SEMENJAK nama Jendela Kematian disebut dalam beberapa berita dan ditulis dalam beberapa artikel—banyak sekali orang yang penasaran dengan adanya kelompok pembunuh elite itu. Namun sayangnya, berita itu hilang begitu saja. Stasiun televisi, radio, surat kabar, berita di internet pun ikut menghilang begitu saja saat beberapa minggu yang lalu. Namun hari ini, seperti bom waktu, siaran yang mengabarkan tentang kelompok itu menggegerkan seantero negeri.
Kepolisian pusat pun ikut heboh dan kaget karena sistem mereka berhasil disusupi orang tidak dikenal. Bahkan channel mereka berhasil digunakan untuk menyiarkan sebuah siaran dengan judul menariknya; menguak tentang kelompok pembunuh elite bernama "Jendela Kematian". Tentu saja beberapa orang sangat penasaran dengan kelompok yang digadang-gadang sering membunuh tanpa menyentuh itu. Mereka tidak menggunakan senjata sebagai alat, namun menggunakan bahan kimia. Begitulah pengantar yang diucapkan oleh orang yang mengenakan topeng kepala singa itu di depan kamera.
Selama siaran, telepon di kantor kepolisian pusat pun tidak berhenti berdering. Banyak sekali keluhan dari masyarakat yang merasa terganggu dengan tayangan tersebut. Terlebih tayangan tersebut muncul sebagai notifikasi ponsel, sehingga semua orang yang penasaran langsung bisa menontonnya. Orang tua dari para anak yang masih sekolah pun merasa khawatir dengan tontonan tersebut. Para guru dan pendidik pun sama, tidak bisa mengendalikan apa yang sedang ditonton siswanya. Belum lagi telepon dari atasan dan juga kantor kepresidenan semakin memperkeruh keadaan.
Tim IT yang diandalkan pun ikut diturunkan. Sayangnya, mereka tidak semudah itu mengambil alih channel milik mereka. Bahkan untuk sekedar menonaktifkan saja, memerlukan waktu yang cukup lama. Orang yang mengambil alih sistem mereka bukan orang-orang biasa. Mereka memakai perlindungan ganda, baik tentang sistemnya, identitas mereka, dan juga keberadaan mereka yang tidak bisa dilacak.
Petinggi-petinggi marah dan meminta para polisi bersiap. Namun ini bukan hanya tentang perang senjata—tetapi lebih kepada perang teknologi. Orang yang melakukannya sudah sangat jelas pandai dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan mempunyai keberanian yang tidak main-main. Jika tidak mempunyai keberanian, mungkin tidak akan pernah melakukan ini semua. Tentunya, mereka juga mempunyai tujuan yang jelas atas tindakannya.
"Kalian pasti penasaran mengapa banyak sekali kematian yang polisi sebut sebagai tindakan bunuh diri karena dari hasil pemeriksaan medis tidak menemukan kejanggalan apapun pada para korbannya. Namun semua itu terlalu aneh dan janggal ketika korban-korban itu mati dengan cara yang unik; jatuh dari jendela sehingga beberapa anggota tubuhnya akan patah. Apakah semua kematian itu selalu terjadi dengan kebetulan?" Tanya laki-laki bertopeng singa itu sambil menodongkan pistolnya ke arah seseorang yang ditutupi wajahnya dengan kantung hitam.
"Jawabannya ada pada pada orang ini! Orang yang bertanggungjawab atas kematian banyak orang." Sambung laki-laki itu dengan membuka penutup wajah orang yang telah diikat di kursi itu.
Terlihat dengan jelas kondisi dari laki-laki yang diikat itu babak belur dengan beberapa luka di wajahnya. Namun laki-laki itu tak melunturkan senyuman di wajahnya sama sekali. Laki-laki itu tetap memberi senyum ke arah kamera meskipun dirinya tahu bahwa kematian mungkin akan mampir padanya hari ini. Dia tidak mengelak tentang apapun, namun bibirnya terus bungkam kecuali hanya senyuman yang dirinya hadiahkan.
Big Boss menatap semuanya dari layar ponselnya. Dia berusaha untuk mencari di mana asal siaran itu dan siapa orang yang telah melakukan semua ini. Sayangnya, jalannya kali ini, buntu. Apalagi ketika mendengar bahwa salah satu titik di komputer Happy menghilang begitu saja. Itu yang membuat Big Boss seperti orang kesetanan ketika mencari salah satu temannya, Bear. Dia berharap jika Bear baik-baik saja walaupun itu tidak mungkin. Happy merancang alatnya dengan baik dan sempurna. Kegagalan itu sepertinya tidak akan mungkin dilakukan.
Itu bukan siaran langsung! Semua yang dilihat orang-orang hanyalah tayangan ulang. Jika direkam secara langsung, mungkin titik itu masih ada di sana. Namun nyatanya, titik itu tak ada dan itu artinya Bear meninggal—namun tidak saat itu juga. Tapi sudah beberapa jam yang lalu, sebelum mereka membuat siaran langsung yang memperlihatkan kepada semua orang tentang eksekusi pembunuhan yang dianggap ilegal itu.
Big Boss meratapi semuanya, dia benar-benar menyesal dengan apa yang dilihatnya. Dia tidak mampu melakukan apapun, menolong dan berbuat sedikit saja untuk Bear—tidak bisa dilakukannya. Semuanya telah terlambat, mereka hanya bisa menangis dan menyesali apa yang telah terjadi karena tidak bisa berbuat banyak. Mereka sudah terlambat untuk menolong! Tidak pernah ada waktu yang cukup untuk menyeret seseorang keluar dari sarang yang dibuatnya sendiri.
"Apakah kamu anggota dari Jendela Kematian?" Tanya orang itu kepada Bear yang terikat dengan darah yang mengalir membasahi wajahnya dan beberapa luka yang terbuka, sangat sakit untuk dijelaskan.
"Wah, ... kamu memang setia kepada teman-temanmu. Apakah mereka juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisimu? Apakah mereka akan diam saja? Aku rasa, mereka akan langsung mengaku ketika telah dipukul dua kali." Tandas orang itu lagi, berusaha untuk membujuk Bear agar membuka mulut.
Bear tampak tertawa dengan keras ke arah orang itu, "aku tidak tahu siapa yang kamu maksud? Aku tidak kenal mereka. Siapa Jendela Kematian? Apa mereka sebuah geng yang dibuat oleh remaja-remaja tanggung agar terlihat keren?"
Terlihat tatapan tidak suka dari orang itu. Mereka sudah sangat bersabar—memberikan waktu kepada Bear dan jawabannya selalu sama. Bear tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah anggota Jendela Kematian. Bear selalu mengelak dan memberi jawaban secara cepat meskipun wajahnya sudah tidak berbentuk lagi.
"Ah, ... kamu selalu menutupi tentang teman-temanmu, 'kan? Bagaimana jika aku membahas tentang orang terdekatmu? Keluargamu mungkin? Atau yang paling dekat, identitasmu. Bukankah para anggota dari Jendela Kematian saling menyembunyikan identitasnya? Aku menemukan semua benda menarik di dalam tasmu—sayangnya semua tidak berfungsi. Sehingga aku akan membunuhmu setelah membeberkan identitas lengkapmu dan aku akan mulai mencari tahu tentang kelompok kalian dan membunuhnya satu-persatu."
Bear menghela napas panjang dan menatap orang itu, "kalau begitu, bunuh aku! Aku tidak memohon kepadamu untuk hidup, bukan? Apapun yang kamu katakan, aku sama sekali tidak peduli."
"Wah, ... kamu berani sekali." Ucap orang itu yang akhirnya mengambil sebuah kertas yang ada di atas meja dan membacanya. "Namamu adalah Herda, seorang barista di kedai kopi. Anak yang ditelantarkan orang tua. Kasihan sekali hidupmu. Apakah itu yang membuatmu menjadi seorang pembunuh bayaran? Rendah sekali." Sambungnya lagi.
Tentu saja Bear hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pelan, "keuntungan tidak mempunyai keluarga adalah, ... kamu tidak akan takut pada apapun. Itu yang saat ini aku rasakan. Kematian pun bukan menjadi soal—"
Dor! Suara tembakan itu masih menjadi backsound yang sangat menyakitkan. Kedua mata Big Boss terpejam ketika mendengar suara yang membuatnya merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Laki-laki itu hanya diam terpaku di depan sebuah gedung putih di mana terakhir kali mereka beraksi. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Siapa dalam dibalik ini semua?
Big Boss bisa melihat dengan jelas bahwa Bear tetap tersenyum meski nyawanya telah direnggut begitu saja. Titik itu benar-benar hilang, tanda bahwa seluruh alat yang dipakai Bear selama ini, tidak akan pernah bisa berfungsi kembali. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Jendela Kematian, tidak akan ditemukan di dalam benda-benda itu meskipun menggunakan alat yang lebih canggih lagi. Karena programnya memang hanya dibuat sekali, Happy tidak mungkin salah.
Sebelum siaran itu selesai, orang itu membuat pengumuman penting di channel itu dengan tatapan marah.
"Jendela Kematian, aku akan terus memburu kalian. Aku aku bunuh satu demi satu dari kalian. Agar semua orang tahu bahwa kalian semua tidak sehebat itu. Kalian hanya sekelompok pembunuh sialan yang bersembunyi dibalik topeng wajah. Jangan merasa aman, karena aku akan datang."
Berakhir!
Mungkin, mereka tidak akan takut kepada orang itu. Mungkin, mereka tidak takut tertangkap dan mati. Tapi, apakah yang akan dilakukan jika ada satu lagi diantara mereka yang mati begitu saja seperti Bear. Bahkan tak ada kesempatan untuk menolongnya atau membuatnya merasa dilindungi sampai kematiannya. Apakah Bear tahu bahwa teman-temannya juga berusaha menolongnya? Meskipun terlambat, namun mereka berusaha untuk tetap berada disamping Bear yang bahkan identitasnya sudah terbuka di media.
Banyak umpatan kasar yang telah orang-orang berikan, label yang akan tetap melekat selamanya, dan nama kelompok mereka yang akan keluar sebagai kelompok elite pembunuh bayaran. Apakah mereka sanggup menanganinya? Apalagi tanda ada Bear yang membantu mereka.
Big Boss mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia berjalan meninggalkan gedung putih itu untuk menuju ke markasnya. Mungkin dia harus tahu bagaimana keadaan yang lain sebelum menentukan langkah selanjutnya.
Cliring. Pintu terbuka dan langsung memperlihatkan kekacauan yang ada di dalam markas mereka. Komputer Happy yang biasanya berjajar rapi pun sudah berantakan di lantai dan semuanya hancur. Beberapa benda milik mereka pun berserakan dan kedua temannya tengah meringkuk bersama disela-sela lemari sambil menyembunyikan wajah mereka dilipatan tangan masing-masing.
Terdengar isakan yang keluar dari bibir keduanya. Meskipun merasa pedih, namun Big Boss berusaha untuk menenangkan Happy dan King dengan mengelus pundak mereka. Dirinya tidak mempunyai kata-kata yang pantas untuk diberikan kepada keduanya. Karena kata-kata yang menghibur itu memang tidak ada.
"Kalian pulanglah!" Tandas Big Boss kepada Happy dan King kemudian.
King mendongakkan kepalanya dan menatap Big Boss, "apa yang akan kita lakukan? Bagaimana dengan semua orang yang mengenal Bear? Apa yang harus kita lakukan untuk Bear, sekarang? Mengapa kita hanya bisa diam saja? Mengapa kita tidak bisa melakukan sesuatu untuknya?"
"Apa yang ingin kamu lakukan? Ha? Keberadaannya saja kita tidak tahu!" Tandas Happy menimpali.
King mengusap wajahnya dengan kasar, "kamu paling pandai dalam teknologi. Coba cari di mana dia berada. Lakukan! Jangan seperti orang putus asa. Seharusnya kamu bisa melakukannya sejak awal."
"Heh, ... jika bukan karenamu dan Beauty, Bear tidak akan ikut dalam misi gila kalian. Bukankah Big Boss sudah mengatakan bahwa tidak ada yang boleh ikut campur. Mengapa kalian ikut campur?" Bentak Happy kesal.
"Jika bukan karenamu juga, El pasti sudah mati! Mengapa kamu terus membiarkannya hidup? Seharusnya kita membunuhnya sejak awal!" Ucap King yang menyalahkan Big Boss dengan menarik kerah bajunya.
Happy menarik King dan mendorong temannya itu sampai jatuh, "sadarlah King! Jika saja kalian mengatakannya kepada kami, setidaknya kami tahu bahwa Bear dalam bahaya. Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang? Bear sudah tidak ada. Kita telah menghancurkan hidup Bear dan membuat kematiannya semakin sulit. Mungkin ada beberapa yang tidak mengenal Bear dan tidak peduli tentang kebenarannya. Tapi semua orang mulai berdemo, mengatakan bahwa Bear tidak pantas dikuburkan di pemakaman umum!"
"Mereka mengirim mayat Bear ke rumah sakit. Dan tidak ada orang yang mau membantunya. Bahkan tak ada yang mau menguburkannya dan menjadi penanggungjawab. Kita pun tidak bisa muncul di depannya dan membantunya, bukan? Kesepakatan gila itu yang membuat kita terjebak tanpa bisa membantunya sama sekali." Sambung Happy dengan emosi penuh.
Big Boss menatap kedua temannya yang bertikai. Dia benar-benar telah kehabisan tenaga untuk menanggapi keduanya. Laki-laki itu pun mulai menangis, merasakan sesak yang menjalar di dadanya. Membuat keduanya berhenti berkelahi dan merasakan apa yang dirasakan Big Boss. Mereka sadar, tidak hanya mereka yang merasa sedih, tidak hanya mereka yang merasa kehilangan. Semuanya merasa kehilangan, apalagi Big Boss yang merasa tidak mampu melindungi anggotanya.
"Tenanglah! Semua akan baik-baik saja." Tandas Happy yang mengelus pundak Big Boss pelan. "Kami akan berada di sampingmu dan kita akan membalaskan dendam Bear kepada orang-orang yang telah menyakitinya selama ini." Sambung Happy yang berusaha menjadi penguat.
King akhirnya menurunkan egonya dan berjongkok di depan ketuanya itu, "jangan lemah, Big Boss. Kita tidak akan menyerah sampai di sini. Kita akan memperjuangkan semua yang telah Bear korbankan untuk kita semua."
Mereka hancur berkeping-keping, seperti tidak bisa diperbaiki lagi. Tidak ada yang bersuara dan pada akhirnya satu-persatu dari mereka meninggal markas. Menyisakan Big Boss di sana. Laki-laki itu masih tidak bergeming meskipun tidak ada satu orang pun di sana. Dia tahu bahwa teman-temannya mungkin marah, kecewa, kesal, dan entah apa yang akan terjadi dengan kelompoknya. Tidak ada yang bisa memprediksi semuanya. Mereka hanya berusaha untuk tetap tegar meskipun hati mereka terluka parah.
Big Boss beranjak dari duduknya, mengambil peralatan bersih-bersih dan membersihkan markasnya. Dia tidak tahu cara macam apa yang akan membuatnya merasa lega. Sehingga membersihkan markasnya sekarang seperti sebuah pilihan aneh yang akan dilakukannya.
Laki-laki itu mulai membersihkan seluruh sudut markasnya yang kotor. Biasanya Beauty akan marah-marah kepada King karena tidak membuang sampah makanan di tong sampah. Dan dia bisa melihat ramainya suasana di markas hanya dengan membayangkannya saja. Terlihat beberapa makanan yang dibungkus rapi di dalam plastik. Makanan dari Beauty yang belum tersentuh oleh mereka semua.
"Apa semuanya akan sama seperti dulu, lagi?" Ucap Big Boss yang kembali terduduk dengan perasaan campur aduk.
Apakah Jendela Kematian akan tetap bertahan?
~~~~~~~~~~~