BAB 54 | Harus Bergerak

1961 Words
KING menatap dirinya di cermin kamar mandi. Tangan kanannya pun meraih keran di wastafel, membasuh kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan steril berlumuran darah. Air di wastafel itu berubah menjadi merah, tercium bau besi berkarat yang menyeruak di seluruh penjuru kamar mandi. King sesekali menahan napasnya, berusaha untuk menghindari aroma yang tidak dia suka itu. Padahal masker masih melekat menutupi hidung dan mulutnya. Sarung tangannya yang sudah bersih dari darah, dilepaskannya. Barulah setelah itu membuangnya di tempat sampah. Dia kembali menekan botol sabun cair untuk mencuci tangannya yang terasa masih berbau amis darah dan itu sangat mengganggunya. King berulangkali menahan air matanya yang sudah ingin terjun bebas dari pelupuk matanya. Padahal dirinya sudah berusaha keras untuk tidak menangis sama sekali. Sayangnya, matanya terlalu perih dan genangan air matanya sudah penuh. Tinggal menunggu benar-benar tumpah saja. Andaikan Bear masih hidup, semua tugas menyeramkan ini bisa diatasi dengan mudah. Namun, jika boleh meminta; jangan membuat salah satu diantara mereka terluka. Sayangnya, beberapa misi memang mengundang tumbal dari Jendela Kematian itu sendiri. Mereka juga mengorbankan nyawa meskipun berusaha dengan semaksimal mungkin. Itulah mengapa Bear menekankan bahwa pelatihan untuk pertolongan jika ada yang terluka sangatlah perlu. Bear yang mengajari seluruh anggota Jendela Kematian untuk masalah satu ini; pengobatan. Karena dalam misi, tidak menutup kemungkinan ada yang akan terluka. Dan mereka di kelompok harus sudah mempunyai kemampuan dasar dalam mengobati temannya ketika dalam situasi yang sangat mendesak. Meskipun tidak tahu hasil akhirnya, mereka harus bergerak untuk menolong. Mereka juga tidak mempunyai sertifikasi khusus. Namun ini dalam keadaan darurat. Selama tahu bagaimana cara penanganannya dan yakin, semua akan baik-baik saja. Karena mereka tidak bisa saling membawa satu sama lain ke rumah sakit. Mereka juga tidak bisa begitu saja membiarkan teman yang terluka dan tidak melakukan apapun sama sekali. Sehingga kemampuan yang bisa dikatakan abal-abal itu langsung digunakan tanpa basa-basi. Mereka hanya mempertimbangkan tentang kemungkinan hidupnya saja. Soal nantinya ada komplikasi atau hal lainnya, mereka akan pikirkan lagi. Big Boss tiba-tiba ambruk! Wajahnya sudah pucat pasi, keringatnya banjir membasahi tubuhnya, tubuhnya pun ikut bergetar hebat seperti orang yang sangat kedinginan. Siapa yang tidak panik? Siapa yang tidak kaget saat itu? Bahkan Big Boss masih sangat sehat ketika dibawa ke markas, tetapi mengapa tiba-tiba tidak sadarkan diri? Bahkan ketika dipanggil pun, tidak ada respon sama sekali. King keluar kamar mandi dengan perasaan campur aduk. Dia sendiri bisa merasakan bagaimana perasaan seorang dokter setiap harinya. Dokter yang sehabis mengoperasi pasiennya pasti sangat cemas. Menunggu apa mereka bisa membantu atau malah mengacaukan semuanya. Meskipun tidak ada yang akan menyalahkan dokter yang membantu pasiennya dengan baik. Namun perasaan dan rasa bersalah itu pasti ada. Terlihat Beauty yang beranjak dari duduknya dan menatap King yang kepayahan berjalan keluar dari dalam kamar mandi. Perempuan itu tanpa basa-basi langsung memeluk King. Seharusnya King merasa senang karena dirinya tertarik kepada perempuan yang memeluknya itu. Hanya saja, mereka berpelukan dan saling menguatkan bukan dalam hubungan yang lebih serius daripada itu. Beauty bisa merasakan tubuh King yang menggigil dan itu wajar sekali. Apalagi King yang sudah berusaha dengan baik untuk menyelematkan temannya. Mungkin tidak sempurna, atau bahkan berakibat sangat fatal. Namun King mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya demi Big Boss kesayangan mereka. Setidaknya, hanya itu yang bisa dirinya lakukan untuk saat ini. "Semuanya akan baik-baik saja. Aku tahu kamu sudah melakukan semua dengan sangat baik." Tandas Beauty berusaha untuk menenangkan King yang masih berusaha tenang. "Aku dan Happy sudah melacak tentang keberadaan Dafollo. Sepertinya ada orang yang membantunya kabur dari ruangan bawah tanah sel tahanan itu." Sambung Beauty dengan sangat kesal. King menghela napas panjang dan menatap ke arah Happy yang sama sekali tidak mengalihkan pandangan matanya dari laptopnya. Laki-laki itu pasti benar-benar bekerja keras dan berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi kepada ketua mereka. Happy sudah menyimpan seluruh amarahnya, sehingga dia pun harus mencari keberadaan Dafollo yang mungkin akan membahayakan diri mereka sendiri jika tidak segera mereka musnahkan dari muka bumi ini. "Jadi, siapa orang yang terpanggang itu? Bukankah seharusnya Dafollo? Bukankah dia sangat dekat dengan Big Boss? Bukankah ledakan itulah yang akan langsung mengarah pada dirinya?" Ucap King penasaran dan memberikan seluruh pertanyaannya yang penuh di kepala. "Aku benci dengan seluruh kasus ini! Seharusnya aku tidak memaksa dan meminta kalian semua untuk masuk ke dalam pancingan yang dilakukan oleh orang itu. Kita sudah kehilangan Bear, Big Boss juga dalam masalah karena belum sadarkan diri. Kita tidak tahu harus berbuat apa dan semua tentang Dafollo memang seharusnya tidak kita campuri. Toh dia sudah kehilangan segalanya dan itu termasuk markasnya yang sudah menjadi abu karena Big Boss telah meledakkannya waktu itu." Ucap Beauty yang mengalihkan semua fokus mereka kepada hal lainnya. Hanya karena mereka mengurusi masalah yang tidak penting seperti Naga merah, waktu mereka berlalu begitu saja tanpa ada manfaatnya sama sekali. Namun, jika mereka tidak bertindak, maka kelompok itu akan terus meremehkan mereka. Bukan karena takut tersaing atau apalah itu. Tetapi kelompok Naga merah memang sudah keterlaluan dalam bertindak. Dafollo juga ketua yang buruk, rela mengorbankan anggotanya hanya untuk sebuah pengakuan dari kelompok lainnya. Sehingga sekarang dirinya harus membayarnya dengan kehilangan semua anggotanya. King mengelus kepala Beauty dan tersenyum tipis, "tenanglah! Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Semua hanya kecelakaan. Kita semua tidak ada yang menginginkan kematian siapapun. Bear sudah berusaha melindungi kita semua. Berarti sekarang tugas kita untuk saling melindungi satu sama lain. Kalian berdoa saja tentang kondisi Big Boss. Aku berharap dia membaik dan kita bisa berkumpul kembali." Beauty hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil menatap kedua mata King yang tampak sangat kelelahan. Mereka semua juga lelah dan tidak tahu harus berbuat apa—terlebih melihat kondisi Big Boss yang mengkhawatirkan membuat mereka tidak mempunyai rencana apapun saat ini. "Bagaimana?" Tanya Happy yang akhirnya beranjak meninggalkan komputernya yang masih menyala dan menatap ke dalam ruangan yang menjadi tempat Big Boss berbaring dengan beberapa alat yang terpasang di tubuhnya. "Apakah Big Boss akan baik-baik saja?" Sambungnya sambil menundukkan wajahnya. King menghela napas kasar, "aku selalu berharap yang terbaik untuk kita semua. Aku sudah mengeluarkan kaca yang melukai perutnya. Ledakan itu yang mungkin membuat kaca itu melukai perut Big Boss tanpa sadar. Dia hampir mati karena kehilangan banyak darah. Aku sudah berusaha sebisaku, seperti yang Bear lakukan dan katakan waktu itu. Aku hanya mempunyai keberanian. Aku tidak punya kualifikasi apapun." Happy menepuk bahu King sambil tersenyum tipis. Berusaha memberi kekuatan kepada King. Toh, apapun nanti hasilnya, tidak akan ada yang menyalahkan King sama sekali. Dia sudah berusaha menjadi penolong karena keterpaksaan. Karena Big Boss pun akan melakukan hal yang sama kepadanya jika berada dalam situasi yang sulit. "Aku akan menangani dan melacak keberadaan Dafollo kembali. Kalian bisa beristirahat sambil menunggu perkembangan Big Boss. Orang itu sudah menancapkan akar yang kuat disekitar sini. Dia pasti sudah masuk ke dalam situasi yang dia inginkan. Orang itu sangat licik! Dia sudah kehilangan seluruh anggotanya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa Dafollo akan kembali setelah merekrut anggota yang baru dan berasal dari kelompok-kelompok penjahat lainnya." Tandas Happy seperti memberikan kemungkinan yang mungkin akan mereka hadapi. Beauty menoleh ke arah Happy kembali, "bukankah itu akan sangat berbahaya untuk kita? Mereka akan berusaha untuk mencari kita kembali dan membuat masalah yang sama. Bukankah ini hanya umpan agar kita keluar dari zona kita? Mereka ingin memancing kita dan menghabisi kita satu-persatu." "Mungkin, ... Dafollo mempunyai inangnya. Jadi, ketika ada masalah seperti ini, dia bisa bersembunyi di tempat inangnya. Dan inangnya ini tentu saja adalah orang yang sangat berkuasa. Kemungkinan besar lagi, dia tahu salah satu identitas dari anggota Jendela Kematian, tentunya selain Bear. Bukankah aneh ketika mereka berusaha mencari Big Boss. Lalu, apakah mungkin Big Boss tidak menutupi identitasnya ketika bersama dengan orang-orang itu sehingga dia nekat meledakkan tempat itu beserta dengan para penghuninya. Bahkan Big Boss menggunakan bubuk ajaib itu dan membunuh beberapa orang dalam kurun waktu yang sama!" Keduanya menatap ke arah King yang menjelaskan alurnya dengan sangat baik. Bahkan mereka tidak sampai kepikiran ke arah sana. "Tapi, ... jika benar Dafollo tahu identitas Big Boss, kita juga harus memburunya dan melenyapkannya. Kita tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada keluarga Big Boss juga, 'kan? Meskipun kita tidak tahu Big Boss mempunyai keluarga atau tidak. Tapi kita harus mencari Dafollo dan menghancurkannya." Sambung Beauty yang meremas jemarinya sendiri dengan perasaan kesal. Mereka semua menatap ke ruangan di mana Big Boss terbaring lemah. Jika sampai kehilangan Big Boss, mereka sama saja kehilangan kedua kaki mereka untuk menopang seluruh berat badan mereka. Sehingga, apa yang akan mereka lakukan sekarang adalah bukti bahwa mereka sedang berusaha mempertahankan Big Boss dalam hidup mereka. Membantunya sebisanya, meskipun kemungkinan mereka akan menggagalkan semua rencana yang sudah ada. "Apa kita akan bergerak tanpa perintah dari Big Boss sementara?" Tanya King ketika melihat kedua temannya yang sudah membulatkan tekat mereka untuk membalaskan dendam atas luka yang diderita oleh Big Boss. Beauty menghela napas kasar dan menatap ke arah King, "walaupun kita sedang dalam keadaan marah, kesal, kecewa, kita tidak boleh pergi tanpa rencana sama sekali. Mau tidak mau kita harus membuat rencana untuk memancing Dafollo keluar. Karena tindakan kita yang gegabah, pada akhirnya banyak orang yang akan menjadi korban. Sehingga kita pun harus bermain pelan. Aku yang akan menjadi umpannya!" "TIDAK!" Tandas King dan Happy secara bersamaan. "Jangan melakukan tindakan yang membahayakan dirimu sendiri. Big Boss bisa membunuh kami karena ide gilamu itu." Ketus Happy yang sudah tidak setuju dari awal. "Daripada kita menggunakan metode gilamu itu, ... lebih baik kita meledakkan Dafollo ketika bertemu dengannya secara langsung." Sambungnya. "Apa yang dikatakan Happy memang ada benarnya, Beauty. Jangan pernah melakukan apapun untuk membuat Dafollo mendekatimu. Aku tak akan rela sama sekali. Maksudnya tak rela jika kamu sampai terluka." Ucap King menambahkan. Beauty tersenyum tipis, "aku hanya mendengarkan Big Boss! Karena dia sedang terbaring di sana, maka tidak ada yang bisa menghentikanku. Aku akan keluar sekarang. Kalian silakan memantau dari layar komputer dan berikan aku titik lokasi yang tepat tentang keberadaan Dafollo. Aku menjemput kematiannya." Kedua laki-laki itu menghela napas kasar. Tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Ketika Beauty sudah benar-benar gila dengan misinya sendiri. Perempuan itu memang sudah sangat nekat. Jadi, apapun yang akan mereka katakan hanya akan menjadi angin lalu untuk Beauty dengarkan. King memegang lengan Beauty sebelum perempuan itu keluar dari markas mereka, "ingat apa yang Big Boss katakan?" "Hindari bahaya sedikitpun. Jangan mati dan tetap menjaga diri." Tandas Beauty dengan senyuman pasrahnya dan menepuk pundak King. "Sudah banyak yang berkorban demi tetap berdirinya Jendela Kematian. Aku hanya berusaha untuk melengkapi perjuangan kita saja. Aku berusaha untuk melakukan apapun sebisaku. Maaf karena aku tidak mendengarkan kalian berdua. Tapi aku juga ingin berguna." Sambungnya lagi. Baik Happy maupun King hanya bisa menghela napas panjang. Mereka menganggukkan kepalanya meski tidak setuju dengan apa yang Beauty rencanakan. "Kamu harus berhati-hati." Ucap King lagi sebelum Beauty benar-benar pergi dari markas mereka. Perempuan itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah keduanya—King dan Happy. Dan meminta keduanya untuk tenang. Cliring! Pintu telah tertutup dan menyisakan mereka bertiga di sini. Big Boss yang masih terbaring lemah dan mereka berdua yang berdiri saling berhadapan seperti orang bodoh. Mereka seperti tidak mempunyai rencana apapun karena tiba-tiba Beauty keluar begitu saja tanpa memberitahu mereka tentang apa yang akan dilakukannya! "Kenapa semua orang melakukan apapun sesukanya!" Tandas Happy dengan nada yang frustasi. "Aku hampir gila karena menanganinya sendirian. Jadi, apa kita harus melakukannya bersama? Tapi tak apa jika memang ingin beristirahat! Aku lupa jika kamu sudah berusaha sangat keras demi keberhasilan operasi Big Boss." Sambung Happy yang benar-benar sedang dalam kondisi yang buruk. King menepuk bahu Happy pelan. Keduanya duduk bersama menatap layar komputer dan melihat kemana Beauty berjalan pergi. Perempuan itu memang sangat pemberani dan nekat. Mereka hampir tidak percaya bahwa Beauty akan mengambil jalan yang tidak mereka sangka. "Beauty, bisa mendengarkan kami?" Tanya Happy memberikan sinyal ke alat yang terpasang pada Beauty tentunya. "Tentu saja! Aku menemukan sesuatu dan aku akan bergerak sekarang! Selamat tinggal!" ~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD