Chapter 3 : Noda Merah

809 Words
    07.00am     Sheila terbangun dari tidurnya. Perlahan ia membuka matanya sambil menyesuakan dengan cahaya yang ada. Ia merasakan ada sebuah benda yang menghangatkan menutupi tubuhnya. Selimut itu menutupi tubuhnya. 'Kenapa tiba - tiba ada selimut? Perasaan semalam aku tak memakainya' batin Sheila. Kreeekkk Suara  pintu kamar mandi terbuka. Dan keluarlah sosok Denis yang memakai kaos putih polos dan celana panjang.     Flashback on     Pukul 23.12  Denis belum tertidur. Sedangkan Sheila, ia sudah tidur sedari tadi setelah selesai memainkan ponselnya dan menghabiskan kopinya.     Denis melihat Sheila yang terus memegangi kedua lengannya, dan meringkuk seperti orang kedinginan. Melihat ia tidur tidak tenang, Denis langsung berusaha mencari sebuah selimut atau semacamnya.     Namun Denis hanaya menemukan sebuah selimut cadangan untuk Abi. Ia langsung mengambilnya dan menyelimuti Sheila.     Sheila mulai tidur tanpa ada gerakan. Ia begitu sangat pulas.     Setelah Denis menghabiskan kopinya, ia langsung merebahkan diri di shofa satunya untuk beristirahat.     23.40       Bismika Allahumma Ahya Wabismika Amut     Denis  mulai memejamkan mataku, dan suasana pun menjadi gelap.     Flashback off     Denis adalah suami dari almarhumah Prinza, yaitu kakak Sheila yang meninggal ketika melahirkan anak pertamanya sekitar dua tahun yang lalu. Dan sejak dua tahun itu, Denis masih menduda dengan anak satu     Ayah Sheila adalah salah satu karyawan di kantor Denis. Dulu, saat ayah Sheila pertama bekerja yang menjadi CEO di perusahaan Semesta Corp adalah ayah Denis. Namun Denis harus segera menggantika posisi ayahnya yang dibilang cukup muda karena Ayahnya meninggal akibat kecelakaan pesawat.     Denis tak mengurus perusahaannya sendiri, masih ada Kakeknya yang biasa di panggil 'Eyang.' yang membimbing Denis mengelola perusahaan itu.     Sheila sekarang sudah berada di posisi duduk.     Ia melirik jam di ponselnya. Matanya kini membulat penuh setelah melihat jam.     "Astagfirullah!  Aku telat sholat subuh!." gerutu Sheila. Lalu ia berjalan menuju kamar mandi.  Tak sengaja, Denis melihat bercak merah dibagian p****t Sheila. Denis ingin memberitahunya, tapi ia ragu - ragu.     'Apakah dia tidak merasakannya?' batin Denis.     Dengan penuh keberanian Denis memutuskan untuk mengatakannya kepada Sheila.     "Shei, sepertinya kau bocor," ucap Denis.     Sheila berhenti melangkah dan menyerngit mendengar perkataan Denis, ia bingung apa yang di maksud Denis itu.     "Bocor? Tapi disini tidak hujan kak." ucap Sheila bingung.     "Maksudku apa kau sedang datang bulan?" tanya Denis memperjelas.     Sheila mulai paham apa yang sedang di maksud Denis. Dan Sheila langsung melihat ke are belakang, dan ya banyak sekali darah yang sudah menembus dari pakaiannya.     "Astagfirullahal'adzim." pekik Sheila.     Saat ini yang sedang dirasakan Sheila adalah malu sekaligus bingung. Malu karena Denis telah melihatnya, dan bingung bagaimana ia harus membeli pembalut sedangkan Sheila tidak membawa baju ganti.     "Ya Allah kenapa aku bisa sampai lupa?" rengek Sheila.     Denis hanya mendengarkan Sheila menggerutu.     "Kak Denis apa aku boleh minta tolong?" tanya Sheila ragu.     "Apa?" jawab Denis.     "Kakak bisa belikan aku pembalut? Soalnya aku tak bisa keluar dengan pakaian seperti ini." ucap Sheila dan Denis masih terdiam.     "Ka-kalo Kak Denis nggak mau gapapa kok kak." tambah Sheila.     "Tunggu disini." ucap Deni kemudian beranjak pergi dari ruang rawat Ayah Sheila.     Denis berjalan menuju sebuah super market yang tak jauh dari rumah sakit.     Ia mulai memasuki super market tersebut dan mencari barang yang akan ia beli itu.     Denis bangun lantaran harus mencarinya dibagian mana.     Baru kali ini Denis membeli pembalut. Karena saat Almh. Prinza hidup, ia tak pernah menyuruh Denis membeli benda semacam itu.     Karena Denis bingung, akhirnya ia memutuskan untuk langsung pergi ke kasir untuk bertanya.     "Mas cari apa?." tanya pegawai kasir itu ramah. Denis memang pantas di panggil mas, ya karena ia sekarang sedang memakai kemeja dengan lengan di tekuk, serta celana panjang yang membuat Denis seperti anak remaja. Walau kenyataanya itu dulu, karena sekarang Denis sudah berstatus ayah. Atau lebih tepatnya lagi Duda Anak Satu.     "Pembalut." jawab Denis.     "Pasti buat istrinya ya mas?." tebak pelayan itu.     "Iya" jawab Denis, supaya cepat  dan kasir itu tak bolak balik tanya.     "Ooh. Mau yang sayap atau tidak?." tanya pegawai kasir itu yang membuat Denis bingung.     'Tahun 2020, pembalut ada sayapnya. Mungkin tahun depan akan dijual pembalut berekor' gumam Denis.     Bagaimana Mas?."     "Em dua - duanya aja langsung dibungkus." ucap Denis meyakinkan dirinya yang sedang bingung.     Kemudian kasir itu memberikan bungkusan belanjaan Denis. Denis lalu menerima nya dan langsung membayarnya.     Beruntung keadaan masih pagi, jadi di super market tadi tidak ramai, dan Denis tidak mendapatkan tatapan aneh dari orang - orang yang dilaluinya.     Denis kembali ke rumah sakit dan masuk ke dalam ruang rawat ayah Sheila.     "Assalamu'alaikum." ucap Denis sambil membuka pintu.     "Wa'alaikumsalam." jawab Sheila.     "Ini." ucap Denis kepada Sheila sambil memberikan bungkusan yang di beli Denis.     "Makasih kak." balas Sheila menerima bungkusan tersebut.     "Sheila tinggal sebentar ya kak?." ucap Sheila dan dibalas anggukan oleh Denis.     Denis kemudian merogoh benda pipih di sakunya.      Ia menekan beberapa angka disana kemudian menyejajarkan benda pipih itu di antara telinga dan telapak tangannya.     "...... "     "Wa'alaikumsalam"     "......."             "Saya hari ini tidak masuk kantor. Kalo ada berkas penting yang harus di tanda tangani langsung saja di kirim ke rumah"     "......"     Tuutt tuuutt Sheila sudah kembali dari kamar mandi.     "Kak, Sheila mau pulang dulu. Kakak bisa nungguin Abi sebentar?" ucap Sheila.     "Dengan pakaian seperti itu?" ucap Denis dingin.     Sheila hanya terdiam tak menjawab. Benar juga apa yang dikatakan Denis. Apa ia akan pergi seperti ini?      "Pakai jaketku yang ada di meja," ucap Denis sambil menunjuk ke arah meja yang dimaksud.     "Makasih kak." ucap Sheila.     "Iya." jawab Denis dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD