bc

Harta, Tahta, dan Misi Rahasia

book_age16+
425
FOLLOW
1.7K
READ
family
playboy
popstar
drama
comedy
sweet
bxg
campus
friendship
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Lima orang mahasiswa dipertemukan dalam satu bangunan bernama Indekost Xabara yang terletak di pinggiran kampus ternama di Indonesia. Mereka adalah Gara, Taka, Etha, Daera, dan Serin. Mereka memiliki tujuan dan masalah hidup yang berbeda.

♛ Harta, Tahta, Wanita ~ Gahara Nadir (Mahasiswa Fakultas Hukum, 19 tahun)

♛ Harta, Tahta, Nilai A ~ Kintaka Gala (Mahasiswa Departemen Manajemen, 19 tahun)

♛ Harta, Tahta, Alifbata ~ Arzetha Rahsya (Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, 20 tahun)

♛ Harta, Tahta, Cerita ~ Daera Shesa Ozera (Mahasiswi Departemen Seni Teater, 19 tahun)

♛ Harta, Tahta, Cinta ~ Arnika Kaserin (Mahasiswi Departemen Seni Musik, 20 tahun)

Kelima penghuni indekost ini memilih bekerja sama untuk menyelesaikan masalah satu sama lain. Mereka membuat kesepakatan rahasia dan mulai melancarkan aksi untuk menyelesaikan misi.

chap-preview
Free preview
⛧ Chapter 1 ⛧
Malam itu, indekost Xabara sedang ramai-ramainya. Setelah pulang ke rumah masing-masing karena libur panjang semesteran, kini para penghuninya telah kembali ke kamar indekost mereka. Sambil melepas rasa kangen karena lama tidak berjumpa, mereka berkumpul di ruang tengah dan bertukar cerita. "Liburan kemarin, lo jadi ngedaki gunung?" tanya Serin pada Gara yang baru selesai mandi dan tengah mengeringkan rambutnya yang sudah cukup gondrong itu. Gara yang merasa diajak bicara oleh Serin akhirnya menjauhkan hairdryer yang ia pinjam dari Daera. Ia lalu menjawab, "Jadi, tapi nggak sampai puncak. Pas banget kemarin hujan deras dan kabut lumayan tebal. Gue sih pengen banget lanjut. Tapi temen gue bawa adik ceweknya dan dia baru pertama coba ngedaki. Nggak mau ambil risiko, kami pilih turun aja." "Kan liburan panjang, Gar. Kenapa nggak rencanain lagi buat ngedaki?" tanggap Daera yang barusan keluar dari pantry membawa sepiring kentang goreng. "Susah pasti cari waktunya. Ya kan, Gar?" timpal Taka yang menyusul Daera keluar dari pantry. Taka membawa mangkuk berisi mi rebus yang kelihatan baru matang dan masih mengepulkan cukup banyak uap. Gara mengangguki perkataan Taka. Gara juga merangsek mendekati Taka untuk mencicipi mi buatan Taka. "Ka, minta dikit dong," pintanya. Taka hanya melirik sebal. Namun ia tetap menyodorkan mangkuk mi rebusnya ke hadapan Gara yang terlihat kelaparan. Sambil menunggu mangkuk mi rebusnya kembali ke dalam dekapan, Taka mengedarkan pandangan. Ia pun bertanya, "Etha di mana?" Daera yang sudah hafal betul kebiasaan Etha selepas sholat maghrib pun menjawab, "Biasa, lagi berdoa sama baca Al-Qur'an." Mendengar jawaban Daera, Taka mengangguk-angguk saja. Ia memang cukup kagum dengan Etha yang bisa rajin beribadah, tidak seperti dirinya. Tiba-tiba, salah satu ponsel yang tergeletak di meja berdering dengan cukup keras. Serin yang dengan sigap menyambar ponsel itu menandakan bahwa ia lah pemiliknya. Sambil mengangkat panggilan telepon yang masuk, Serin bergegas memisahkan diri dari tempat teman-teman sekostnya berkumpul. "Serin pasti dapat tawaran manggung lagi," tebak Gara yang sudah kembali ke posisinya untuk mengeringkan rambut. Ia juga sudah mengembalikan mangkuk mi rebus milik Taka yang isinya sudah ia kuras setengahnya. Taka dan Daera mengangguk-angguk setuju untuk pernyataan Gara barusan. Tebakan mereka soal Serin juga sama dengan tebakan Gara. Memang penghuni indekost ini sudah hafal dengan kesibukan Serin yang tidak akan jauh-jauh dari hobinya yaitu bernyanyi. Fokus mereka akhirnya teralihkan saat seorang cowok berpeci berjalan menuruni tangga. Siapa lagi kalau bukan Etha. Ia rupanya baru menyelesaikan kegiatan ibadahnya. "Makan, Bro," tawar Taka basa-basi. Etha hanya tersenyum ramah dan menolak tawaran Taka dengan gelengan kepala. Ia lantas duduk di karpet dan turut menonton televisi. Keadaan pun hening sejenak. Kebanyakan dari penghuni indekost Xabara memang cukup segan dengan Etha yang terkenal alim dan tidak pernah macam-macam serta selalu taat pada agamanya. Namun akhirnya Taka berani menyenggol Etha. Ia bertanya, "Lo kenapa sih milih tinggal di indekost? Perasaan rumah lo juga masih lumayan deket. Apalagi bokap lo kan rektor di universitas ini. Enak tuh kalau berangkat pulang bareng bokap." "Emangnya Etha anak SD yang jam datang sama pulangnya selalu sama setiap hari makanya bisa bareng bokapnya? Gimana kalau dia cuma ada kelas pagi atau justru kelas sore?" sarkas Gara yang kadang memang gampang emosian. Apalagi kalau menyangkut keanehan Taka. Taka hanya berdecak menanggapi sarkasnya perkataan Gara. Ia lalu memilih tidak bicara lagi dan fokus menghabiskan mi rebusnya yang sudah tidak terlalu panas. Bisa-bisa kalau meleng sedikit lagi, mi nya akan habis dilahap Gara yang lumayan rakus itu. "Etha mau?" ujar Daera sembari menyodorkan piring berisi kentang goreng ke hadapan Etha. Belum sempat Etha menjawab, Gara justru menyambar. Ia yang tiba-tiba sensi pun berkata, "Etha doang yang ditawarin. Gue kagak!" "Ih, anak perawan hobi marah-marah. Lagi PMS lo?" seloroh Daera yang membuat Gara mendelik kesal. Gara yang tidak pernah mau kalah akhirnya mengancam, "Gue rusakin nih hairdryer lo." "Eh, Si Anjing, udah bagus gue pinjemin. Lo malah ngelunjak mau ngerusakin," balas Daera sembari bangkit dari duduknya dan berlari merebut hairdryer-nya dari tangan Gara. Setelah mendapatkan kembali hairdryer-nya, Daera pun misuh-misuh, "Dasar Gara, hobi banget lo nyari gara-gara sama gue." Gara hanya terkekeh dengan tanpa merasa berdosa. Sementara Etha yang sejak tadi diam saja melihat kericuhan itu akhirnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Taka yang lumayan suka keributan justru menatap Gara dan Daera seolah meminta kedua temannya itu untuk kembali saling menyerang. Namun harapan Taka tidak terwujud karena perhatian semua orang di ruangan itu akhirnya teralih pada Serin. Serin berjalan dengan gontai. Wajah ngantuknya sudah kentara dengan jelas meski saat ini belum terbilang malam. Sesampainya di ruang tempat teman-temannya berkumpul, Serin langsung bercerita. Mungkin lebih tepatnya, Serin memaki-maki manajer bandnya. "Sumpah ya. Dia bener-bener ambisius banget. Masa dia bilang kalau nanti jam delapan, gue sama anggota band yang lain kudu dateng latihan. Alasannya hari minggu besok kami bakal nerima tawaran manggung di kafe lagi. Padahal liburan juga baru selesai dan kuliah belum mulai. Udah padet aja jadwal nge-band gue." "Wah, lo kudu minta bayaran lebih, nih. Jangan mau disuruh manggung sana-sini tapi duit hasil manggung justru masuk ke kas yang entah bakalan dipake buat apa. Bisa apes kalau duit hasil keringat band lo malah dikorup sama manajer lo." Taka yang dasarnya adalah mahasiswa di jurusan manajemen itu memberi petuah. Dia memang selalu melihat segala sesuatu sebagai peluang bisnis. Makanya tak heran kalau beberapa kali, Taka memenangkan lomba bisnis plan. Serin mengambil tempat duduk di sebelah Daera. Ia pun menjawab, "Hmm, nggak sih kayanya. Dia emang lumayan mata duitan, makanya semua tawaran manggung dia terima. Tapi sejauh ini semua pemasukan dan pengeluaran tercatat jelas." Taka mengangguk-angguk dan membalas, "Baguslah kalau gitu. Berarti kerja keras lo dan band lo nggak akan sia-sia." Setelah itu, tak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Hanya ada suara televisi yang mengisi kekosongan di ruangan ini. Di tengah-tengah kekosongan pembicaraan, Etha terlihat agak gelisah karena menimbang-nimbang sesuatu dalam pikirannya. Teman-temannya yang bisa merasakan kegelisahan Etha, hanya bisa menunggu hingga Etha mau bicara. Akhirnya setelah lama dinanti, Etha buka suara juga. Ia hanya bicara dengan suara lirih yang membuat keempat temannya harus memasang telinga baik-baik untuk bisa mendengarkan ucapannya. Begini katanya, "Aku sebenernya pengen mencalonkan diri sebagai bendahara organisasi yang aku ikuti. Tapi aku ragu." "Ya, elah. Jadi bendahara doang mah ngapain harus ragu-ragu. Kirain lo mau daftar jadi ketuanya." Taka yang cukup blak-blakan menjadi yang pertama berkomentar. Sontak saja Daera menggeplak kepala Taka agar berhenti berkata yang mungkin menyinggung perasaan Etha. Sudah bagus Etha mau bercerita. Biasanya Etha hanya kebagian peran sebagai pendengar karena dia merupakan orang yang cukup tertutup. "Lanjut, Tha," pinta Daera pada Etha dengan hati-hati. Etha tersenyum canggung. Ia dengan ragu melanjutkan ucapannya, "Sebenernya bukan masalah menjadi bendaharanya. Tapi tugasnya." Etha kembali menjeda ucapannya dan membuat teman-temannya saling tatap karena kebingungan. Tapi Etha tak kunjung melanjutkan ucapannya. Karena penasaran, Serin kembali meminta Etha melanjutkan ceritanya. "Iya, kalau kalian tau bagaimana sifat calon ketua organisasi di mana aku bergabung ini, kalian akan berpikir dua kali buat menjadi bawahannya," ujar Etha dengan sangat hati-hati. "Kok gitu?" cecar Gara yang makin dibuat penasaran. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
662.6K
bc

Istri Muda

read
392.5K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M
bc

Me and My Broken Heart

read
34.7K
bc

Yes Daddy?

read
799.6K
bc

DRIVING ME CRAZY (INDONESIA)

read
2.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook