BAB 35 | Rahasia Besar

1571 Words
TERCIPTANYA sebuah kelompok pembunuh bayaran dengan nama 'Jendela Kematian', tidak terbentuk begitu saja. Ada proses panjang yang menjadikan kelompok itu hidup dan akhirnya mulai menyingkirkan satu atau dua orang atas perintah orang lain. Dan adanya Big Boss bukan hanya tentang bagaimana seorang manusia yang merekrut orang lain untuk masuk ke dalam kelompoknya dengan menawarkan uang yang berlimpah. Namun bagaimana seseorang yang mempunyai tujuan yang sama dengan orang lain yang direkrutnya. Semua orang yang berada di Jendela Kematian bukan karena mereka ingin dan senang dengan pekerjaan itu. Ada saat di mana mereka merasa sangat bersalah dan juga merasa jika tidak pantas disebut sebagai manusia karena melakukan pekerjaan yang kotor seperti ini. Namun, mereka adalah manusia-manusia yang terbuang dan diasingkan. Mereka mempunyai kemampuan yang sangatlah luar biasa. Sayangnya, mereka tidak terlihat sama sekali. Hanya karena tidak mempunyai ijasah dan tentunya tidak mengenal orang dalam. Pada jaman sekarang, hidup dengan mengandalkan skill saja sepertinya tidak akan dilirik. Semua itu akan kalah dengan orang yang mempunyai koneksi. Apapun itu keahliannya, tak ada orang yang membantu, hasilnya pun akan tetap sama saja. Sehingga mereka menggunakan keahlian itu untuk hal yang salah. Hal salah yang memberikan dampak besar untuk semua orang yang berada dalam kelompok itu. Mereka memang seorang pembunuh! Kenyataan itu tidak akan hilang. Hanya saja, demi hidup mereka sendiri. Mereka tidak mempunyai dendam kepada orang-orang itu, mereka pun tak mempunyai masalah sama sekali. Hanya saja, mereka mendapatkan tugas membunuh seseorang. Dan terkadang, Big Boss membungkus kata-kata pembunuhan itu sebagai misi antar paket. Mereka adalah kurir yang memang ditugaskan mengantar targetnya ke akhirat. Itulah mengapa Big Boss selalu mengatakan tentang 'antar paket yang dilakukan kurir'. Setidaknya meringankan beban saat eksekusi dan mengurangi rasa bersalah pada saat itu. Walaupun pada kenyataannya, akan timbul perasaan menyesal yang amat dalam ketika misi itu sudah selesai—mereka tetaplah manusia biasa yang mempunyai perasaan bersalah setelah melakukan kesalahan. Namun, ini lah pekerjaan mereka. Pekerjaan yang sudah membuat mereka terbangun dari mimpi buruk kemiskinan yang mendera. Pekerjaan yang akhirnya mempertemukan satu dengan yang lainnya untuk menjadi seorang rekan meksipun tidak saling mengenal. Lagipula, memanggil dengan nama samaran saja sudah terlihat sangat akrab. Big Boss selalu mengatakan bahwa; semakin mengenal temanmu, maka semakin dekat dengan pengkhianatan. Itulah mengapa Big Boss memberikan jarak diantara satu sama lain meski hanya dengan sebuah topeng yang merubah wajah mereka. Untunglah ada Happy yang bisa merekayasa teknologi yang dimilikinya. Sehingga mereka bisa bertemu dengan nyaman tanpa takut ketahuan. Lagipula, tidak ada yang mereka bicarakan kecuali pekerjaan. Kadangkala bercerita hanya tentang hal-hal sepele yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan nyata mereka. Untuk menghindari bocornya rahasia satu sama lain. Mereka menjadi satu pun karena takdir yang ikut bekerja. Alam dan takdir seperti menyatukan mereka, mempertemukan mereka satu sama lain dan akhirnya membaur menjadi satu dalam sebuah kelompok yang akhirnya mereka sebut dengan Jendela Kematian. Meskipun yang mendirikan langsung adalah Big Boss, namun semua anggota mempunyai peran penting. Terlebih mereka adalah orang-orang dengan IQ tinggi yang dilupakan oleh pemerintah. Terkadang, mereka-mereka yang mempunyai peluang bagus untuk masuk ke dalam pemerintahan pun ditolak begitu saja. Padahal mereka tidak tahu bagaimana kapasitas yang akan diberikan untuk masalah yang dihadapi dunia saat ini. Andai saja pemerintah membuka sedikit saja jalan untuk mereka berlima—negara ini sudah menjadi negara super power yang kaya akan sumber daya manusianya. Ini baru lima orang, belum lagi orang-orang jenius yang tidak terlihat di luaran sana. Jadi, apakah masih perlu bertanya tentang orang-orang mumpuni yang berhak duduk di kursi pemerintahan jika memang mereka menolak yang mampu dan memilih orang yang mempunyai koneksi dengan orang dalam? Dari banyaknya misi, mereka pun mempunyai misi sendiri. Yang paling umum adalah bertahan hidup. Tidak ada yang ingin mati sia-sia. Sehingga mereka mempunyai banyak sekali alat untuk bertahan hidup. Sehingga tidak mudah membunuh mereka. Jangankan untuk membunuh, mengetahui identitas mereka saja sudah sangat sulit. Lebih parahnya lagi, tidak ada yang tahu bahwa kelompok itu memang ada. Para petinggi pun memilih tutup mulut ketika media bertanya tentang isu pembunuh bayaran Jendela Kematian. Mereka melakukannya karena tidak mau ketahuan pernah menggunakan jasa mereka semua. Meskipun banyak sekali pihak yang mendesak adanya pengusutan tentang kelompok itu—tetap saja tidak ada pergerakan yang signifikan. Itu semua karena mereka pun bersalah, menggunakan cara kotor untuk membunuh orang lain. "Apakah kepolisian tidak mengusut tuntas kasus beberapa orang yang meninggal akhir-akhir ini? Apakah semua itu tidak berhubungan dengan kelompok pembunuh bayaran yang sedang santer diberitakan akhir-akhir ini?" "Apakah kelompok itu memang ada? Ataukah hanya pengalihan isu saja?" "Apakah benar Jendela Kematian disewa oleh banyak petinggi untuk menyingkirkan rival mereka?" "Apakah benar Jendela Kematian berisi orang-orang dengan IQ tinggi yang dibuang pemerintah?" "Apa yang mereka lakukan sehingga tidak meninggalkan jejak sama sekali? Apakah mereka memanipulasi data juga?" Seorang laki-laki tersenyum menatap ke arah layar besar yang berada tepat di pusat kota. Beberapa pejalan kaki yang kebetulan berada di sana pun ikut menyaksikan tayangan yang disiarkan secara langsung dari gedung kepolisian. Suara ribut kembali mendominasi ruang publik itu, mereka membicarakan tentang adanya grup Jendela Kematian dan sok tahu tentang semuanya. Laki-laki itu hanya bisa menyembunyikan perasaan puasnya dan berjalan melangkah pergi dari kerumunan itu. "Sekeras apapun kalian mencari dan menemukan faktanya. Jalanan buntu yang akan kalian dapatkan!" Tandas laki-laki itu kembali menekan tombol yang ada di telinganya—mengganti wajahnya dengan wajah lain untuk menutup identitasnya. Big Boss berjalan santai, lalu masuk ke dalam markas. Ponselnya kembali dihidupkan dan pintu pun terbuka, memperlihatkan Happy dan Bear yang berada dalam ruangan dengan menatap komputer di depan mereka. "Sepertinya, rencana kita berhasil!" Ucap Happy sambil berjoget ria dan memperlihatkan layar komputernya ke arah Big Boss yang melebarkan senyumnya. "Sudah aku bilang, Beauty dan King sangat pandai memanipulasi semua orang. Mereka jago acting. Kita hanya perlu menunggu media mengabarkan kembali tentang kita. Seperti seorang kucing yang memakan umpan ikan asin. Begitu 'kan filosofinya?" Tanya Bear dengan antusias. Big Boss tersenyum, "kita mengikuti alur permainan yang dibuat mereka dan membuat mereka terdesak. Lalu mereka akan menutup seluruh akses pencarian tentang kita karena sudah lelah! Mereka tidak akan mendapat informasi apapun, karena mereka memang tidak tahu. Menyebarkan isu, memberikan berita pembuka kepada wartawan untuk mereka analisis, rencana yang tidak pernah aku pikiran sebelumnya. Namun dunia jurnalistik di negara kita memang paling tepat untuk memberikan isu dan pengalihan isu." "Lalu, bagaimana jika mereka tahu kebenarannya? Tepatnya lagi, ... bagaimana jika kita terkena apes? Apakah kita akan baik-baik saja?" Tanya Happy menimpali. Big Boss menghela napas panjang kembali, "kamu tahu, aku sedang berusaha untuk menghilangkan segala kemungkinan buruk lainnya. Aku sudah mengirimkan berkas lain yang lebih menarik daripada kabar tentang kelompok pembunuh yang belum tentu kebenarannya. Karena, adanya pembunuh bayaran seperti kita sangat banyak di dunia ini. Tapi, kenapa harus kita yang terlihat di permukaan? Bahkan mereka bisa tahu nama kelompok kita! Apakah mungkin ada yang membocorkan semuanya?" "Apa maksudmu?" Tanya Bear yang menatap Big Boss dengan tatapan penasaran, begitupun dengan Happy yang menunggu jawaban. Big Boss tersenyum samar, "semua isu, ... pasti berasal dari sumber yang terpercaya. Tentu saja orang itu tahu dengan jelas bagaimana cara kerja kita. Orang yang melemparkan ikan asin bukan orang sembarangan. Dia benar-benar bermain pelan untuk menarik ikan asinnya agar tidak termakan oleh kucing." "Aish, kenapa kamu menggunakan filosofi yang lebih rumit?" Tandas Happy dengan frustasi. "Isu tentang adanya pembunuh bayaran Jendela Kematian bukan hanya sekali dua kali ini dibahas di televisi atau tersebar menjadi artikel di internet. Beberapa kali berita itu muncul, bahkan mereka sadar saat sebuah artikel diunggah di sebuah web pribadi. Bukankah aneh ketika orang itu membahas kita tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya? Aku yakin dengan jelas bahwa orang itu tahu banyak tentang kelompok kita. Tugas kita sekarang adalah mencari tahu siapakah orangnya." Ucap Big Boss menjelaskan. Bear mengerutkan keningnya, "apa itu artinya ada pengkhianat diantara kita?" Tentu saja Big Boss menggelengkan kepalanya dengan cepat, "aku yakin dengan kalian semua. Tidak ada yang berkhianat dalam kelompok kita. Aku hanya berusaha mempelajari tentang polanya. Dan orang yang kita cari itu adalah orang yang pandai sekali menganalisis keadaan dan membuat skema kejadian berikutnya. Penulis itu kemungkinan ada dua; dia handal dalam menganalisis keadaan atau dia tahu identitas salah satu diantara kita. "Ah, sial, kenapa opsi kedua sangat menyebalkan?" Tandas King yang baru saja masuk bersama dengan Beauty. "Baru saja kembali, sudah mendapatkan analisis-analisis gila seperti itu!" Sambung King dengan keluhan panjang. "Apa Happy tidak bisa mencari tahu?" Tanya Beauty yang memilih duduk disamping Big Boss. Happy hanya menggeleng pelan dengan tatapan serius, "orang itu lebih ahli daripada aku. Dia sudah memproteksi web- nya dengan baik. Hanya artikelnya yang tetap bertahan di internet tentang kelompok kita—ketika artikel lainnya hilang dari peredaran." "Apakah itu artinya buruk?" Tanya King lagi. Big Boss mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum, "apa kalian tahu bahwa El menghilang?" "APA?" Kompak mereka semua saat mendengarkan kabar mengejutkan itu. "Bagaimana bisa?" Tanya King yang tidak santai. Pandangan Big Boss mengarah pada Beauty yang berada disampingnya. "Apa?" Tanya Beauty dengan wajah penasaran. Big Boss menepuk pundak Beauty beberapa kali, "kamu tidak terlibat dalam menghilangnya El, 'kan? Aku tidak mau kamu mendapat masalah dari kejadian ini." Beauty hanya menggelengkan kepalanya pelan, "aku tidak terlibat!" "Baiklah!" Jawab Big Boss dengan serius. "Jika tidak bisa mengatasinya sendiri, kamu bisa mengatakannya kepadaku. Kita tim 'kan?" Sambung Big Boss kembali. Beauty tersenyum, "walaupun kita satu tim, kita sudah sepakat untuk tidak memberikan informasi apapun kepada siapapun. Bahkan ketika kita sekarat sekalipun. Aku tidak akan membagi apapun dengan siapapun. Tapi, ... aku tidak melakukannya." Mereka semua terdiam, tidak mengerti apa yang dikatakan Beauty. ~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD