KADANG, orang yang terlalu percaya diri seringkali mendapat kemalangan dalam hidupnya. Hidup harus selalu seimbang—tidak terlalu percaya diri atau terlalu rendah diri. Tapi kadang yang seimbang itu sulit diwujudkan. Tidak ada orang yang biasa saja dan berada di tengah-tengah. Yang ada; orang terlalu percaya diri atau orang yang rendah diri. Mereka seakan mempunyai keunggulannya dan mencoba bersaing dengan orang yang mempunyai keunggulan di bawah mereka.
Laki-laki itu sudah yakin berhasil. Namun ternyata segala keyakinannya adalah sebuah kegagalan yang sudah dimulainya sejak awal. Rencananya yang dianggap matang ternyata tidak berhasil sama sekali. Dia bermain dengan permainannya sendiri dan kalah telak! Apakah itu hal yang tidak memalukan untuknya? Bahkan orang lain saja tidak akan seceroboh itu dan melakukan kesalahan berulangkali. Seperti sudah terencana, namun akhirnya tidak ada apa-apanya.
Gala menatap Kakaknya yang sudah setengah jam lalu datang dan terus mengeluarkan umpatan kasar dari bibirnya. Laki-laki itu bahkan sudah membanting beberapa gelas mahal yang ada di atas meja atau guci yang ada di dalam ruangan Gala dengan perasaan kesal. Namun si pemilik ruangan hanya diam saja, memilih mengabaikan apa yang dilihatnya. Jika memang ingin marah, kesal, dan membanting barang-barang, mengapa harus datang ke ruangannya?
Laki-laki itu mengumpati Jendela Kematian berulangkali. Mengatakan bahwa kelompok itu adalah kelompok sialan yang selalu beruntung dalam segala hal. Seharusnya dirinya tidak lengah sama sekali dan membidik salah satu anggota dari Jendela Kematian itu dengan tepat. Dia sudah membayar mahal dan harus dibayar dengan kegagalan semacam ini. Apalagi dia harus menyingkirkan mayat orang yang sudah dipaksanya untuk bersandiwara.
Semua yang terjadi hari ini adalah ulah Kakak Gala sebagai bentuk dari penyerangan keduanya. Dia membuat masalah dengan salah satu anak dari konglomerat kaya raya—mengambil kekasihnya dan membuatnya menjadi umpan keluarnya Jendela Kematian. Tentu saja tebakannya tidak meleset sama sekali. Anak konglomerat kaya itu menggunakan jasa pembunuh bayaran untuk membunuh pacarnya yang telah berselingkuh.
"Kamu menjanjikan kehidupan bagi perempuan malang itu! Padahal, dia sudah kehilangan orang yang sangat dia cintai demi keluarga yang selalu kamu tindas. Perempuan itu sudah mengorbankan segalanya dan masih mati sia-sia!" Ucap Gala membuka suaranya.
Tentu saja Gala tahu bagaimana cerita dibalik kisah menyedihkan yang baru ditorehkan oleh Kakaknya itu. Orang yang ditembak dari anggota Jendela Kematian itu adalah perempuan yang sangat mencintai kekasihnya. Orang yang begitu mencintai keluarganya. Namun karena tidak mau keluarga yang begitu dia sayangi diganggu usahanya oleh kelompok Kakak dari Gala itu, sehingga perempuan itu hanya bisa pasrah.
"Dia pura-pura berselingkuh dengan orang yang sangat dibencinya. Tetapi apakah pura-pura yang kamu maksud adalah tetap menikmatinya? Apakah kamu benar-benar memanfaatkan perempuan itu untuk menjebak Jendela Kematian atau karena ada dendam pribadi ketika perempuan cantik itu lebih memilih laki-laki lain yang sangat dicintainya?" Sambung Gala sambil tertawa.
Laki-laki itu menatap Gala dengan tatapan tidak suka. Namun dia tidak menjawab sama sekali karena Gala akan terus menjawabnya tanpa ampun.
"Malang sekali perempuan itu. Dia dipermainkan dua arah. Pacar yang sangat dia cintai ternyata langsung gelap mata. Perempuan itu seperti menyiapkan pemakamannya sendiri. Pemakaman yang membuatnya tidak bisa menjelaskan apa-apa." Tandas Gala kembali yang kali ini mendapat lemparan gelas dari Kakaknya, tetapi Gala sigap memiringkan kepalanya sebelum gelas itu mengenai kepalanya dengan keras.
Gala bertepuk tangan dengan sangat keras. Sampai suara tepukannya itu menggema di dalam ruangan. Gala menggulung lengan kemejanya dan tersenyum lebar. Seperti dirinya yang tengah mengejek kakaknya itu. Dia tahu tentang konsekuensi apa yang didapatkannya. Namun sepertinya Kakaknya tidak akan membalas lagi. Dia tidak mau melukai Gala. Tentu saja bukan karena tidak ingin sang adik terluka. Namun karena Gala tidak segan untuk membuka semua aib Kakaknya di depan publik tanpa ampun sama sekali.
"Seharusnya aku bisa mendapatkan satu diantara mereka. Seharusnya aku bisa menangkap dan memulai investigasi satu-persatu dari mereka. Ah, orang-orang bodoh dari Naga merah itu juga malah membunuh salah satu diantara mereka yang susah payah kita tangkap!" Keluh laki-laki itu sambil menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang sedang merajuk.
Gala seperti merasa puas dengan apa yang dilihatnya hari ini. Ketika sang Kakak selalu gagal dalam usahanya untuk menghancurkan kelompok Jendela Kematian. Mereka seperti dipermainkan kembali, terus sampai mereka muak dan akhirnya marah.
"Apa kamu benar-benar melakukan semua itu karena Papi? Maksudku, semua usaha yang kamu lakukan mati-matian adalah demi membalas kematian Papi? Bukan karena kamu ingin merampas sesuatu? Bukankah kamu sedang meminta profesor dari universitas terbaik di negara ini untuk menganalisis alat yang kamu dapatkan bersama dengan orang itu? Kamu penasaran dengan alatnya?" Tandas Gala memperhatikan sang Kakak yang tampak bingung untuk menjawab.
Gala yang biasanya diam, Gala yang biasanya hanya mengikuti apapun itu keputusan Kakaknya, Gala yang tidak pernah protes dengan apapun. Hari ini dia sangat antusias memberikan olokan kepada Kakaknya yang tidak tanggung-tanggung kegagalannya. Bisa disimpulkan bahwa Kakaknya benar-benar gegabah setiap kali mengambil keputusan.
"Kita tidak perlu menggunakan rencana-rencana bodoh yang kamu rancang. Semuanya membuat kita berdua terlihat jauh lebih bodoh dibandingkan orang-orang yang mereka anggap bodoh sekalipun! Jangan melakukan hal-hal yang menurutmu sangat luar biasa, tetapi ternyata tidak ada gunanya sama sekali. Memalukan!" Tandas Gala sambil berjalan ke arah Kakaknya yang tampak menyimpan amarah.
Laki-laki itu tidak pernah melihat sisi lain dari Gala sebelumnya. Dia hanya tahu bahwa Gala terlalu banyak diam dan tidak pernah menonjol sebagai orang yang berpengaruh. Gala selalu berada di balik Ayah mereka. Tidak pernah berbuat jahat dan sama sekali tidak mempunyai catatan buruk; kecuali anak seorang Prada. Gala hanya terkenal sebagai seseorang yang begitu menikmati dunia malam. Selalu datang ke club' dan seperti pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan.
Namun kadangkala, orang sepertinya adalah orang yang berbahaya dan patut untuk dihindari. Gala tidak sungkan untuk melakukan hal yang menurut orang-orang sebagai suatu tindakan tidak masuk akal. Dia hanya berusaha untuk melakukan sesuatu yang menurutnya menyenangkan.
"Buat mereka tenang! Seakan-akan kita tidak ingin menjatuhkan mereka. Buat mereka terlena dengan semua misi yang mereka lakukan. Setelah itu, baru kita melangkah dengan cepat. Menggunakan metode mereka adalah cara yang terbaik untuk membalas mereka tentunya." Ucap Gala menjelaskan sambil tersenyum ke arah laki-laki itu.
Mereka saling menatap satu sama lain, seperti sedang merencanakan sesuatu dengan tatapan mata mereka. Tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka rencanakan. Namun rencana kali ini adalah rencana yang sangat luar biasa. Mereka membangun sebuah tembok besar nan tinggi, yang sekiranya tidak bisa dihancurkan oleh siapapun. Karena ini adalah awal dari kata balas dendam yang sesungguhnya.
~~~~~~~~~~~
Gala keluar dari mobilnya setelah sampai di parkiran basement untuk sampai ke sebuah club' tersembunyi yang ada di gedung ini. Laki-laki itu sudah lama tidak datang kesini dan beralasan sedang sibuk. Bahkan dia tidak menghubungi Isabela, orang yang saat ini berstatus sebagai kekasihnya dengan alasan sibuk. Padahal Gala sedang merencanakan sesuatu untuk dilakukannya sebelum benar-benar pergi. Gala kembali menunjukkan dirinya, laki-laki itu tidak sebaik kelihatannya.
Walaupun begitu, ada sisa rasa di hatinya untuk Isabela yang begitu pengertian terhadapnya. Perempuan itu bahkan tidak menuntutnya dan terus memahaminya. Meskipun apa yang dia sampaikan terkadang tidak masuk akal. Mungkin, dia terkesan mempermainkan adik dari Arkana itu. Tapi apakah itu pantas? Apakah dia merasa senang ketika Isabela bertanya tentang kabarnya secara terus-menerus? Sebagian dari dirinya tidak menerimanya begitu saja.
Gala berjalan menyusuri lorong di depannya, berjalan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Matanya yang tajam berusaha untuk mencari sumber cahaya sebagai pemutus jarak yang panjang. Dia datang kesini bukan hanya untuk sekedar minum-minum, bersenang-senang, atau menikmati hidupnya. Namun untuk menemui seseorang.
Benar saja, orang itu sudah ada di dalam sana—duduk di bar sambil menikmati minumannya. Gala yang baru datang pun langsung duduk disamping perempuan itu setelah memesan minumannya. Perempuan itu menoleh ke arah Gala yang duduk disampingnya sambil tersenyum sinis. Bukankah perempuan itu selalu menatapnya dengan sinis?
"Apa yang kamu inginkan? Hanya mengajakku untuk minum? Apakah kamu mulai tertarik denganku? Ah, benar juga!" Ucap perempuan itu lagi sambil mengangkat gelasnya yang sudah habis setengahnya.
Gala menggeleng pelan, "aku terlalu sibuk untuk mengurusi leluconmu yang sama sekali tidak lucu! Aku memintamu datang hanya karena ingin memperingatkanmu!"
"Apakah itu penting untukku?" Ucap perempuan itu balik sambil menatap Gala sinis. "Bagiku, ... apapun yang akan kamu katakan, tidak ada yang penting untukku." Sambungnya.
Perempuan itu menatap Gala dan memasang wajah mengejeknya. Dia benar-benar sudah tidak punya stok kesabaran karena harus berhadapan dengan perempuan itu. Sudah sejak awal perempuan itu muncul, hidup Gala menjadi kesulitan. Perempuan itu seperti tahu segalanya tentang dirinya dan apa yang dilakukannya.
"Kamu takut? Takut jika Isabela tahu bahwa kamu mengincar Kakaknya?" Tandas perempuan itu yang kali ini tidak menggunakan kata lain untuk mengatakan sesuatu. Perempuan itu langsung to the point, tepat kepada inti dari apa yang ingin dikatakan olehnya.
Gala menggerakkan giginya dengan kesal sambil menatap perempuan itu dengan tatapan tajam, "sebenarnya apa yang kamu inginkan, Kana?"
Perempuan yang dipanggil Kana itu hanya tersenyum simpul. Dia tidak langsung menjawab, memilih untuk menenggak minumannya sampai tandas. Setelah itu, Kana kembali meminta gelasnya untuk diisi lagi. Meminumnya kembali, lalu menatap gelasnya yang masih penuh.
"Jika aku menginginkan sesuatu, tentu saja aku tidak akan pernah memberitahumu. Memangnya kita sedekat itu untuk saling bicara? Aku tidak pernah memperlihatkan apa yang aku inginkan kepada siapapun asal kamu tahu!" Tandas Kana yang kembali memberikan senyumannya.
Mungkin bagi beberapa orang, Kana begitu cantik dengan senyumannya yang ramah. Namun sebagian lagi akan menganggap bahwa senyum yang selalu diperlihatkannya itu adalah pertanda buruk. Perempuan itu hanya terkenal sebagai seorang mahasiswa biasa. Namun dibalik semua itu, tidak ada yang tahu secara benar siapakah Kana sebenarnya dan apa yang dilakukannya selama ini.
"Hm, ... kamu memang teman yang baik, Gala. Teman yang mudah sekali menusuk temanmu dari belakang! Memangnya aku tidak tahu bahwa seseorang itu memberitahu tentang kematian Ayahmu karena kelompok Jendela Kematian? Seseorang bodoh yang mengirimkan preman dengan penusukan pisau ke arah Arkana namun gagal karena aku ada di sana. Kamu pikir, aku akan mati karena pisau itu beracun? Wah, salah besar. Aku punya cadangan nyawa yang banyak. Kamu tidak perlu khawatir dengan nyawaku juga." Sambungnya lagi, sambil mengingat-ingat tentang kejadian beberapa saat yang lalu.
Gala mengepalkan tangannya dengan kuat, "kamu juga tahu bahwa Arkaa salah satu anggota Jendela Kematian? Jadi, kamu mengincarnya juga? Aku sudah mengiranya."
Kana pura-pura berpikir dan kembali tertawa karena pertanyaan yang baru saja Gala ucapkan kepadanya. Kana seperti tidak bisa membendung tawanya sampai beberapa orang yang berada di sana menatapnya dengan tatapan bingung.
"Bagaimana kalau aku salah satu diantara mereka? Kenapa tidak bisa berpikir sampai di situ?" Tanya Kana dengan mengetuk-ngetukkan jemari tangannya di atas meja. "Seseorang bisa menjadi apa saja hanya untuk sampai pada tujuannya! Bagaimana jika aku memang bagian kelompok yang katanya sangat kamu benci itu. Kelompok yang menghabisi Ayahmu. Tapi bodohnya, kamu dan Kakakmu membenci kelompoknya tetapi tidak membenci orang yang memerintah mereka. Hm, ... aku dengar Kakakmu dulu sering datang padanya untuk meminta dukungan. Apakah mungkin Kakakmu pernah bekerjasama dengan El tanpa sepengetahuanmu dan Ayahmu?" Sambungnya yang memberikan sebuah berkas yang sudah disiapkannya.
Gala mengambil berkas yang Kana berikan padanya. Meskipun gengsi untuk melihatnya, namun Gala pun tetap membukanya. Memastikan apa yang ada di dalamnya dan berusaha mencerna isi dari berkas itu. Gala semakin mengepalkan tangannya kuat-kuat dan reaksi itu membuat Gala semakin marah.
"Kakakmu sepertinya sangat dekat dan sangat akrab dengan Arkana sebelumnya? Mungkin, Kakakmu ingin menguasai seluruh aset El. Sayangnya dia kalah start, sehingga dikuasi Arkana lebih dulu. Awalnya dia tidak tahu siapa orang yang mengambil alih perusahaan El seluruhnya. Tetapi setelah dia tahu bahwa Arkana salah satu dari anggota Jendela Kematian, dia langsung mengajakmu untuk memburunya. Benar-benar mengasyikkan, bukan?" Ucap Kana yang memberitahu bagaimana alur sebenarnya.
Gala beranjak dari duduknya, tetapi tangannya langsung ditahan oleh Kana dan memintanya untuk duduk kembali di kursinya. Kana menatap Gala yang sudah tidak ingin duduk bersamanya di sini.
"Setidaknya kamu harus menemani aku minum sampai aku selesai. Aku tidak memintamu membayarkan minumanku, aku hanya meminta ditemani. Setidaknya sampai gelas yang aku pegang ini kosong. Apakah itu sulit?" Ucap Kana mengangkat gelasnya ke udara. "Aku tahu kamu berguncang! Tetapi tidak perlu lah terburu-buru untuk membawa berkas ini ke hadapan Kakakmu. Setidaknya berikan dia waktu sedikit untuk mencari pembenaran." Sambung Kana kembali dengan senyuman.
Gala terjebak! Dia tidak bisa lagi berjalan kemanapun karena jalannya seperti diblokade. Apalagi berkas di tangannya seperti menjelaskan semuanya. Dia kesal sekali! Kesal karena sudah dipermainkan. Dia tidak akan mengampuni Kakaknya jika yang dikatakan Kana benar. Dia berjanji untuk itu.
~~~~~~~~~~~~