bc

PERNIKAHAN WASIAT

book_age18+
209
FOLLOW
1.3K
READ
family
HE
love after marriage
blue collar
drama
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Istriku sangat shock saat dia tahu aku lebih dulu menikah siri dengan istri kakakku sesuai wasiatnya sebelum tiada. Kupikir dia akan menerima takdir ini dengan lapang d**a, tapi ternyata dia justru menggugat cerai.

chap-preview
Free preview
[1] Perempuan Hamil
Saat Istriku Tahu, Aku Menikahi Istri Kakakku Sesuai Wasiatnya Sebelum Tiada BAB 1 "Sayang, aku pulang agak telat ya? Ada hal yang harus kuselesaikan terlebih dahulu," ucap Mas Arga-- suamiku. Seperti biasa, tiap kali keluar kota, Mas Arga tak pernah telat memberiku kabar meski tanpa kuminta. Keterbukaannya itu membuat tingkat kepercayaanku padanya di atas rata-rata. "Iya, Mas. Hati-hati di sana. Jaga mata dan hati ya?" ucapku seketika. Aku sendiri tak paham mengapa membalas ucapannya dengan kalimat seperti itu. Refleks saja. Mas Arga tertawa kecil lalu menggodaku. Seperti biasa dia memang pandai mengambil hatiku. "Mas, bumil ngidam mangga muda nih!" Suara yang cukup familiar di telinga membuatku terdiam seketika. Tak lama setelahnya semua kembali hening seperti semula. "Siapa yang hamil, Mas?" tanyaku tiba-tiba. Kupikir Mas Arga akan gugup atau kebingungan memberikan jawaban, tapi ternyata dia cukup santai membalas pertanyaanku. "Mungkin itu pemain sinetron. Biasalah Dina sama ibu selalu menyukai persinetronan," balasnya kemudian. "Oh ... habis dari rumah ibu apa masih ada tugas kantor lagi?" tanyaku mengalihkan pembicaraan meski masih ada ganjalan dalam hati. Namun aku tak ingin membuat Mas Arga curiga, aku akan menyelidikinya sendiri. "Nggak, Sayang. Nanti sorean pulang. Tiket pesawatnya juga sudah dapat kok. Sudah dulu ya, dipanggil ibu. Love you," ucapnya lalu mengucap salam setelah aku membalas "love you too" untuknya. Aku kembali mengeja apa yang sebenarnya tadi kudengar. Bukan. Itu jelas bukan memberikan komentar soal persinetronan. Sejak kapan Mas Arga suka nonton sinetron hingga Dina memberi tahu soal bumil yang ngidam padanya? Sepertinya ada ibu hamil di rumah ibu yang tengah ngidam, makanya Dina memberitahukan soal itu pada kakak semata wayangnya itu. Tapi siapa perempuan hamil di rumah ibu? Mungkinkah Mas Arga memiliki istri lain di sana? Rasanya tak mungkin jika mengingat perlakuannya yang terlalu manis selama ini padaku. Namun jika tidak, siapa ibu hamil yang ada di rumah ibu? Sementara saudara Mas Arga hanya Dina saja? Kuamati status w******p Dina, tak ada sesuatu yang mencurigakan di sana. Seperti biasa hanya mengunggah masakannya pagi ini lalu foto-foto kebun bunganya. Namun kini aku kembali mengulang video singkat di status w******p Dina. Sekelebat kulihat seorang perempuan dengan gamis motif bunga dan hijab coklat tertangkap kameranya. Mungkinkah tetangga yang tak sengaja lewat di depan rumah ibu? Tapi sepertinya dia membantu Dina menyiram bunga-bunga itu. [Din, lagi nyiram bunga sama ibu ya?] Iseng kuberikan komentar di statusnya. Dia masih online dan terlihat komentarku sudah terbaca. Tak lama setelahnya kulihat Dina mulai mengetik balasan. Aku dan dia memang cukup akrab, meski aku jarang ke Jogja. Namun tiap libur semester, Dina sering ke Jakarta untuk mengisi hari liburnya di kota yang berbeda, katanya. [Iya, Mbak. Sama ibu dan tetangga sebelah. Cuma dia sudah pulang tadi cuma ikut metik cabai saja buat masak mi instan katanya] Balasan dari Dina membuatku sedikit lebih tenang apalagi dia sengaja mengirimkan fotonya dan ibu yang masih sibuk dengan selang air untuk menyiram tanaman. Ketakutan yang tadi begitu terasa sedikit menipis meski tetap saja masih mengganjal. Mungkinkah yang ngidam tadi juga tetangga ibu di sana? Bukan perempuan lain yang kukhawatirkan statusnya? [Ohya, Mas Arga kemana, Din?] Aku ingin menyelidiki dengan halus masalah ini. Tak bisa diam saja dan pura-pura tak tahu. Sepahit apapun hasilnya nanti, aku harus mempersiapkan hati. Secinta apapun aku pada suamiku, aku tetap tak suka jika dia sengaja menyembunyikan rahasia besar dariku. Aku berhak tahu apapun itu sebab dia pun tahu apapun masalah hidupku. [Mas Arga keluar sebentar, Mbak. Mungkin sekadar cuci mata sebab sebelum dia balik ke Jakarta. Kenapa? Mbak Kana kangen ya?Duh ... kapan ya aku ada yang ngangenin juga] Aku tersenyum membaca balasan dari Dina. Dia bilang memang tak pernah pacaran sebab takut patah hati dan ditinggalkan. Dia ingin sepertiku dan Mas Arga yang hanya dua bulan saja kenal dan dekat, Mas Arga langsung melamar. Pernikahan pun digelar sebulan setelah lamaran dilaksanakan. Mungkin karena itu pula aku tak terlalu mengenal keluarga besar suamiku meski sudah tiga tahun bersamanya. Hanya dua tahun sekali kami pulang ke Jogja dan hanya saat lebaran itulah aku mengenal secara singkat keluarga besarnya. Namun selama di sana, tak ada sedikitpun hal yang aneh apalagi membuatku curiga. Semua keluarga menerimaku dengan tangan terbuka, menghormati dan menghargai keberadaanku di sana. Argh! Kepalaku mendadak sakit memikirkan semuanya. Mungkinkah ini hanya sekelumit kekhawatiranku saja sebab rasa cintaku pada Mas Arga yang terlampau besar? Aku terlalu takut jika dia mendua hingga timbul rasa curiga yang tak ada sebabnya? Kuhela napas panjang sembari memejamkan kedua mata. [Mbak ... kapan ke Jogja? Aku dan ibu kangen demo masak sama Mbak Karen] Dina kembali mengirimkan pesan dengan diakhiri emoticon love. Pesan yang sebelumnya pun hanya k****a dan belum sempat membalasnya. Namun Dina kembali mengirimkan pesan lain yang membuat hatiku berbunga. Mereka merindukanku. Aku yang hanya menantu dan ipar di rumah itu. Untuk mengalihkan kegundahan dalam d**a, aku sengaja mengajak Dina video call. Kini aku dan dia juga ibu saling bertukar kabar, menceritakan kesibukanku yang hanya itu dan itu saja sejak resign tiga bulan lalu atas permintaan Mas Arga. Dia tak ingin aku kecapekan mengurus pekerjaan kantor sekaligus pekerjaan rumah yang melelahkan. Mas Arga ingin aku hanya melayaninya saja, sementara urusan nafkah menjadi tanggungjawabnya. Dia selalu bilang terlalu mencintaiku sebagai istrinya hingga tak rela jika ada lelaki lain di kantor yang berusaha mencuri hatiku darinya. Berbagai alasannya yang akhirnya membuatku mengalah dan memilih fokus mengurus rumah. "Mbak ... Kakakku masih memperlakukan Mbak Karen seperti dulu kan? Tak berubah?" Pertanyaan Dina membuatku sedikit tersedak. Apa maksudnya? Sekadar bertanya atau memang ada maksud lain di dalamnya? "Eh, jangan berpikir macam-macam kakakku Sayang. Maksudku, kalau Mas Arga macam-macam bilang aku saja, biar aku cubit dia. Beraninya menyakiti Mbak Karenina." Dina kembali tertawa, membuatku ikut tertawa pula. Selalu begitu. Dina memang lebih sering memihakku jika terjadi keributan kecil diantara aku dan Mas Arga. Misal saat memilih restoran untuk makan malam bersama atau sekadar memilih warna tembok rumah yang selalu berbeda antara aku dan Mas Arga. Dina bilang women support women. Kulihat mata sipit Dina saat dia tertawa. Tawa yang mendadak terhenti seketika saat dia sadar kameranya tak sengaja menampilkan Mas Arga dengan seorang perempuan di belakangnya. Aku yakin jika itu adalah Mas Arga. Mendadak Dina mengalihkan posisinya. Terlihat jelas mimik wajahnya yang sedikit tegang dan tak nyaman. Sepertinya Dina mendadak kebingungan mengawali pembicaraan yang sempat terjeda. "Din, tadi Mas Arga kan? Barusan dia sama siapa?" tanyaku tanpa basa-basi. Aku ingin segera tahu sebenarnya siapa perempuan yang bersama Mas Arga. Mungkinkah itu perempuan ngidam yang sempat diteriakkan Dina saat Mas Arga menelponku beberapa menit lalu? ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook