02

901 Words
Mungkin Arimbi tidak pernah ada hubungannya dengan kehidupan Kaina. Tapi sangat jelas jika Kai ingin mengetahui sesuatu. "Yang kemarin jemput, Mbak..." "Saudaraku. Namanya Arjuna," jawab Arimbi dengan lembut. Arimbi tidak bodoh, dan juga bukan tipikal yang bisa memperlihatkan karakter aslinya. "Kamu tertarik sama dia?" tanya Arimbi sengaja menebak sekaligus bentuk pertanyaan jebakan. "Hah?!" Kai bukan tertarik pada Arjuna dalam artian sebagai lawan jenis, sama sekali bukan, karena Kai sudah memiliki kekasih yang Kai tunggu kedatangannya. "Kok, Mbak Ari dapet pikiran kayak gitu?" Arimbi mengangkat cangkir berisi teh hangatnya, meski sejujurnya teh tersebut tidak memiliki relasi yang mampu menenangkan bagi kecemasan Arimbi saat ini. "Karena dari tadi kamu kayaknya tertarik membahas laki-laki yang jemput aku—Arjuna. Apa aku salah kalo nanya gitu, Kai?" Kaina menggeleng cepat, dan banyak yang harus Kai jelaskan dengan benar pada Arimbi. "Pasti ada alasan lain kalo bukan itu. Iya, kan, Kai?" Arimbi masih melanjutkan untuk memojokkan Kai, agar Kai membuka mulutnya. "Ehm, sebenernya, Mbak Ari... saya penasaran sama saudara, Mbak Ari karena satu hal." "Apa?" tanya Arimbi cepat. "Mas Arjuna... bukan dari keluarga Parvenandra, kan?" Arimbi tersentak, karena jarang sekali yang tahu mengenai keberadaan keluarga Parvena. Dan Kai, gadis itu, sudah membuat Arimbi terperangah. "Kamu tau dari mana, Kai, mengenai keluarga Parvenandra?" Pelan-pelan, Kaina yang agak lugu mulai membagi kisah Sera. Bagaimana Kai sungguh ingin mempertemukan Sera dengan anaknya, yang selama ini ditunggu oleh wanita itu. "Kai... Mbak mohon, jangan kasih tau siapa pun tentang semua ini. Oke? Mbak akan bantu kamu, tapi nggak sekarang. Keluarga Parvenandra bukan sembarangan, Kai. Terlebih, yang kamu ketahui keberadaan dirinya itu... putra mahkotanya Parvenandra. Jangan bilang sama siapa pun tentang yang kamu tau ini, ya?" Tentu saja Kai langsung mengangguk. Karena Kai sama sekali tidak mengerti apa yang menjadi alasan harus menyebarkan apa yang ia ketahui dari Sera. Juga, untuk apa dia harus repot-repot mempermasalahkan putra mahkotanya Parvenandra itu. "Iya, Mbak Ari. Tapi... janji, kan? Pokoknya Bu Sera harus ketemu sama Mas Arjuna," ucap Kai mengharapkan untuk diyakinkan. "Nggak masalah. Mbak akan usahain," balas Arimbi. Meski sejujurnya dirinya bingung harus bagaimana. Karena Kaina sudah terlanjur banyak tahu mengenai asal usul Arjuna. Arimbi berpikir sejenak, mencari kebenaran dalam dirinya sendiri. Karena Arimbi sendiri membutuhkan pegangan, dia sudah berjanji tidak akan terlalu mengurusi masalah keluarga Parvenandra, apa lagi Arimbi sudah mendapatkan kebebasannya dengan melintang pada jalur yang berbeda. "Sebelum Mbak nganterin kamu pulang, bisa kamu kasih tau dimana tempat tinggal Ibu Sera?" "Ya, boleh." * Kai memang menepati ucapannya, Kai menunjukkan dimana letak rumah Sera. Meski Kai tidak mengerti untuk apa Arimbi hanya memandangi rumah itu untuk sesaat. Setelah itu pun, Arimbi mengantarkan Kai kembali ke rumahnya. Dan lagi-lagi, Arimbi bingung dengan keberadaan mobil dengan plat nomor yang sangat dia kenali. Arimbi kembali dalam alam sadarnya, akibat mendengar suara napas Kai yang dihembuskan secara kasar. "Ada tamu di rumah kamu, Kai?" Kai menggeleng, wajahnya menampakkan ketidaksukaan yang tercetak jelas. "Bukan tamu, tapi peliharaan Mama." Kai sendiri merasa tidak canggung untuk bercerita pada Arimbi, karena atasannya itu sangat baik. "Peliharaan?" Dengan memberikan senyuman pada Arimbi, Kai menyiratkan agar Arimbi tidak membahasnya lebih lanjut. "Makasih, Mbak. Jangan terlalu mikirin aku, lho. Hehe." Rasanya, Kai benar-benar nyaman pada Arimbi. Sebab Arimbi dianggap selayaknya kakak perempuan yang tidak pernah Kai miliki. Sikap kekanakan Kai keluar begitu saja jika bersama Arimbi. "Kamu, nih! Yaudah, saya pulang, ya, Kai." Setelah itu, mobil Arimbi tidak nampak lagi. Langkah gontai Kai semakin menjadi. Beberapa hari belakangan, kekasih ibunya itu sangat sering datang ke rumah. Dan Kai terlalu malas mengurus apa yang ibunya dan lelaki itu lakukan. "Sudah pulang?" Kaina tersentak kaget saat melihat tubuh tegap berhadapan dengannya langsung setelah pintu terbuka. Tiba-tiba saja kepala Kaina pusing menghirup aroma tubuh lelaki tersebut, akibat jarak keduanya yang sangat dekat. Wajah Kaina bahkan harus mendongak, agar mampu melihat wajah si lelaki. "Kenapa pertanyaan saya nggak kamu jawab?" Ekspresi Kaina langsung berubah menjadi ketus dan dingin. "Anda tau kalau saya sudah ada di rumah, untuk apa saya menjawab lagi? Pertanyaan konyol!" Kaina baru saja berniat meninggalkan si lelaki, tapi tidak jadi karena lelaki tersebut langsung menarik pergelangan tangan Kai, dan sengaja menubrukkan tubuh Kai pada tubuhnya. "Apa-apaan Anda?!" pekik Kai yang meronta dalam rengkuhan lelaki itu. "Saya punya nama, manis. Nama saya Abi... biasakan panggil saya MAS ABI...," desis Abi seraya mulai membelai pipi Kai. "Lepas, b******k!" Kai menyentak tangan Abi, dan terus meronta. "Lepasin atau saya teriak?!" Bukannya takut, Abi malah sengaja tersenyum miring pada Kai. "Lakukan apa yang mau kamu lakukan, karena sebelum itu terjadi, saya yang akan membungkam kamu terlebih dulu, manis...." Emosi Kai memuncak, dia sudah mengambil ancang-ancang berteriak. "Tolo- hmmpt..." Tanpa persiapan apa pun, Kaina terkejut luar biasa atas apa yang Abi lakukan. Mulut Kai yang sudah terbuka karena sebelumnya berteriak, menjadi bom atom bagi diri Kai. Abi langsung melesakkan lidahnya, mengapit bibir ranum Kai dengan bibirnya. Abi tidak berhenti sampai disana, meski Kai masih saja berusaha mendorong tubuh Abi, maka Abi semakin mendorong hasratnya memiliki Kaina. Tangisan Kai tidak mampu dibendung lagi, karena saat itu juga seluruh harga dirinya hancur. "Diamlah, manis. Malam ini kamu akan merasakan apa itu kenikmatan. Belajar lah menurut dan menghargai..." Suara parau Abi menjadi-jadi. "Ini hukuman buat kamu, karena terlalu berani memberontak!" desis Abi dengan kabut gairah dimatanya. Abi merobek kemeja milik Kai, lalu melepas keseluruhan bagian pelapis yang melekat di tubuh Kai. Tangisan Kai tidak membantu sama sekali, karena menangis sekeras apa pun... mahkotanya akan tetap direnggut oleh laki-laki yang berstatus kekasih ibunya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD