B E. Part 2b

1157 Words
“Jangan harap. Lepasin nggak atau gue bikin lo nyesel!” ancam Gio balik. Sera tergelak, “Ancaman lo nggak mempan. Bisanya ngancam cewek, lo kira gue takut” Keduanya menjadi tontonan orang, syukurnya hanya sedikit yang menyaksikan tingkah konyol dan barbar keduanya. Byurrrrr!!! Tubuh Sera tercebur dalam air karena ulah Gio menarik tangannya. Pria itu benar-benar membuktikan ancamannya kepada Sera. Gio seolah lupa kalau yang ia hadapi adalah seorang wanita. “Gio..!!” teriak Sera begitu kepalanya muncul ke permukaan air. Ia terbatuk beberapa kali karena air masuk ke dalam mulut dan hidungnya. Gio tergelak puas, “Makanya jangan main-main sama gue. Lo sok nggak takut sama peringatan gue. Tapi baru juga nyebur ke kolam udah histeris begitu” “Gila lo ya, berani sama cewek!” Sera benar-benar kesal. Keduanya berdiri berhadapan, Sera masih menenangkan napasnya. Meraup wajah yang basah agar bisa melihat dengan jelas. Karena kolam cukup dalam, yang nampak hanya kepala Sere menyembul dari dalam air. Sedangkan Gio hanya terendam sebatas dadanya saja. Gio menatap Sera lekat-lekat, memperhatikan gadis yang ada di hadapannya.“Rambutnya basah dan..” Gio memalingkan wajah, tidak melanjutkan apa yang ada di pikirannya. “Apa lo? Jangan bilang lo punya niat jahat biar gue kelelep di sini? Segitu nggak sukanya lo sama gue ya” ucap Sera dengan jutek. Gio kembali menatap Sera dengan tatapan menatang, “Lo itu bisa nggak pikirannya jangan negatif melulu sama orang. Berdosa banget lo.” Sera menepuk air ke arah Gio, “Biarin! Suka-suka gue” ucapnya kemudian menjauh dari Gio. Sera keluar dari area kolam renang dengan tubuh basah. Ia tidak sanggup berada di dalam air terlalu karena sangat dingin. Kaos putih dan hot pant berbahan jeans yang ia kenakan jelas sudah bagaimana nasibnya. “Mau ke mana lo?” tanya Gio. “Mau ke Pluto biar nggak perlu ketemu manusia jenis lo” jawabnya ketus. Gio yang sejak tadi memperhatikan Sera, mengedip beberapa kali. Ia dengan jelas bisa melihat baju yang digunakan Sera tembus pandang karena basah. Ia juga bisa melihat warna bra yang di gunakan Sera. Beberapa detik pikirannya menjelajah liar namun seketika ia sadar jika Sera adalah keponakan dari adiknya. Gio memalingkan wajah, ia segera pergi ke pinggir kolam tempat menyimpan handuk. “ Sera tunggu!!” pinta Gio dengan suara lantang. Sera tidak menggubris, ia melenggang tanpa tahu bagaimana kondisi tubuhnya. Tanpa tahu kalau ada sesuatu yang menarik perhatian setiap orang yang melihat. Dengan cekatan, Gio menutup tubuh Sera dengan handuk.”Pakai ini. Lo nggak berniat pamer warna daleman, kan?” tangan Gio masih melingkar di punggung Sera menahan handuk agar tidak terjatuh. Sera yang terkejut hanya bisa diam. Ia menoleh ke samping tepat di mana Gio berdiri. Wajah keduanya begitu dekat. Tapi bukan itu masalahnya, kalimat yang diutarakan pria itu membuat tangan Sera segera menyambar handuk dan menjauh dari Gio. “Lo lihat apa?” tanya Sera curiga sambil memegang handuk begitu erat. Gio mendengus kesal, “Gue nggak lihat apa-apa. Gue cuma mau minta maaf udah bikin lo basah kuyup. Anggap aja handuk ini sebagai tanda permohonan maaf dari gue ke lo” Gio berlalu dari hadapan Sera yang masih mematung. Sera membuka handuk yang menutup bagian atas tubuhnya. Ia terbelalak saat melihat samar-samar area dadanya yang tercetak jelas dengan bra berwarna hitam “Astaga, Sera” ucap Sera histeris. Setelah mandi dan berganti pakaian, Sera kembali menatap cermin yang ada di kamar mandi. Melihat tubuhnya sendiri dari pantulan cermin, mengingat apa yang terjadi tadi pagi di kolam renang bersama Gio. “Dasar otak m***m. Semua ini gara-gara cowok nyebelin itu. Aset gue hampir jadi konsumsi publik. Kira-kira dia lihat nggak ya isi dari bungkusan hitam ini?” Sera menghentakkan kakinya dan mengerang sebal. “Malu banget kalau ketemu dia. Mau taruh di mana muka gue? Dia tahu warna dan bentuk bra seorang Sera yang masih suci” Sera memukul kepalanya beberapa kali dengan tangan karena saking frustasinya. Saat ini ia hanya ingin tidur, tidak mau memikirkan kejadian tadi pagi di kolam renang. Kantuknya yang sebelumnya menghilang kini datang lagi dan ia akan tidur. Berharap moodnya kembali membaik setelah di rusak oleh Gio. Sera menggeliat saat mendengar suara ketukan pintu kamar. Matanya masih enggan terbuka. Dengan malas akhirnya ia beranjak dari tempat tidur, “Duh siapa lagi sih? Nggak tahu lagi tidur terus mood berantakan” gerutu Sera sambil melangkah menuju pintu. “Eh kak Adel, ada apa kak?” tanya Sera begitu melihat kakak sepupu Rea berdiri di hadapannya. Mimik wajah juteknya ia tanggalkan dulu karena Adel lebih tua darinya. “Kamu tidur ya? Sory aku ganggu” Adel merasa tidak enak karena Sera terlihat sangat mengantuk. “Nggak masalah kak. Ada perlu apa kak?” tanya Sera santai. “Aku sama  yang lain mau ke Finns. Berangkat jam tiga. Kamu mau ikut nggak? Atau kamu udah punya rencana lain?” “Kok nggak sore kak?” Sera melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. “Ini masih jam dua” setahu Sera paling enak ke sana pas matahari terbenam. “Iya kita mau keliling bentar sebelum ke sana. Gimana?” “Raka ikut?” tanya Sera ragu. “...” Adel mengangguk. “Kalau Gio?” “Semua ikut kok. Mumpung di Bali jadi mau jalan-jalan. Kan dua hari lagi kita udah palang” Sera berpikir sejenak “Oke deh aku ikutan” “Sip. Nanti kumpul di lobi ya” ucap Adel sebelum pergi. *** “Nunggu siapa lagi?” tanya Dimas. Di lobi ada Dimas, Raka, Gio, Adel, Gery dan Anya. Mereka baru saja tiba di lobi, bersiap untuk berangkat. “Tunggu Sera dulu. Bentar lagi datang kok” ucap Anya. “Duh anak itu nggak tepat waktu banget” gerutu Gio “Cewek lo tuh” sindir Gio pada Raka. “Jangan sembarangan, Gi. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia” jawab Raka datar. “Kasihan banget cewek secantik Sera di sia-siakan” celetuk Dimas. Raka otomasi menoleh ke sebelah tempat kakaknya duduk “Lo mau sama Sera?” Dimas mengernyit, “Dia bukan tipe gue” “Ya udah jangan ngomong aneh-aneh lagi” sahut Raka. “Eh tunggu jangan ribut” Adel menghentikan perdebatan saudaranya “Halo, Sera. Kamu di mana? Kita udah di lobi” “...” “Hah? Mendadak banget. Ya udah hati-hati ya” ucap Adel sebelum sambungan telepon terputus. “Kenapa?” tanya Gery. “Sera nggak jadi ikut. Katanya nanti malam harus balik ke Jakarta ada urusan mendadak. Dia juga bilang lagi flu, mau istirahat aja” “Kok mendadak banget?” tanya Raka khawatir. Semua menoleh ke arah Raka. Walaupun ia memang menolak cinta Sera tapi perhatian sebagai teman masih saja begitu besar. “Kenapa kalian semua lihat ke sini” tanya Raka dengan canggung. Gery tersenyum jail, “Nggak suka tapi perhatian” Raka mendesah pasrah, ia tertangkap basah dan tidak bisa membela diri. Karena apa yang akan ia katakan pasti salah. ~ ~ ~ --to be continue-- *HeyRan*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD