YM ~ Rasa Kesal Yang Tidak Seharusnya

1496 Words
Seorang pria muda melarikan diri dari kencan buta yang Orang Tuanya siapkan. Bukan karena dia tidak menyukai wanita, tetapi karena dia benci saat seseorang mencarikan jodoh seakan dia tidak bisa mencarinya sendiri. Sangat menggelikan. Dia bahkan tidak pernah meminta sepeserpun uang dari mereka, tapi kenapa mereka bertindak seakan mereka sangat peduli dengannya? Siapa mereka dan apa hak mereka sampai mengatur hidupnya? Benar benar konyol. Apa mereka tidak tau jika dia adalah seorang perayu ulung, playboy sejati, penipu kelas kakap, serta seorang kep-arat yang gemar berganti pacar layaknya berganti celana dalam? Apa mereka pantas di sebut Orang Tua jika masalah sepele seperti ini saja, mereka tidak tau. Orang Tua yang payah. Damian Anggara, adalah nama yang tersemat sejak dia di lahirkan. Seorang pria yang tampan, pekerja keras, dan juga berkompeten. Dia menjadi salah satu icon penting di Universitas tempatnya berkuliah. Namun, bukan prestasi yang dia torehkan, melainkan tabiat jelek yang membuatnya mendapat cecaran dari media masa. "Shit." Angga mengumpat dalam hati. Dia kesal bukan kepalang. Dia bersumpah tidak akan pernah kembali ke rumah sialan itu lagi apapun yang terjadi. Itu pula alasan yang membuatnya enggan untuk pulang ke rumah lantaran keluarganya benar benar kacau. Mereka semua gila, tidak waras. Namun, sayangnya.. darah mereka sudah terlanjur mengalir dalam darahnya. Sekuat apapun dia mengelak, dia tetap bagian dari keluarga itu. Bagian dari mereka. Pertanda jika dia juga mengalami sindrom gila. Namun, kegilaanya tercipta karena dia terlalu sering mematahkan hati wanita. Mungkin ketidak warasannya merupakan sumpah serapah dari para wanita yang pernah dia beri harapan, namun dia patahkan pada akhirnya. Sehingga para ladies itu menginginkan dia agar benar benar kehilangan akal. Tapi, siapa peduli? Ini adalah hidupnya, dan ini adalah dunianya. Dia sendiri bahkan sudah siap dengan segala konsekuensinya. Lalu kenapa orang lain justru membuat diri mereka pusing saat melihat kelakuannya? Harus dia katakan jika dunia.. memang aneh. Sesuatu yang mereka lihat, seharusnya hanya mereka lihat, tidak usah di urusi, apa lagi sampai ikut campur. Angga menepikan motor sport bike yang dia kendarai saat hpnya tiba tiba berdering. Dia mendecih saat melihat nama yang tertera. "Hallo." Angga menjawab malas panggilan telepon dari seorang wanita. Beberapa saat Angga menjauhkan hp dari telinganya. Omelan panjang yang telah membuat mood buruknya semakin buruk. Setelah wanita dari ujung panggilan berhenti mengoceh, dia mendekatkan hpnya kembali. "Gue mau putus!!" Ucapnya sebelum mematikan sambungan telepon. Kemudian dia tersenyum simpul. Lucu saat dia membayangkan reaksi jelek wanita itu kala di putuskan. Arogansi wanita itu pasti mengendur seketika. Angga kembali melajukan motornya. Dengan kekehan yang mampu membuat bibirnya tidak berhenti mengembang. Malangnya mereka. Nyatanya.. setiap gadis yang dia pacari, semata mata hanya untuk menghibur diri. Dia tidak pernah benar benar berkomitmen seperti janji manis yang sering dia katakan. Sedangkan untuk jangka waktu dan durasi sebuah hubungan, bervariasi. Bisa di sesuaikan dan semua tergantung moodnya. Bajingan adalah predikat yang selama ini melekat padanya. Namun, sebreng-sek breng-seknya seorang Angga, dia tetaplah pria normal yang hanya mencintai satu wanita. Sejak dulu sampai sekarang, hatinya tidak pernah berubah. Meski mulutnya mengatakan cinta pada banyak wanita di luar sana, tapi sungguh.. hatinya sudah di miliki oleh gadis yang sama. Beberapa saat kemudian, Angga menghentikan laju motornya saat dia tiba di halaman depan rumah Leo. Dia melepas helm, lalu menaikan sebelah alisnya saat melihat mobil paling mencolok dan paling mewah di antara yang lainnya. Mobil Audi seri terbaru, siapa lagi jika bukan musuh bebuyutannya. Sialan!! Angga mendecih.. dia akan mengingat hari ini sebagai hari terburuk yang pernah ada. Angga masuk ke dalam dengan percaya diri. Dia sudah biasa datang dan pergi sesuka hati, jadi.. dia tidak perlu lagi menekan bell atau mengetuk pintu. Dia melangkah dengan pasti. Namun, dia membatu di tempatnya. Dia bahkan hampir melemparkan sepatunya kepada pria tidak berakhlak yang sedang asyik mencium seorang gadis tidak berdosa dengan intens. "DILARA!!" Angga berteriak nyaring. Membuat Dilara dan Zaine melonjak kaget. Naasnya, reaksi Dilara sama saja saat melihat kedatangannya. Tidak merasa bersalah ataupun menyesal. Sesaat kemudian Dilara menghela nafas lega. Dia bersyukur karena itu hanyalah Angga. Bukan Leo yang tiba tiba turun atau bukan Papa yang tiba tiba pulang. Setidaknya, rasa malunya tidak mencapai seratus persen. "Eh, Kak Angga." Dilara meringis. "Udah di tunggu Leo di atas." Tambahnya. Angga tidak bereaksi, juga tidak bergerak. Dia masih berdiri di tempat yang sama penuh amarah. Ditambah, dia tengah sibuk mengabsen satu persatu penghuni kebun binatang beserta para pawangnya. Membuatnya geram dengan tangan yang mengepal. Lengkap sudah penderitaannya hari ini. Sudah jatuh tertimpa tangga. Rasanya seperti.. baru saja dia kecopetan, sekarang dia justru di palak. "Ra, ciuman itu dosa!!" Angga buka suara setelah berusaha menelan amarahnya bulat bulat. Namun, dia cukup menyesal setelah mengatakan itu. Dia yang bukan siapa siapa, tidak memiliki kuasa untuk menghakimi orang lain. Tidak pantas mengatakan baik atau tidak baik saat dirinya saja berkecimpung dalam kubangan dosa. Tapi.. kalimat itu.. tidak tau dari mana datangnya. Bibirnya refleks mengatakan untaian kata laknat itu tanpa merasa bersalah sedikitpun. "Terimakasih atas perhatiannya." Dilara mengedipkan sebelah matanya. "Oh iya, kamu udah di tunggu Leo di lantai atas." Dilara kembali mengingatkan jika Angga sudah di tunggu Leo. Bukan karena dia sungguh sungguh menyampaikan pesan Leo jika Angga datang, namun.. lebih mengarah pada.. dia tidak suka kebersamaannya dengan Zaine di ganggu. Titik! Tidak ada koma. Angga kesusahan menelan ludah. Dia melangkah meninggalkan ruang tamu menuju lantai atas dengan berat. Menapaki anak tangga tanpa berpaling dari sosok Dilara. "Gadis itu.. benar benar bodoh." Angga melenggang masuk ke kamar Leo tanpa mengetuk pintu. Lalu dia melemparkan dirinya begitu saja ke atas ranjang. "Kucel amat muka lo??" Bayu mendekat ke arah Angga. Dia sangat paham dengan tabiat sahabatnya yang satu ini. Jika Angga menunjukan tampang seperti itu, di pastikan jika b******n itu berada dalam mood buruk. "Tumben lo pake pakaian rapi? Abis kondangan?" Seloroh Leo membuat Bayu dan Brian tertawa keras. Merasa lucu dengan penampilan formal yang sama sekali tidak cocok dengan karakter Angga yang urakan. "Stt!! Udah! Jangan di ledek lagi." Bayu mencoba menghentikan ledekan para sahabatnya kepada Angga, meski sebenarnya dia juga ingin tertawa, namun dia mengurungkannya. Tidak sampai hati saat melihat tampang buram Angga kian suram. Layaknya makam yang tidak pernah di kunjungi, angker dan menyeramkan. "Nih, minum!!" Bayu menyodorkan sebotol Tequila ke arah Angga. Seketika Angga mendudukkan dirinya. Menerima botol pemberian Bayu dan meneguk isinya hingga beberapa tegukan. Lalu mengembalikan botol itu kepada Bayu. Bayu menerima lalu meletakannya itu di atas meja. Melangkah ke arah dimana Brian dan Leo tengah sibuk bergulat dengan laptop di hadapan mereka. Leo menoleh ke arah Angga, lalu menaikan sebelah alisnya penuh ejekan. "Kencan buta lo gagal??" Leo tau jika Angga baru saja pulang dari kencan buta. Mungkin sesuatu yang buruk telah terjadi. Seperti.. pasangan kencan buta Angga mungkin tidak sesuai dengan kriteria tinggi gadis ideal ala seorang badboy. Atau.. pasangan kencan buta Angga adalah salah satu dari gadis yang pernah pria itu sakiti? Tentu saja semua itu masih mungkin, belum terbukti sebelum Angga memberitahukan penyebabnya. Brian dan Leo saling berpandangan. Sesaat kemudian mereka kembali tertawa, kali ini bahkan semakin kencang. Mereka benar benar mengejek Angga secara terang terangan. "Ledek terus sampai lo semua puas." Angga menutupi wajahnya dengan bantal. Menyembunyikan segala kegundahan yang tanpa terasa telah membuatnya mati rasa. "Idih, lo abis makan mesiu, ya? Galak bener." Selorohan Brian kian serius. Tidak mengendorkan Angga sedikitpun. Ucapan Brian tidak di tanggapi oleh Angga. Pikirannya terlalu kacau meski hanya untuk berkata 'iya' atau berkata 'tidak'. Entah apa yang dia rasakan. Dia hanya merasa dadanya sakit saat banyak rasa tidak menyenangkan beradu dalam hati. "Angga." Brian menyenggol kaki Angga setelah mendudukkan diri di atas ranjang. Dia selalu ingin tau perkembangan kencan buta yang selalu saja orang tua Angga siapkan. "Hmm.." Angga masih tidak bergerak. Tidak berniat untuk membuka mulut apa lagi menoleh. "Kencan buta lo gagal karena cewek itu jelek? Nggak sesuai sama kriteria lo? Iya, kan?" Brian mengaktifkan kepo mode on untuk menginterogasi Angga. Angga menggelengkan kepalanya. "Atau.. karena cewek itu mantan pacar lo?" Angga kembali menggelengkan kepala. "Kalo bukan itu, terus.. lo kenapa? Apa.. lo terharu karena langsung jadian di hari pertama ketemu?" Angga tetap menggelengkan kepalanya. "Gue juga mikirnya gitu. Semurah murahnya lo, gue yakin lo nggak akan pacaran sama cewek yang baru lo temui." Brian mulai menganalisa. Menyimpulkan beberapa opini pribadinya setelah di rangkum menjadi satu dalam otak. "Kepo bener jadi orang?" Leo mendekat, memukul kepala Brian menggunakan buku tebal yang di bawanya. "Gila! Sakit, Man." Brian mengusap kepalanya. Terasa pening saat buku setebal dua inci menimpa kepalanya berkat ulah Leo. "Udah." Leo menepuk bahu Angga. "Nggak usah di pikir. Bukannya lo orangnya cuek dan selalu santai? Sejak kapan sih lo hobi murung kayak gini? Kayak bukan lo aja." Leo pergi setelah mengucapkan serangkaian kata itu. Menggelengkan kepala dengan heran. Mendengar ini, Angga mengerjapkan matanya. Sebenarnya.. ucapan Leo masuk akal. Dia memang bukan tipe pria yang akan murung hanya karena permasalahan hidup. Hidupnya yang sudah berantakan, bahkan ada banyak bagian yang lebih parah dari ini. Tetapi.. sayangnya.. memotivasi diri sendiri tidak semudah memotivasi orang lain. Jadi.. mungkin ini akan sulit untuk di lupakan. Semuanya.. kejadian hari ini dari awal hingga akhir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD