bc

KEKASIH IMPIAN

book_age18+
40
FOLLOW
1K
READ
possessive
billionairess
drama
sweet
bxg
campus
first love
addiction
naive
passionate
like
intro-logo
Blurb

‘Kita bertemu, kita jatuh jatuh cinta, kita bahagia dan kita…’

Untuk pertama kalinya, Mikaela mengikuti teman –temannya untuk merayakan party natal di sebuah bar di Boston. Ia ingin hidup menyesuaikan diri dengan yang lainnya dengan berpesta dan minum –minum. Tanpa disadari, dia mabuk sehingga kehilangan kesadarannya.

Paginya, saat Mikaela membuka matanya, ia melihat seorang pria yang berdiri sambil menatapnya tajam. Mikaela memerhatikan sekitar dan tunggu! Dia tidak berada di kamar apartemennya. Mungkin ini di sebuah hotel! Pria itu mengenalkan dirinya sebagai Ares Pratama. Pertemuan yang canggung di antara mereka membuat Mikaela merasa ini hanyalah pertemuan sekilas dan takkan berulang. Tapi bagaimana jika kemudian dia melihat Ares ternyata ada di kampusnya, Harvard University? Bagaimana Mikaela menanggapinya? Menyapa atau pura –pura gak kenal? Apakah tidak akan ada pertemuan selanjutnya atau malah lebih dari itu?

YUK KEPOIN KISAH BARU DENGAN PEMERAN YANG SAMA. HANYA INGIN MEMBUAT VERSI BARU JIKA MIKAELA PERTAMA KALI BERTEMU DENGAN ARES. BAGAIMANA JADINYA??

chap-preview
Free preview
The Party
Note : Sebelum baca, mohon ingat! Cerita kali ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan 3 series sebelumnya. Bisa dibilang ini kisah baru dari tokoh yang sama juga latar yang sama. Kenapa mesti sama? Karena author sayang mereka dan gak mau pisah sama sekali. Terima kasih~~ . . . Fakultas Bisnis, Harvard University “Cassie, apa kamu mau ikut sama kita buat pesta natal?” tanya Carol dengan penuh semangat. “Ma –maksudnya kebaktian di Gereja?” Gadis yang dipanggil Cassie itu bertanya balik dengan nada bingung. Bukan masalah apa –apa, tapi Carol bukan orang yang religius sehingga mengajaknya ibadah. “Bukan pesta itu namanya! Pesta yang dimaksud adalah party di bar!” Carol semangat sekali menggumamkannya. Mikaela mengerjapkan matanya berkali –kali karena baru ini dia mendengar perayaan bisa dijadikan pesta di sini. Sungguh berbeda dengan culture di Indonesia. “Oh, aku paham sih! Di Indonesia memang gak begitu! Tapi karena Mommy aku berasal dari sini, itu udah jadi biasa buat aku.” Carol menjelaskan lagi. “Siapa saja yang ikut?” tanya Cassie ingin tahu. “Ada Kyle, Jasmine dan Freya! Jadi kalau kamu ikut, lima deh! Udah ramai kan?” jawab Carol dengan penuh semangat. Cassie terdiam sebentar dan tak lama dia pun menganggukkan kepalanya. “Baiklah! Kapan pestanya?” Cassie setuju ikut dengan mereka. Cassie atau nama lengkapnya Mikaela Cassandra Djuanda. Di Indonesia, dia sering disapa Mikaela atau Kaela, tapi karena di kelasnya ada yang bernama Michael dan Kyle, akhirnya dia memutuskan dipanggil dengan nama belakangnya. Bukan masalah buatnya! Usianya baru delapan belas tahun dan saat ini dia kuliah di fakultas bisnis di salah satu Universitas terbaik di dunia, Harvard University. Mikaela adalah gadis yang pintar tapi dia masuk ke sini dengan jalur mandiri bukan beasiswa. Otak dan kantong keluarganya cukup mampu. Ayahnya adalah Komisaris Jenderal Kepolisian yang juga mengelola bisnis keluarga milik mereka yang sudah sangat berkembang di Indonesia. Dia punya seorang kakak yang juga membantu pekerjaan ayahnya. Jadi, Mikaela bisa melakukan apa pun yang dia mau soal memilih pendidikannya. Baik, kembali pada pesta natal yang tadi diajak oleh Carol. Ini adalah pertama kali dia mengikuti pesta yang seperti itu. Saat di Indonesia, dia sudah diingatkan untuk tidak terjerumus pergaulan buruk. Baru satu semester dia jalani dan segalanya baik –baik saja. “Carol dan yang lainnya anak baik kok! Mereka tidak menggunakan narkoba atau nikotin!” Mikaela bergumam merasa ajakan itu sama sekali tidak masalah untuknya. “Cassie! Kamu sibuk gak malam ini? Aku mau bertanya soal materi Mr. Parker tadi. Sebentar lagi libur dan tugasnya mesti diselesaikan!” ujar Alya yang adalah teman se –angkatannya. “Malam ini? Aku mau pergi sama Carol dan yang lain untuk party.” Mikaela menjawab Alya. “Eh, hati –hati loh! Kalau party begitu nanti kamu bisa terjerumus.” Alya sedikit mengingatkan. “Haha! Iya, tahu loh! Kamu tahu kan? Aku pernah membalik seseorang yang macam –macam padaku? Ada juga pria yang melecehkan kamu karena berhijab, aku hajar kan? Tenang saja!” Mikaela terdengar santai sekali karena dia bisa bela diri dan merasa tidak akan ada yang bisa macam –macam padanya. “Iya, sih! Semoga baik –baik saja deh! Tapi besok bantu aku ya? Please!” pinta Alya kembali soal pelajaran kuliah. “Baik! Aman kalau soal itu! Aku balik dulu ya?” Mikaela dan Alya pisah jalan. Mikaela langsung kembali ke apartemennya yang sangat dekat dengan kampusnya di Harvard St. Gadis cantik berambut kecoklatan pendek itu pun dengan cepat masuk ke apartemennya yang cukup besar, lalu dengan cepat mencari baju cocok yang cocok dengan tema party malam ini. Mikaela ingin punya lebih banyak teman dan akrab dengan semua temannya di kampus. “Aku tidak mau seperti saat SMA lagi! Aku ingin punya teman –teman sehingga hariku akan menyenangkan di sini! Astaga! Dua jam lagi!” Mikaela baru tersadar. Pulang dari kampus sudah cukup sore dan harus party jam tujuh malam dengan yang lainnya. Mereka akan bertemu di Yvonne’s bar di Boston. Tidak terlalu jauh dari sini. Hanya lima belas menitan dari apartemen Mikaela. Tapi memang sih, Mikaela berusaha sekeras mungkin untuk berpenampilan cantik seperti teman –temannya yang feminim dan pandai bergaya. Setelah satu jam, dia selesai. Tapi tiba –tiba ponselnya berbunyi. “Kak Anye?” gumamnya sambil tersenyum dan mengangkat panggilan kakak iparnya yang baik itu. “Halo, Kaela? Bagaimana kabarmu? Kamu tahu? Ini pagi yang indah!” ujar Anye dari sana. “Iya, Kak! Kalau di sini masih malam sih,” balas Mikaela kepada kakaknya di Indonesia yang beda dua belas jam. “Kamu di sana baik –baik kan? Mau dikirimin kado apa sama aku?” tanya Anye. “Baik kok! Kalau kadonya keponakan lagi, boleh?” iseng Mikaela memberi jawaban. “Wah! Wah! Putraku masih kecil! Maaf ya, Kami belum bisa ke sana karena kamu tahulah kakakmu itu selalu sibuk. Apalagi Papa juga! Kamu gak apa kan?” Anye meminta maaf karena tak bisa ajak Mikaela berkumpul dengan yang lainnya. “Bukan masalah, Kak. Kalian hubungi setiap hari begini juga sudah lebih dari cukup. Kaela paham kalian semua sibuk. Makasih sudah luangkan waktu untuk ingat Kaela setiap hari,” balas Mikaela. “Ya, ampun! Kamu kuat banget! Semangat ya, adik perempuanku yang cantik! Ingat, jauhi pesta –pesta liar dan jadilah anak yang baik!” Anye mengingatkan lalu sambungan telpon terputus. Mikaela mengerjap beberapa kali karena teringat dia akan segera berpesta. “Tidak, ini bukan pesta liar! Hanya untuk menyambut hari raya yang tinggal seminggu lagi, itu saja!” gumam Mikaela merasa kalau ini sama sekali bukan sesuatu yang buruk. Dia tidak terpikir sebenarnya! *** Yvonne’s Bar VVIP Room “Kau masih muda tapi kemampuan berbisnismu luar biasa! Pantas saja, Harold sangat percaya padamu, Ares!” ujar Kylos Braun kepada pria muda di hadapannya. Usianya baru sembilan belas tahun, tapi sudah berani menghadap salah satu pengusaha saham terkenal di Boston untuk mengajukan investasi. Ares Pratama, keponakan dari pengusaha property di Boston. Sedang dalam masa kuliah tapi juga bekerja melakukan bisnis pamannya. Dia kuliah hanya untuk mengejar gelar sarjana. Harusnya, dia bisa mendapatkan itu dengan membeli saja, tapi Ares tidak mau yang seperti itu! Karena dia ingin semua nilai yang dia dapat di Ijazah kuliahnya adalah asli dari kemampuannya. Dan Ares yakin dengan kemampuannya, jadinya dia tetap kuliah. “Terima kasih atas pujiannya, Mr. Braun!” Ares menundukkan kepalanya penuh hormat. “Yang sepertimu harusnya kuliah di Harvard atau Stanford. Kenapa malah di Boston, hm?”tanya Kylos. “Saya pindahan dari Stanford. Saya kembali ke sini untuk membantu bisnis Paman saya. Tapi tidak peduli lulusan mana, yang penting adalah hasilnya. Banyak juga pengusaha kelas atas tidak selalu lulusan universitas ternama di dunia!” Ares menjelaskan alasannya. Harusnya, dia berada di California saat ini. Saat lulus sekolah menengah atas, Ares mendapat beasiswa ke Stanford dengan mudahnya. Tapi baru beberapa bulan, dia ditarik lagi ke Boston dengan alasan kalau bisnis sedang sibuk dan butuh bantuannya. Ares tidak bisa menentang perintah pamannya dan menurut saja. Dari kecil, Pamannya tidak suka ditentang ataupun dilawan. “Kau benar! Kalau begitu, minumlah bersama dengan kami. Atau bersenang –senanglah anak muda! Anggap saja ini sebagai perayaan bisnis yang sudah aku setujui!” ujar Kylos lalu beberapa wanita duduk di sebelahnya. Dia juga menyewakan khusus untuk Ares juga. Tapi kelihatannya, pria muda itu hanya diam saja dan kelihatan tidak tertarik dengan wanita cantik dan sexy itu. ‘Harold tidak akan membiarkan anak ini mengepakkan sayapnya dan ingin terus menjadikannya b***k. Kasihan sekali!’ Kylos sedikit bersimpati dalam hatinya kepada Ares. *** Regular Room “Cassie! Ya ampun, kamu keren sekali!” sambut Kyle yang sudah duduk dengan yang lainnya. Mikaela duduk bersama mereka sambil melepas jaket yang dia kenakan. Kini dia tinggal mengenakan baju crop top dengan cardigan panjang selutut juga celana panjang yang senada dengan bajunya. Jasmine menuangkan segelas champagne kepadanya. “Nah, setelah minum beberapa gelas, kita bisa menari!” ujar Jasmine hanya dibalas anggukan oleh Mikaela. Suara kebisingan dan suasana yang liar membuat Mikaela sedikit tidak nyaman. Ada pohon natal di sini, tapi suasananya sangat tidak seperti seharusnya. ‘Inilah culture, Kaela! Jangan kaku!’ Mikaela mengingatkan dirinya sendiri. Dia pun meneguk champagne yang diberi Jasmine lalu bersulang berulang kali dengan yang lainnya. “Freya Baby!” panggil seorang pria kepada temannya. “Oh, Jammie! Ayo, kita menari lalu kita eumph!” Freya menyambut Jammie dan mereka berciuman liar di depan yang lain. Mikaela terbelalak dengan pemandangan itu! Tapi yang lainnya hanya bersemangat. Mikaela mengepalkan tangannya merasa semakin waktu berlalu, makin dia tidak cocok dengan keadaan di sini. ‘Kaela, di sini kan memang begitu! Kau juga sering nonton film dan keadaannya persis kan? Kenapa sekarang kau terkejut?’ Mikaela mencoba menenangkan pikirannya supaya tidak terlihat aneh di sini. “Cassie, ayo minum lagi dan kita menari!” ajak Carol lalu menuangkan segelas minuman lagi untuk mereka teguk bersama. Setelah itu, Carol mengajaknya ke lantai dansa, tapi pandangan Mikaela mulai buram. ‘Aku tidak pernah minum sebelumnya! Berapa gelas aku minum tadi? Dua atau tiga?’ Mikaela khawatir dengan keadaannya sendiri. Dengan pandangan berbayang –bayang dia melihat teman –temannya yang sangat kegirangan di pesta ini. Ia bahkan tidak bisa bergerak dengan baik di lantai dansa ini. Sungguh terlihat seperti cupu! Di ruang VVIP “Mr. Braun, saya rasa kita sudah selesai dan anda bisa rayakan dengan yang lainnya! Terima kasih atas jamuan makanan dan minumannya.” Ares memilih menghindar karena saat ini kliennya malah mengadakan acara streaptease dengan para teman –temannya. “Ah, baiklah! Kasihan kamu masih muda dan belum terbiasa. Titip salamku pada Harold ya!” Mr. Kylos mengizinkan Ares keluar karena dia sedang seru dengan wanita bayarannya. Ares berdiri lalu menundukkan kepalanya sekali lagi dan keluar. Setelah keluar, dia menghela napasnya lega. ‘Aku benci berbisnis di tempat seperti ini!’ batin Ares kesal karena tingkah Mr. Braun yang sangat suka main perempuan dan tak segan melakukannya di depan orang lain. Itu menjijikkan bagi Ares. Jadi, sekarang dia keluar dan harus turun ke bawah melewati lantai dansa dulu. Oh, Ares jadi menyesal karena harusnya dia langsung ke basement saja! Tapi mau bagaimana lagi? Dia mesti melewati kebisingan ini! Maka, dia menulikan pendengarannya dengan pesta liar para muda –mudi di sini. Sebenarnay dia juga muda, tapi sayangnya dia merasa tak punya waktu melakukan hal yang dirasanya tak berguna seperti ini. “Mereka semua terlihat seperti sam-“ Perkataannya seketika terhenti ketika melihat seorang wanita berambut pendek sebahu dengan busana crop top hitam dan cardigan juga celana panjang. Rambutnya kecoklatan dan parasnya berbeda dengan yang lainnya. Bukan asli orang di sini! Itulah yang terbesit di pikiran Ares. Gadis yang berhasil mengalihkan perhatiannya. Dia yang berusaha menari bersama teman –temannya, tapi gerakannya sangat kaku. Bagi Ares, itu sangat lucu dan unik! Tanpa sadar, Ares melangkah ke lantai dansa. Tapi baru tiga langkah, dia berhenti. “Tunggu! Apa yang terjadi padaku?” katanya tidak percaya apa yang dia lakukan. Maka, dia menggelengkan kepalanya dan berbalik. Ia harus pulang dan istirahat. Tapi- “Hei tunggu!” Seseorang menahan coat hitam panjangnya. “Kau?” Ares terkejut siapa yang menahannya. Gadis itu! Ya benar! Gadis yang sempat dia kagumi. “Hei, apa kau tahu di mana kamar mandi? Aku mual sekali dan teman –temanku sedang seru seka- HUEKKK!!” Gadis itu tanpa sengaja memuntahkan coat hitam yang dikenakan oleh Ares. Pria itu jelas terkejut! Ingin sekali marah, tapi keadaannya sedang tidak cocok. Kelihatannya, wanita ini tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. “Hei, apa kau baik –baik saja?” tanya Ares. “Iya tapi aku mu-HUEKK!!” Gadis itu makin menambah saja muntahnya sehingga Ares membuka coat –nya yang kotor. ‘Sial! Apa coat –ku terlihat seperti kantong muntah? Ini musim dingin dan aku tidak punya luaran lagi!’ kesal Ares. “Aku… pusing!” gumam gadis itu dan tiba –tiba limbung. Nyaris saja terjatuh ke lantai dansa, Ares menahannya. ‘Apa yang harus aku lakukan sekarang? Siapa pula teman –temannya? Kalau aku biarkan, dia akan baik –baik saja kah?’ Ares bingung sendiri dalam hatinya. Dia harus membuat keputusan untuk membereskan gadis yang pingsan karena mabuk ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook