BAB 42 | Satu Titik Hilang!

2085 Words
SUARA password pintu terdengar dari dalam. Happy dan King yang berada di dalam markas menoleh, menunggu seseorang masuk. Tidak berapa lama, Big Boss masuk dengan terburu-buru. Menatap ke seluruh penjuru ruangan; mencari seseorang. Setelah memastikan orang yang dia cari tidak ada, laki-laki itu memilih untuk bergabung dengan Happy dan King yang duduk berhadapan sambil memegang minuman kaleng di tangannya masing-masing. "Ada apa?" Tanya Happy kepada Big Boss dengan tatapan penasaran. Big Boss hanya menggelengkan kepalanya pelan, "apa Beauty tak datang kemari?" Keduanya menggeleng. "Kita sedang libur. Tidak ada yang datang kesini selain aku dan Happy. Itu saja kami tidak sengaja bertemu. Memangnya ada apa sampai kamu mencari Beauty. Dia jarang muncul jika tidak ada pekerjaan. Dia punya pekerjaan penting katanya. Apakah mungkin dia salah satu anggota dari perwakilan rakyat, polisi, atau bisa jadi tentara. Dia pintar memakai senjata." Tandas King yang mulai mengembangkan ide di kepalanya yang kadangkala tidak masuk akal. Happy menoyor kepala King dengan pelan, "berhentilah membuat semua asumsi gila yang akan membuatmu mendapatkan masalah. Jika memang Beauty salah satu aparat, mengapa dia berada di kelompok kita? Kamu pun menyukainya." "Hm, ... karena uang yang dia dapat dari aparat negara tidak seberapa. Kira-kira, apa yang dibeli seorang perempuan dengan uang sebanyak itu? Apa dia membangun sebuah perusahaan? Membeli pulau? Atau membeli laki-laki?" Ucap King yang kali ini mendapatkan sebuah pukulan keras di kepalanya dari seseorang—Big Boss. "Berhenti mengatakan hal-hal aneh!" Tandas Big Boss akhirnya lalu dengan sengaja merampas minuman yang dipegang King dan meminumnya. King sendiri hanya bisa pasrah dan menerima ketika minumannya sudah dikudeta begitu saja oleh Big Boss—karena ketuanya itu menyeramkan ketika sedang bad mood. Mereka bisa melihat dengan jelas bahwa ketua mereka sedang tidak dalam mood yang baik. Entah memikirkan apa, namun mereka juga yakin bahwa sesuatu telah terjadi. Sehingga Big Boss mencari Beauty. "Kira-kira, kapan kita memulai lagi misi kita? Aku sudah sangat rindu melakukan misi bersama dengan kalian. Uangku memang masih banyak. Tapi aku bosan melakukan kegiatan monotonku sebagai orang biasa. Aku rindu membersihkan senjataku, mengobrol masalah misi dengan kalian, observasi lapangan, diam-diam masuk ke gedung penuh dengan penjahat, melakukan aksi menakutkan. Aku benar-benar sudah bosan!" Curhat King sambil menatap ke arah kedua temannya itu, Happy dan Big Boss. Happy sendiri mengangguk, seperti mengiyakan apa yang King katakan. Dia juga merindukan pekerjaan yang mereka lakukan biasanya. Kadang, mereka akan menghabiskan malam bersama di markas ini sambil terus membahas tentang strategi yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan misi penting. Lalu beberapa hari kemudian, uang masuk ke dalam rekening mereka. Mereka akan merayakannya dengan makan dan minum bersama, walaupun tanpa minum-minum. "Aku penasaran, ... apakah Beauty benar-benar menyingkirkan El? Aku takut jika ternyata bukan Beauty yang membawa El pergi. Tapi orang lain yang sedang memanfaatkan keadaan ini." Ucap Big Boss sambil meremas jemarinya. Happy menghela napas panjang dan menganggukkan kepalanya, "tapi, ... Beauty sudah mengatakan bahwa dirinya tidak terlibat dalam kejadian itu. Apa kita bisa mempercayainya? Tapi, jika bukan Beauty, aku sangat khawatir. Aku berharap bahwa orang itu adalah Beauty. Ah, bukankah kita begitu egois jika menganggap bahwa El bersama dengan Beauty. Bisa jadi apa yang dikatakan Beauty benar, dia tidak ikut campur dalam hilangnya El." "Jangan meminta pendapatku. Aku tidak tahu apa-apa. Aku terlalu bodoh untuk berpendapat dan kalian semua tahu itu." Jawab King ketika kedua temannya menatapnya dengan tatapan meminta pendapat. "Dia ada benarnya," jawab Big Boss yang ditanggapi anggukan kepala dari Happy, setuju dengan ucapan Big Boss. King memukul lengan Happy cukup keras karena kesal, "sialan, kalian!" Tentu saja Happy memukul King balik, "kenapa hanya aku? Bahkan yang mengatakannya Big Boss. Apa salahku jika mengiyakan?" Mereka hanya tertawa, seperti tidak mempunyai beban. Padahal mereka sedang berusaha menetralisir rasa tidak enak yang menjalar dalam diri mereka tentang keberadaan El yang akan selalu membahayakan mereka. Terlebih, El sudah tahu siapa orang yang berada dibalik Jendela Kematian. Apalagi Big Boss sendiri pernah menjadi tangan kanan El sendiri. Cliring! Ketiga laki-laki itu langsung memfokuskan pandangan mereka ke arah pintu di mana seseorang masuk ke dalam markas mereka dengan menenteng dua plastik besar yang berisi makanan ringan. "Aku sudah menduga kalian semua berada di sini." Ucap perempuan itu dengan memperlihatkan dua plastik besar belanjaannya. "Aku membawa makanan ringan dan juga mi instans untuk kalian. King kamu bisa tolong didihkan air di teko?" Sambungnya dengan menatap ke arah King. King beranjak dari duduknya dan mengambil alih belanjaan yang dibawa Beauty, "seharusnya kamu tidak perlu membawa barang-barang sebanyak ini. Tanganmu bisa terluka. Aku tidak bisa membiarkannya—" Beauty meletakkan telunjuknya di depan bibir King, memintanya untuk diam dan tersenyum ke arah laki-laki itu. King pun hanya bisa membalas senyuman Beauty dengan senyuman juga. Dia selalu menyukai senyuman perempuan itu. Karena yang paling nyata diantara mereka hanyalah tatapan mata dan juga senyuman. Karena semua yang mereka lihat di depan mata hanyalah sebuah frame yang menutupi keaslian diri mereka. "Aku ingin bicara denganmu," ucap Big Boss akhirnya. "Ini semua tentang El. Apa kamu ingin bicara denganku? Jika keberatan, aku tidak akan me—" sambung Big Boss yang ditanggapi Beauty dengan anggukan sebelum dirinya selesai bicara. Beauty melepaskan sarung tangan yang masih membungkus telapak tangannya dan meletakkannya di atas meja. Perempuan itu berjalan ke arah Big Boss dan memilih duduk lumayan jauh dari Happy dan King. Keduanya duduk di dekat jendela besar, yang memperlihatkan area luar bangunan itu. Mereka memang mempunyai beberapa ruangan. Ruangan bawah tanah dan juga ruangan paling atas yang biasanya digunakan untuk berkumpul. Ruangan bawah tanah sendiri sudah dipenuhi dengan koleksi mobil mereka dan juga beberapa berlian yang banyaknya tidak terkira. Happy menyenggol King dengan lengannya, "jangan bilang jika kamu cemburu dengan kedekatan mereka! Aku rasa mereka hanya berbicara tentang hal penting saja." "Hm, ... aku tidak punya hak untuk cemburu padanya. Beauty sepertinya memang nyaman bicara dengan Big Boss. Dia tidak pernah mengatakan bahwa dia menyukaiku. Dia hanya mengatakan bahwa mungkin jika kami saling mengenal; mungkin dia akan memilihku. Tapi, bagaimana aku bisa tahu bahwa kami saling kenal atau tidak. Jika kenyataannya kami berdua sama-sama menggunakan topeng." Curhat King kemudian. Tidak ada lagi pembicaraan yang terjadi diantara mereka. King yang lebih memilih untuk mendidihkan air di dalam teko untuk membuat mi instan mereka dan Happy yang kembali mengotak-atik laptopnya karena merasa bosan. Sedangkan Beauty dan Big Boss asik bercerita, meskipun terkadang terdengar sangat serius. "Apa kamu benar-benar menyukai Beauty? Padahal kalian belum pernah melihat wajah satu sama lain? Cinta bisa tumbuh hanya karena bersama? Bukan karena kalian saling mengenal dengan baik?" Tanya Happy kembali setelah King duduk di depannya. King kedua bahunya, "menyukai seseorang terkadang tidak memerlukan alasan, motif, atau apapun itu. Aku merasa nyaman bersamanya. Dia perempuan yang baik, terlepas kita semua tahu bahwa kita semua bukan orang baik. Karena tidak ada orang baik yang melukai orang lain." "Semua orang pernah menyakiti orang lain. Jika dia menyakiti orang lain, belum tentu orang itu tidak baik. Tenanglah King, semuanya tidak akan seburuk yang kamu pikirkan. Semua orang akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi kita. Kamu atau aku, hanya mencari uang! Berusaha bertahan hidup, ... itu tidak buruk." Suara itu berasal dari Beauty yang menepuk bahu King sambil menebar senyuman manisnya. Bahkan, jemari Beauty yang tidak sepenuhnya menempel pada kedua bahunya saja sudah membuat dirinya sangat nyaman. King memang tidak mengenal Beauty secara personal, namun dia benar-benar menyukai perempuan itu dari caranya bicara atau sudut pandangnya ketika berpikir. "Kalian sudah selesai bicara?" Tanya Happy kepada keduanya, Big Boss dan Beauty. Keduanya pun mengangguk! "Apa hasilnya? Apakah Beauty yang menyingkirkan, El?" Tanya King yang menatap perempuan itu dengan tatapan intens. Beauty diam saja, tatapan matanya fokus menatap King yang meminta penjelasan padanya. Perempuan itu memegang tangan King dan mulai tersenyum kembali. "Aku sudah bilang 'kan!" Tandas King yang mengeratkan genggamannya pada tangan Beauty. "Kamu sudah berjanji padaku." Sambungnya lagi dengan memaksa. King menatap ke arah Big Boss yang tidak bereaksi apapun. Sepertinya, semuanya sudah sangat jelas tanpa mengatakannya sekalipun. "Kamu sudah berjanji untuk tidak melakukan ide gila itu," ucap King mulai marah. "Bagaimana dengan orang itu?" Sambungnya lagi. Beauty menghela napas panjang, berusaha untuk menenangkan King yang marah. Baik Big Boss ataupun Happy tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mereka hanya tahu bahwa Beauty adalah orang yang telah menculik El. "Orang itu tertangkap. Aku mungkin tertangkap CCTV. Mereka mengatakan jika ada perempuan berpayung merah yang membawa El pergi." Sambungnya lagi. King rasanya ingin marah, tetapi entahlah! Laki-laki itu melepaskan genggaman tangan Beauty perlahan dan menjauh dari perempuan itu—merasa kecewa karena ternyata apa yang dilarangnya dilakukan juga oleh perempuan itu. "Aku akan keluar sebentar! Nanti aku akan kembali lagi. Airnya mungkin akan mendidih sebentar lagi. Jadi, kalian bisa membuat mi- nya lebih dulu." Ucap King yang memegang gagang pintu untuk keluar dari markasnya. "Aku ingin sendirian." Sambungnya ketika melihat Beauty yang hendak mengikutinya. Big Boss memegang tangan Beauty, menghalau perempuan itu untuk mengikuti King keluar dari markas. "Sepertinya, dia benar-benar marah." Tandas Happy sambil menatap kedua temannya yang menghela napas panjang. Beauty menganggukkan kepalanya pelan, "dia sudah melarangku untuk melakukannya. Tapi aku tidak mau mengambil resiko. Membiarkan El tetap di sana hanya akan membuat kita kehilangan segalanya. Jadi, ... maafkan aku karena telah membuat masalah kita semakin besar. Aku hanya ingin membantu dan aku rasa, aku merusaknya. Bahkan aku telah membuat orang lain masuk ke dalam masalah." "Siapa yang kalian maksud dengan orang itu?" Tanya Happy dengan perasaan takut yang menyelimuti dirinya. Beauty terdiam, matanya memanas. Namun dia berusaha untuk tetap tegar. Perempuan itu mendongak menatap ke arah Big Boss yang juga menunggu jawabannya. "Aku salah! Aku tidak mendengarkan King. Aku juga tidak membicarakan semuanya denganmu sebagai ketua dari kelompok kita. Tapi aku hanya ingin membersihkan semuanya. Aku hanya ingin menuntaskannya sampai ke akar-akarnya. Aku bersalah dan aku sangat egois." Ucap Beauty yang menatap kedua mata Big Boss. Laki-laki itu terdiam beberapa saat, menyadari satu hal. "Happy, kamu bisa melacak di mana keberadaan Bear, 'kan? Kamu bisa mengirimkannya kepadaku. Aku, harus pergi sekarang." Sambungnya dan dengan terburu-buru keluar dari markas mereka. Happy yang tidak paham dengan situasinya pun hanya bisa menatap Beauty, meminta penjelasan. "Maafkan aku!" Lirih Beauty yang membuat Happy tertegun beberapa saat. Laki-laki itu langsung menghidupkan komputernya yang lain. Berusaha untuk melakukan apa yang Big Boss minta. Namun sayangnya, tidak ada satu pun sinyal yang didapatkannya. Sampai sebuah berita masuk melalui jaringan mereka. Happy diam cukup lama, matanya memerah, air matanya tidak bisa dibendung. Happy menatap lurus ke arah Beauty yang tidak bergeming sama sekali. Beauty mendekat, menatap wajah Happy yang memerah dan air mata jatuh membasahi pipi laki-laki itu. "Apa apa?" Tanya Beauty dengan suara yang bergetar. "Katakan, ... semuanya baik-baik saja, bukan?" Sambungnya lagi. Seluruh tubuh Happy bergetar dan isakannya pun lolos begitu saja dari bibirnya. Sebuah panggilan darurat masuk, dari Big Boss. Happy hanya menatap layar komputernya ketika salah satu titik itu meredup—hilang cahayanya. Data-data hilang dan semuanya lenyap. "Kamu sudah menemukan titiknya? Aku bersama King sekarang. Tolong lacak di mana keberadaan Bear dan kami akan menjemputnya." "Happy, apa jaringannya buruk? Kami akan keluar dari ruangan bawah tanah jika jaringannya memang buruk." "Apa kamu tidak bisa mendengarkan suara kami?" "Happy, ada apa?" Suara-suara dari Big Boss ataupun King tidak didengarkan oleh Happy. Laki-laki itu hanya menatap layar komputernya dengan tatapan nanar. Dia menunggu tanda-tanda itu muncul lagi. Sayangnya, tanda yang sudah hilang, tidak akan kembali lagi. Baru kali ini Happy menyesal telah membuat sebuah alat. "Mereka bertanya padamu," lirih Beauty yang entah mengapa ikutan menangis kali ini. Happy menatap tajam ke arah Beauty dengan mata yang kabur, "apa yang harus aku katakan kepada mereka? Apa yang harus aku jelaskan lagi? Kamu bisa melihatnya sendiri, 'kan? Kamu bisa memberikan kesimpulan tentang apa yang kamu lihat, 'kan? Cobalah memberitahu mereka apa yang kamu lihat!" Beauty bisa merasakan genggaman tangan Happy yang begitu kuat padanya, memintanya untuk melihat ke arah layar. "Beauty, ... apa kamu bisa mendengar suara kami? Kami mendengarkan suara Happy. Dia tidak mau menjawab kami. Bisakah kamu memberitahu kami, di mana Bear berada. Kamu hanya perlu memperjelas titiknya." Terdengar suara King yang menberi instruksi kepada Beauty. Namun perempuan itu diam cukup lama sambil menutup mulutnya rapat-rapat. "King," ucap Beauty. "Ya," Beauty menarik napasnya dengan kasar, "bukankah seharusnya ada lima titik. Kenapa hanya ada empat?" "Tanyakan pada Happy, mungkin alatnya rusak." Terdengar suara King yang bergetar, menjawab pertanyaan Beauty. "Happy, ... alat ini mungkin rusak. Kamu bisa memperbaikinya, 'kan?" Tidak ada lagi percakapan diantara mereka lagi. Yang terdengar hanya suara isakan mereka berempat. Hanya karena titik, mereka seperti kehilangan segalanya. Hanya karena sebuah titik hilang. Lalu, bagaimana jika semua titik itu hilang? ~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD