02. Rasi Arion Rajendra

1237 Words
"Kak Rasi!" Rasi berhenti melangkah dan berbalik menatap seorang perempuan yang memanggilnya barusan. Rasi menaikkan satu alisnya, menunggu perempuan itu melanjutkan kalimatnya. Rasi menghela napasnya saat perempuan yang ia tahu adalah juniornya yang bernama Sisil, tak kunjung bicara. "Ada apa?" tanya Rasi datar. Sisil menyerahkan sebuah kotak putih yang sejak tadi dipegangnya. "Untuk kak Rasi," ujarnya malu-malu. Rasi hanya melirik kotak putih berpita pink yang disodorkan padanya, tidak berniat mengambilnya. "Wess, apa nih?" Elzar tiba-tiba datang dan merebut kotak putih yang dipegang perempuan tadi dan langsung membukanya. "Asik, kue. Makasih loh, dek," ujar Elzar dengan senyum lebar. Dapat Rasi lihat raut sebal di wajah Sisil tapi dengan cepat dirubahnya dengan senyuman. "Ya udah aku pergi dulu, kak. Selamat dinikmati kuenya," pamit Sisil dan kemudian perempuan itu berlalu meninggalkan Elzar dan Rasi. "Lo tuh harusnya peka elah, ni capek-capek dia buat kue lo anggurin, bae," decak Elzar tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya. Rasi hanya mengedikkan bahunya cuek. "Dari pada lo nggak sopan!" tukasnya. Decakan Elzar pun terdengar. "Nggak sopan di mana nya, heh?" "Tiba-tiba datang terus ngambil kuenya," sahut Rasi. "Pamali nolak rezeki kali, ya udah gue ambil daripada dianggurin sama lo. Kan lumayan untuk ganjal perut," kekeh Elzar. Rasi hanya diam, tidak mempedulikan Elzar lagi dan terus berjalan menuju ruang Pak Anugrah, dosennya. Elzar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Rasi yang sangat cuek dan terkesan tidak peduli. *** Rasi, Elzar dan Dion kini sudah berada di parkiran kampus anak jurusan management bisnis. Kini jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, dan kelas Rasi hari ini sudah selesai. Yang Rasi ingin lakukan sekarang adalah pulang ke apartemennya dan istirahat. "Lo yakin nggak ikut kita-kita?" tanya Elzar pada Rasi. "Nggak, males." Rasi menjawab singkat. Elzar mendesah kecewa, karena Rasi yang sangat susah untuk di ajak main. Kerjaan Rasi tidak lepas dari kuliah, belajar, tidur, makan, dan bernapas. Sangat jarang Rasi menunjukkan batang hidungnya di tempat tongkrongan Elzar dan teman-temannya yang lain. "Ya udah deh, kita nggak bisa maksa. Hati-hati lo pulangnya," ujar Dion. Rasi mengangguk. "Gue balik." Cowok itu pun berlalu dan berjalan menuju mobilnya yang tak jauh dari tempat mereka berdiri barusan. Rasi pun melajukan mobilnya keluar dari pekarangan area kampus. "Gara-gara tuh orang sahabat gue jadi berubah, anjing banget dah!" maki Elzar. Dion hanya diam, ia juga menyalahkan orang yang membuat Rasi seperti itu. Terkutuklah dia! "Ya udah ayo, Zar. Mereka udah nunggu," ajak Dion. Elzar mengangguk dan berjalan ke mobilnya, begitu juga dengan Dion yang masuk ke kursi penumpang. Drrttt... Drrttt... Rasi melirik handphone nya yang di kursi sebelahnya. Mama is calling... Rasi menggeser icon hijau yang ada di layar hpnya. "Waalaikumsalam, ada apa, Ma?" tanya Rasi saat setelah sudah menjawab salam dari Mamanya. "Lusa kamu pulang ya, ikut Papa sama Mama ke rumah teman Papa," ujar Malika, Mama Rasi. "Malemnya Rasi mau ngejain tugas, Ma," tolak Rasi halus. Rasi sangat tidak suka acara seperti itu. Paling ia hanya hadir, duduk, makan, dan sesekali berbicara saat diajak bicara atau ditanyai. Membosankan, lebih baik ia mengerjakan skripsinya yang sudah di depan mata. "Yah kamu mah belajar terus, sesekali refresing, Si!" tegur Malika. Rasi menghela napasnya, ia menepi dari jalan dan menghentikan mobilnya. Refresing sih iya, tapi bertamu ke rumah orang apa bisa dibilang refresing? Menghela napas, akhirnya Rasi memutuskan untuk mengiyakan ajakan Mamanya. "Jam berapa acaranya?" tanya Rasi langsung. "Jam tujuh, jadi sekitar jam enam kamu udah harus di rumah," tukas Malika dengan antusias. Rasi hanya menganggukkan kepalanya walaupun ia yakin Sang Mama tidak melihat anggukan kepalanya. "Iya Ma, Rasi matiin dulu ya. Lagi di jalan." "Ya udah, hati-hati bawa mobilnya. Assalamualaikum," pesan Malika yang dibalas gumaman Rasi, "Waalaikumsalam." Rasi kembali melajukan mobilnya ke apartemennya, tidak butuh waktu yang lama. Sekitar sepuluh menit pun Rasi telah tiba di apartement, ia langsung menaruh semua bukunya di mejanya dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi. Sekitar tiga puluh menit kemudian Rasi keluar dari kamar mandi dengan wajah dan kondisi tubuh yang lebih segar karena habis berendam. Rasi membaringkan tubuhnya di ranjang king size miliknya, ia merasa tidak ada yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Rasi merasa hidupnya begitu-begitu saja, tidak ada yang berubah sejak tiga tahun yang lalu dan sekarang ia mulai terbiasa. Drrttt... Drrttt... Rasi melirik handphone nya yang berdering di atas meja belajarnya, tidak berminat mengambil benda mati yang terus bergetar sebanyak dua kali. Penasaran, akhirnya cowok itu pun mengambil ponselnya dan mengecek siapa yang meneleponnya. Papa. Drrttt... Satu pesan w******p muncul dan langsung dibuka oleh Rasi. Papa. Besok datang ke kantor, ada yang mau Papa bicarain sama kamu. Alis Rasi terangkat naik, tumben Papanya mengirim pesan menyuruhnya datang langsung ke kantor. Biasanya Papanya akan menyuruh dirinya pulang dan bicara di rumah, bukan ke kantor. Banyak pertanyaan yang berkeliaran di kepala Rasi. Menghembuskan napas kesal karena terlalu penasaran, Rasi pun membalas pesan Papanya seadanya. Rasi Arion. Iya, Pa. Rasi kembali meletakkan ponselnya di meja dan berbaring di ranjang empuknya, ia memilih tidur lebih awal agar nanti malam bisa bangun dan kembali mengerjakan beberapa tugas dari dosennya. *** "Selamat datang tuan muda, Pak Ryan sudah menunggu anda. Silakan masuk," ujar sekretaris Papa Rasi yang bernama Naila. Tanpa mengucap sepatah kata pun lagi, Rasi langsung melangkahkan kaki ke ruangan Ryan dan masuk. "Ada apa, Pa?" tanya Rasi langsung, bahkan ia masih berdiri tepat di depan meja Ryan. Ryan mendongak dan tersenyum kecil, anaknya selalu to the point. "Duduklah dulu, Rasi," titahnya. Rasi menurut dan duduk di kursi yang di depan meja kerja Ryan. "Mau minum apa?" tanya Ryan. "Nggak usah, langsung ke intinya aja, Pa," sahut Rasi tidak sabaran. "Mulai besok kamu udah bisa gantiin Papa di sini, jadi kamu besok harus masuk kantor," ujar Ryan menatap Rasi serius. "Tapi aku masih kuliah, Pa," protes Rasi raut wajahnya berubah dingin dan datar. "Tidak masalah, kamu tetap fokus pada kuliah kamu dan juga urusan perusahaan, kamu akan dibantu oleh Aldino, sepupumu." Ryan kembali bersuara. Rasi menghembuskan napas pelan, "Terserah, Papa. Aku pergi, ada kelas," sahutnya singkat. Ryan mengangguk kecil. "Belajar yang benar, Rasi," pesannya. Rasi berdeham lalu berjalan keluar ruangan Ryan. Cklek! Naila datang dengan membawa senampan berisi dua minuman yang disuruh Ryan tadi, langkah wanita itu berhenti saat melihat putra bosnya berjalan keluar melewati dirinya. Raut wajah anak bosnya itu terlihat sangat tidak bersahabat. 10 detik Naila terpaku di depan pintu ruangan Ryan akhirnya kesadaran wanita itu kembali saat dehaman bosnya menginterupsi. "Kamu bawa lagi teh nya, dia sudah pergi," titah Ryan tanpa menatap Naila. "B-baik, Pak," balas Naila. Wanita itu berbalik dan berjalan keluar, setibanya di luar ia menarik napasnya dan membuang napasnya kasar. Melihat raut wajah Rasi seperti itu sangat menyeramkan, Naila jadi hampir lupa bernapas tadi. "Kira-kira apa ya yang dibicarain Bos sampai raut wajah anaknya begitu? Tuan muda kan biasanya kalem," gumam Naila penasaran. "Harusnya kamu menguping biar tau," sahut seseorang membuat Naila terlonjak kaget. "Ya ampun, Fadlan, kau mengagetiku!" rutuk wanita itu kesal. Fadlan hanya terkekeh lalu bersedekap, pria itu memajukan tubuhnya mendekatkan wajahnya ke wajah Naila. "Kau tidak boleh terlalu penasaran dengan Pak Ryan dan Rasi, atau nanti kau akan mendapat surat pemecatan dari Pak Ryan," ujar Fadlan dengan lirih. Naila memundurkan wajahnya, pipinya terasa memanas kala wajah Fadlan yang sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan hembusan napas pria itu sampai menyapu wajahnya! "Aku tau." Setelah mengucapkan dua kata itu Naila langsung pergi dari hadapan Fadlan, tidak mengindahkan panggilan pria itu yang terus memanggil dirinya. *** hai! jangan lupa tap love ya ♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD