya agar sembab matanya tidak terlihat. Setelah memantapkan hatinya sendiri, di tengah dinginnya angin malam di Sungai Han itu, Y/N melangkahkan kakinya mencari taxi di jalan utama.  "Aku harus bisa baik baik saja" pikir Y/N di dalam taxi.  "Bukankah selama ini kami memang bukan siapa siapa?" Y/N seolah meyakinkan dirinya lagi.  Sesampainya di rumah, Yoona, Soohyun, dan Young Min menunggu Y/N di ruang tengah. Mereka terlihat khawatir, namun sesaat setelah melihat Y/N baik baik saja, mereka terlihat lega.  "Kamu dari mana Y/N?" tanya Young Min. "Jalan jalan cari udara segar. Kenapa? kalian merindukanku?" goda Y/N sambil berlalu masuk ke dalam kamar. "GILA  YA ....? Kita panik nyariin kamu. Kasih kabar napa?" teriak Yoona.  Y/N hanya berjalan mendekati Yoona sambil mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Sikap Y/N yang seperti inilah yang membuat teman serumahnya justru khawatir. Yoona merasa bersalah pada Y/N. Dia tahu bahwa adiknya sangat mencintai Y/N dan sikap Y/n seperti inilah yang membuatnya merasa bersalah.  Malam itu jam menunjukkan 01.15 dan Y/N masih belum bisa memejamkan matanya. Dia hanya berguling guling di kasurnya. Sesekali dia melihat handphonenya. Dia tahu bahwa Jimin masih berusaha menghubunginya. Terbersit niat untuk mengangkat telepon dari Jimin, namun perasaannya belum mampu untuk mengatakan pada Jimin bahwa dia baik baik saja. Akhirnya, Y/N memutuskan untuk menulis sebuah pesan untuk Jimin.  Aku baik baik saja Jim. Aku sudah di rumah... sekarang udah bersiap untuk tidur.  Besok aku harus ke kampus pagi.  Kamu juga istirahat ya, jangan terlalu malam, nanti sakit lho.  Oya, tadi udah makan belum? Jangan sampe telat maem lho... Nanti malah sakit aku juga yang repot kan? Sesaat Y/N menikmati tulisannya seperti biasanya ketika mereka saling memperhatikan. Tapi, bayangan Seulgi dan perlakuan Yoona pada Seulgi membuatnya galau lagi.  Ups maaf .. aku sok perhatian ya? Sekarang kan udah ada yang merhatiin kan? Selamat ya? Yoona bilang kalo kamu bakal jadian, so congratulation buat kalian.  Untuk beberapa saat, Y/N ragu untuk mengirimkan pesan itu. Namun, pada akhirnya dia mengirimkannya juga. Tak lama setelah itu, dia pun terlelap.  07.25 "Guys aku berangkat ya.. "teriak Y/N sambil berlalu membawa tas ranselnya.  Pagi ini dia memang terburu buru untuk segera pergi dari rumah. Dia tahu kalo Jimin pasti akan mendatangi rumahnya, meskipun dengan alasan untuk bertemu Yoona. Tapi, pagi ini dia enggan untuk masuk kelas. Dia memutuskan untuk berbelok ke arah perpustakaan di samping kampus jurusannya. Awalnya dia ingin sarapan terlebih dulu, tapi dia mengurungkan niatnya, dan memutuskan untuk membeli sandwich  di gerobak sarapan dekat kampusnya.  Jimin berdiri saat dia melihat Y/N dari jauh. Dia agak ragu ragu untuk mendatangi Y/N, tapi dia membulatkan tekadnya. Tidak demikian dengan Y/N. Dia begitu serius dengan sandwich dan buku yang dia baca, sampai sampai dia tidak menyadari kehadiran Jimin di pintu masuk perpustakaan. "Nabrak woy ..." goda Jimin sambil menghadang pintu ketika Y/N hampir menabrak pintu masuk perpustakaan.  "Hah... " Y/N kaget dan mundur beberapa langkah setelah dia mendengar suara Jimin. Dia berusaha berbalik dan meninggalkan Jimin, namun Jimin lebih cepat darinya. Dia berusaha menghadang jalan Y/N.  "Minggir lah ... " kata Y/N sedikit berteriak. "Woy .. napa Y/N ku marah?" canda Jimin sambil mencolek lengan Y/N. Y/N ku? Itukah yang ada di pikiranmu? Sejauh mana kamu bisa memanggilku Y/N mu? "Apaan sich?" Y/N marah dengan candaan Jimin.  "Oke oke .. gak dech. Tapi bilang dulu semalam kemana?" tanya Jimin.  "Aku ada urusan dengan teman lama." kata Y/N sambil tertunduk. Dia tidak mampu menatap mata Jimin, karena Jimin satu satunya orang yang tahu kapan Y/N berbohong.  "Mantanmu?" tanya Jimin agak marah. Sebenarnya dia sedikiti cemburu.  "Bu..bukan urusanmu Jim" kata Y/N sedikit membentak. Jimin tahu kalau Y/N berbohong padanya. tapi entah kenapa, ada perasaan marah ketika membayangkan seandainya saja Y/N memang berada di pelukan Jin, mantannya.  "Y/N .. aku gak ada hubungan apa apa dengan Seulgi. Dia itu hanya kawan masa kecilku. Dia udah seperti adik sendiri buat aku. Yoona juga tahu soal itu" Jimin mencoba menjelaskan semuanya pada Y/N. "Lha napa dijelasin ke aku?... kalo kamu punya pacar kan malah bagus tho?" kata Y/N seolah olah membohongi perasaannya sendiri.  "Y/N..." Jimin mencoba menambahkan. "Jim ... santai aja... gak ada apa apa antara kita, jadi seandainya kamu punya pacar pun, aku pikir Seulgi tidak akan keberatan dengan hubungan kita kan?" Y/N mencoba meyakinkan Jimin.  "Jadi ..." Jimin sempat ragu ragu. "Jadi.. kita baik baik saja oke?" tambah Y/N sambil menepuk bahu Jimin.  Tapi mengapa hati Jimin terasa begitu sakit dengan jawaban Y/N? Mengapa dia gak mau semuanya baik baik aja di antara mereka? Kenapa Jimin membutuhkan lebih?  Begitu juga dengan Y/N. Dia terlalu takut untuk berada di dekat Jimin saat itu. Dia akhirnya meninggalkan Jimin, karena Y/N tahu bahwa dia tidak akan tahan menanggung air mata yang akan segera mengalir.  "Jim ... we are okay, right?" tanya Y/N sambil tersenyum tipis.  Tanpa menunggu jawaban Jimin, Y/N berlari meninggalkan Jimin yang masih berdiri lemas. Entah kenapa, Jimin merasa seperti ada tamparan keras di pipinya. Selama ini dia baik baik saja dengan hubungannya dengan Y/N yang tanpa status. Saling memperhatikan, saling menyayangi meskipun tanpa mengungkapkan perasaan masing masing. Saling tergantung satu sama lain, saling memanfaatkan satu sama lain, seolah olah semuanya itu baik baik saja.  Semua tidak baik baik saja Y/N.. TIDAK Rasanya Jimin ingin berteriak dan mengejar Y/N, tapi kakinya tidak mampu melangkah.  Kekalutan pikirannya buyar ketika nama Yoona muncul di layar hape Jimin. "Noona..." jawab Jimin sambil menata perasaannya.  "Nanti siang mampirlah ke rumah ya.. ada yang ingin noona bicarakan denganmu" kata Yoona di seberang telepon. "Ya.." kata itu saja yang keluar dari mulut Jimin sambil menutup handphonenya. Siang harinya, Jimin sudah berada di ruang tengah rumah Y/N. Dia tidak bisa berkata  apa apa saat Yoona memulai percakapan mereka.  "Noona tahu kamu suka Y/N kan?" tanya Yoona. Jimin tidak menjawab. Matanya hanya menatap pintu kamar Y/N, pikirannya sedang mempermainkan perasaannya. Kata kata yang menamparnya tadi pagi masih terngiang di telinganya.  Kita baik baik saja koq  Tapi dia melihat ada genangan kecil air mata di ujung mata Y/N.  " Noona minta, kamu jangan melanjutkan perasaanmu. Y/N bukan cewek yang baik. Dia suka mempermainkan perasaan cowok. Noona takut dia akan menyakitimu. Lagipula, dia sudah punya pacar, Jim" Yoona mencoba meyakinkan Jimin.  Namun Jimin justru menunjukkan ekspresi tidak percaya. "Bagaimana noona bisa mengatakan hal itu tentang Y/N?" tanya Jimin tidak percaya. "Dia sahabat noona lho?" tanya Jimin heran.  "Noona tahu, tapi memang itulah kenyataannya. Noona sering mendengar Y/N telponan dengan seorang cowok kalo malam hari" Yoona mencoba mengecoh Jimin. "Ahh ...sudahlah noona..Jimin lebih tahu siapa Y/N" sanggah Jimin. Yoona tidak menyangka dengan reaksi Jimin. Dia tidak menyangka sebegitu besar kepercayaan dan cinta Jimin untuk Y/N. Dia tidak bisa berkata kata lagi dan hanya melihat Jimin pergi meninggalkan rumahnya.  "Waduuh lupa dech.. " kata Yoona tiba tiba sambil menepuk jidatnya sendiri.  "Aku tadi niatnya mau bilang kalau mama bakalan datang besok.. gimana nich? .. Aku kirim pesan saja lah" gumam Yoona. Jim.. besok mama mau datang ke Seoul. Jangan lupa jemput mama di bandara jam 10 pagi ya.  Beep .. beep .. pesan Yoona muncul di layar hape Jimin.  "Huh? mama mau datang? .. waah .. kesempatan baik nich. Aku bisa kenalin Y/N ke mama. Mama pasti suka sama Y/N." gumam Jimin sambil tersenyum puas. "Serius kamu mau pulang sekarang Y/N?" tanya Soohyun saat Y/N sudah mengemas tasnya sepulang dari perpustakaan. Jam menunjukkan pukul 16.30 dan Y/N tidak punya banyak waktu untuk berangkat ke stasiun.  "Iya Soohyun .. mama tadi telpon. Dia bilang kalo kangen sama aku. Perasaanku agak gak tenang, soalnya dia jarang sekali bilan kangen." jelas Y/N. "Tolong sampaikan pamitku ke Yoona dan Young Min ya" tambah Y/N sambil melangkah keluar rumah.  Setibanya di stasiun kereta, Y/N segera membeli tiket dan check in. Tak berapa lama kereta jurusan Busan yang akan ditumpangi Y/N masuk lintasan. Tanpa keraguan, Y/N memasuki kereta itu.  "Semoga kepergianku bisa membuat keadaan lebih tenang. Semoga aku bisa lebih tenang juga" gumam Y/N sambil memasang headphone.  Di kampus, Jimin mencoba mencari Y/N tapi dia tidak bisa menemukan Y/N.  "Aneh .. seharusnya hari ini dia ada kuliah sore" gumam Jimin sambil mencari sekeliling. "Eee.. kalian tahu dimana Y/N?" tanya Jimin pada sekelompok teman Y/N. Mereka hanya menggelengkan kepala.  Jimin mencoba menelpon Y/N, namun yang terdengar hanya suara operator. Jimin semakin kalut. Entah kenapa, sejak tadi pagi, pikirannya tidak tenang. Dia tidak bisa konsentrasi di kelas, dia selalu melirik jam dan handphone, berharap ada pesan dari Y/N. Tapi tetap saja tidak ada apa apa. Jimin juga bertemu dengan Young Min di hall kampus.  "Y/N pulang ke Busan. Katanya dia takut ada apa apa sama mamanya" Young Min menjelaskan. "Dia naik kereta jam 18.15" tambah Young Min. Jimin melirik jam tangannya, masih ada sisa waktu 45 menit.  Seandainya saja aku bisa ngebut ke stasiun, mungkin aku masih bisa mengejar Y/N. Hanya butuh waktu sekitar 35 menit saja.  Itulah yang dipikirkan Jimin, namun kenyataannya Jimin mengambil jalan yang salah. Akhirnya, dia terjebak di kemacetan. Dia mencoba jalan jalan yang lain, tapi justru membuatnya kehabisan banyak waktu.  Setibanya di stasiun, Jimin hanya bisa terduduk lemas di kursi ruang tunggu. Dia mencoba menelpon Y/N lagi, dan tetap tidak bisa terhubung. Entah sudah berapa banyak missed call  yang muncul di layar hape Y/N.  Kembali teringat tamparan keras di telinganya ... Kita baik baik saja koq......
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD