BANYAK sekali kelompok penjahat yang ada di dunia. Mereka berusaha memperkuat dirinya dengan caranya masing-masing. Kadangkala, mereka membuat perlindungan yang besar dari orang-orang besar juga. Karena uang adalah jembatan utama dari mendapatkan kekuasaan dan juga perintah mutlak yang tak terelakkan. Para penjahat membuat bangunan besar, benteng tinggi guna untuk membuktikan siapa diantara satu dengan satunya yang paling kuat. Mereka membentuk nama, lokasi, serta kejahatan di bidang apa yang mereka jalankan.
Negara ini tidak luput dari adanya penjahat. Apalagi mereka berusaha untuk memperlihatkan kekuasaan dan status mereka kepada kelompok lainnya. Mereka menunjukkan jika kejahatan sekalipun akan menjadi penopang perekonomian bagi para pejabat yang duduk di pemerintahan atau para aparat negara yang tidak peduli pada negaranya. Semuanya menjadi satu dalam kawasan yang disebut dengan kelompok penjahat. Bahkan perusahaan Prada sekalipun, merupakan perusahaan yang menjadi sarang penjahat.
Perusahaan-perusahaan ilegal yang menutupi bisnisnya dengan berbagai cara. Menjalankan perusahaan yang tidak sesuai dengan perijinan, seperti sudah biasa dilakukan. Namun yang paling mencolok daripada tentang kejahatan di dalam dunia bisnis, ada satu kelompok penjahat yang begitu terkenal di kota ini. Naga merah—begitulah namanya. Orang-orang sering mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang paling kejam dan bengis. Mereka bergerak di banyak bidang, termasuk sebagai pemasok narkoba secara diam-diam.
Ketua Naga merah sendiri adalah seorang bandar narkoba yang saat ini masih ditahan di penjara. Tentu saja orang itu masih bisa melakukan transaksi jual-beli dengan mudah. Dengan menggunakan banyak perantara di dalam sel. Karena tidak semua yang dipercaya bisa terus dipercaya, bukan?
Namun, ... semua yang telah mereka bangun untuk memperlihatkan diri bahwa Naga merah adalah kelompok penjahat terkuat, sepertinya hanya akan menjadi kenangan saja. Ketika gedung tinggi itu menyambut sebuah mobil sport warna hitam itu, semua usaha itu hangus bersama dengan ledakan besar yang membuat bulu kuduk siapa saja yang mendengar merasa miris. Gedung tinggi itu hancur lebur seperti tidak berharga. Meninggalkan puing-puing dengan aroma gosongnya.
Entah, berapa manusia yang sudah terpanggang di sana. Gedung banyak lantai itu roboh perlahan, asap tebal membumbung tinggi, seperti ingin melahap seluruh isi gedung. Suara alarm karena adanya asap berbunyi nyaring dan air pun disemprotkan. Sayangnya, api terlalu tinggi dan cepat menyebar sehingga air yang hanya sedikit itu tidak mampu untuk memadamkan api yang mengamuk, memakan apa saja yang ada di depannya. Teriakan dari beberapa orang terdengar. Sayangnya, tidak ada orang yang bisa membantu.
Beberapa orang yang berada di jalan pun berusaha untuk menghubungi pemadam kebakaran dan ambulance dengan terburu-buru. Beberapa lagi sibuk mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan momen itu. Seperti seorang reporter dadakan yang meliput berita. Menangis tersedu hanya demi konten semata. Mereka menunjuk ke arah sebuah gambar besar; naga merah yang panjang. Menunjukkan bahwa gedung itu habis dimakan api tanpa ampun.
Tidak lama kemudian, terdengar suara sirene pemadam kebakaran yang disusul oleh ambulance. Mobil pemadam itu berhenti, meminta agar beberapa orang yang berada di zona tidak aman untuk mundur ke zona yang lebih aman. Terdengar suara teriakan dari laki-laki tinggi yang merupakan pemimpin dari pemadam kebakaran itu. Meminta kepada anggota yang lainnya untuk segera menyemprotkan air ke arah gedung itu.
Api seperti menari-nari di angkasa, aroma gosong semakin menjadi-jadi dan beberapa orang terekam kamera berlarian dengan tubuh terbakar. Di beberapa tempat, orang berteriak meminta tolong, namun bangunan runtuh menimpa mereka. Menjadi penghalang yang tidak mudah untuk dihilangkan.
Mobil-mobil dari berbagai stasiun televisi pun mulai berdatangan—meliput kekacauan di gedung milik kelompok Naga merah dengan sangat antusias. Tidak lama kemudian, ada dua mobil di mana mobil satunya berisi seorang laki-laki dengan kemeja birunya. Menatap gedung itu dengan tatapan kesalnya. Polisi mulai berdatangan setelah api dapat ditaklukkan.
"Bagaimana dengan keadaan para anggota Naga merah yang lainnya?" Tanya laki-laki itu kepada bodyguard yang tengah memayungi dirinya itu.
Bodyguard itu terdiam sejenak sambil menggelengkan kepalanya, "hm, ... kemungkinan tidak ada yang tersisa, Tuan. Semuanya dimakan api dan hancur."
"Kalau begitu, minta keterangan dari polisi yang menyisir tempat ini dan segera berikan laporkan kepadaku. Aku akan merokok di sana." Tunjuk laki-laki itu kepada dua orang polisi yang baru saja memasangkan garis polisi disekitar gedung.
Perlahan, api padam. Yang tersisa hanyalah asap yang membubung tinggi di angkasa, membuat para pengguna jalan merasa kesulitan karena asapnya yang mengurangi jarak pandang.
Dua bodyguard suruhan laki-laki itu tengah meminta informasi kepada dua polisi yang berdiri di depan garis. Awalnya mereka tidak mau bicara. Namun setelah melihat laki-laki itu duduk tidak jauh dari kerumunan, akhirnya dua polisi itu mau memberi sedikit informasi.
Setelah mendapatkan informasi, kedua bodyguard itu kembali mendekat ke arah laki-laki itu.
"Apa yang mereka katakan?" Tanya laki-laki itu kepada kedua bodyguard yang diutusnya untuk mencari tahu.
Salah satu bodyguard itu mendekat dan mulai bicara, "mereka bilang bahwa kemungkinan terjadinya kebakaran karena arus pendek."
"Mereka benar-benar gila!" Tandas laki-laki itu dan menginjak puntung rokoknya yang masih setengah. "Aku merasa aneh karena ledakan sebesar itu tidak dianalisis sama sekali. Apa mereka tidak mendengar ledakan beberapa kali itu? Apakah itu yang namanya arus pendek?" Sambung laki-laki itu sambil tertawa hambar.
Gala keluar dari mobil dan berjalan mendekati sang Kakak yang duduk di sebuah kursi dengan dua bodyguard yang memayunginya.
"Bagaimana? Kamu tidak percaya bahwa semua bisa dilakukan orang yang kita kira tidak mampu untuk membaca situasi?" Tanya Gala pada Kakaknya. "Arkana tidak sebodoh yang kita kira. Dia akan tahu jika seseorang mendekatinya karena sesuatu. Dia peka ketika seseorang berubah sedikit saja. Bermain cantik itu perlu. Apalagi bermain dengan cerdas. Ketahui kelemahannya, dan gunakan kelemahan itu untuk membunuhnya." Sambungnya.
Laki-laki itu tersenyum sinis ke arah Gala, "apa itu artinya kamu sudah bisa menentukan pilihan? Menjadi baik seperti malaikat yang berusaha memaafkan kesalahan temanmu atau berjalan di jalan setan yang penuh dengan lumpur?"
Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Gala selain sebuah senyuman.
"Terkadang, ... orang yang baik seperti malaikat adalah seburuk-buruknya setan yang begitu jahat."
Kalimat itu ditutup dengan senyum. Gala sendiri mulai meninggalkan Kakaknya dan masuk ke dalam mobilnya.
"Ada yang aneh dengan anak itu!" Tandas laki-laki itu karena melihat ada yang aneh dari sikap Gala.
Bahkan beberapa hari ini, sikap Gala berubah-ubah. Terkadang terkesan pro dengannya. Namun kadangkala terlihat seperti tidak setuju dengan keputusan yang diambilnya.
Aneh!
Gala melajukan mobilnya untuk meninggalkan tempat kejadian dan berhenti di sebuah tempat yang sepi. Laki-laki itu memilih mengeluarkan sebatang rokok dari dasbor mobilnya dan menikmati waktunya untuk sekedar merokok sendirian tanpa larangan Isabela. Perempuan itu selalu melarangnya untuk merokok karena katanya tidak baik untuk kesehatan Gala dan Isabela tidak ingin melihat Gala sakit nantinya.
Ah, Gala membenci pikirannya sendiri. Dia seperti orang bodoh sekarang. Mengapa dia bicara tentang membunuh seseorang? Bodoh!
~~~~~~~~~
Cliring! Pintu terbuka setelah suara password pintu terdengar. Big Boss menenteng dua plastik besar berisi makanan ringan dan juga minuman soda. Dengan raut wajah senangnya, Big Boss mengangkat kedua plastik belanjaannya ke udara—berusaha memperlihatkannya kepada Happy dan King yang sama-sama sibuk dengan alatnya masing-masing.
"Kenapa kalian fokus sekali?" Tanya Big Boss yang memasukkan kaleng minuman soda itu ke dalam lemari pendingin.
Happy mengangkat kedua bahunya bingung, "aku baru saja membaca berita tentang kebakaran di Naga merah. Alasan kebakarannya cukup aneh! Apakah itu hanya sekedar alibi saja? Bukan karena seseorang yang sepertinya membuat bom rakitan, mencampur beberapa senyaw—"
"Aku memang melakukannya. Aku merakit bom itu, persis seperti yang Bear katakan di dalam videonya. Aku hanya berusaha membuatnya dengan sangat baik. Tapi, ... rupanya itu jauh lebih baik dari apa yang kuharapkan. Aku berhasil!" Sambung Big Boss tanpa rasa bersalah sama sekali.
Prang! Piringan yang dibawa oleh King jatuh begitu saja. Jujur saja dia kaget dengan pernyataan Big Boss yang tanpa beban sama sekali.
"Kamu lebih mirip dengan seorang psikopat daripada seorang pembunuh bayaran!" Tandas King dengan heran.
Big Boss mengangguk, "memang! Rasanya lega saat melihat semua orang di dalam gedung itu mati mengenaskan. Orang itu, ... pantas mati."
Kalimat terakhir seperti memberikan bukti bahwa ada sesuatu yang telah terjadi sehingga Big Boss terlihat semarah itu dan sepuas itu.
"Aku selalu menyingkirkan orang yang mengganggu kehidupanku dan keluargaku. Aku tidak akan pernah membiarkan hama sekecil apapun, menggerogoti hidupku." Sambung Big Boss dengan nada serius.
"Bagaimana kamu melakukannya?" Tanya Happy kemudian.
Tentu saja Big Boss tidak langsung mengatakan seluruh kebenarannya. Dia tidak mengatakan bahwa orang itu mengikutinya. Dia tidak mau jika teman-temannya mengkhawatirkan dirinya, terlebih membuat mereka semua panik karena identitasnya mungkin sudah diketahui banyak orang.
Big Boss bisa saja dengan mudahnya langsung membunuh orang itu. Tapi saat itu, dirinya berpikir untuk meletakkan bom rakitannya di dalam mobil laki-laki itu. Pembuatan bom itu menggunakan senyawa kimia yang diajarkan oleh Bear dan bagaimana cara agar berfungsi pun telah Bear jelaskan dengan baik di dalam videonya.
Hingga akhirnya, bom itu meledak tepat sasaran. Meledak di basement dan membuat guncangan besar di gedung itu, lalu membuat api yang langsung membumbung tinggi dan melahap seluruh gedung. Sampai akhirnya semua orang ditemukan tewas terpanggang.
"Kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari kami, bukan?" Tanya Happy kemudian karena merasa ada yang aneh dari sikap Big Boss pada mereka.
Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya pelan, "aku akan membagi seluruh informasi yang aku dapatkan kepada kalian. Jadi jangan terlalu khawatir."
Mereka akhirnya terdiam, fokus kepada pikirannya masing-masing. Big Boss tersenyum kecut. Dia tidak tahu harus mengatakannya atau tidak tentang; ada orang yang mungkin sudah tahu identitasnya. Namun dengan mengatakan kepada semua temannya, bisa jadi mereka akan khawatir dengan keselamatannya. Padahal ini hanya sebuah praduga yang tidak mempunyai bukti sama sekali.
"Aku meminta kepada kalian semua. Jangan ada lagi yang bernasib seperti Bear. Dia terlalu baik untuk sekedar dimakamkan tanpa saudara. Bahkan kita sebagai temannya saja tidak bisa mengaku sebagai teman dekat. Kita seperti orang-orang dungu yang tidak bisa menolong teman kita bahkan di detik-detik terakhirnya. Jadi aku sangat meminta kepada kalian semua, jangan terluka sedikitpun!"
Terdengar helaan napas kasar dari bibir mereka.
"Tidak akan ada yang seperti Bear lagi. Kita harus saling menjaga dan saling membantu. Kita tidak boleh kehilangan satu lagi teman kita." Sambung Happy yang mendapatkan anggukan dari King.
Sekarang, mereka hanya bisa berharap bahwa semuanya akan tetap baik-baik saja. Tidak ada lagi yang terluka, apalagi mati dengan sia-sia.
"Seharusnya, kita tidak perlu menyelesaikan masalah yang tidak perlu. Kita harus membuka kembali lembaran baru dan memulai semua dengan misi yang terbaik lagi. Kita bisa melakukan semuanya secara bersama-sama, meskipun tidak ada lagi Bear ditengah-tengah kita." Ucap King menambahi.
Semuanya hanya bisa mengangguk. Terkadang, membahas tentang Bear memang terdengar emosional. Bear sangat baik dan sangat mereka rindukan. Sehingga, kepergiannya membuat luka yang besar di hati mereka semua.
~~~~~~~~~