18| Scientist I Marry Me

1756 Words
Firio menghampiri balkon tempat kurungan Theresa berada. Kalau saja dia tahu cara menghancurkan kalung leher logam itu, dia pasti sudah menjebol jeruji besi ini. Tatapannya sendu saat melihat wanita yang dia cintai harus diperlakukan seperti binatang. Dunia luar tidak baik untuk wanita sepertinya. Ini dunia yang buas, tak pantas membiarkannya berada di sini lebih lama. Theresa menatapnya heran. "Ada apa? Kau baik-baik saja'kan? Tidak terluka?" Firio duduk di sebelahnya, lalu menyandarkan punggung di jeruji itu, berniat untuk tak melihat wajah Theresa. Dia lebih suka menatap tembok ketimbang wanita itu sekarang, semata-mata karena tak ingin dia tahu kondisi hatinya. "Hei," panggil Theresa menusuk punggung Firio dengan ujung telunjuknya. "Aku tidak terluka, mana mungkin aku terluka di masa sini. Kau yang mudah terluka," gumam Firio pelan. Theresa ikut bersandar di jeruji, tepat di belakangnya. Dia tersenyum sedih, masih takut, namun juga bahagia. Kedatangan Firio membuat hatinya sedikit tenang, tidak ada lagi ketakutan akibat ucapan Abelard tadi. "Terima kasih," katanya. Firio meggumam, "aku belum menang, simpan terima kasihmu." "Kau mengakui aku istrimu, kenapa?" Raut muka Firio masih datar, tak berkeinginan untuk menjawab. Namun lagi-lagi Theresa menunjuk punggungnya, minta kejelasan. Dia pun menjawab, "agar mereka semua langsung melawanku. Aku tak suka basa basi." "Aku takut, Firio," kata Theresa meremas telapak tangannya sendiri. "Kau memang harus takut, ini bukan dunia yang nyaman seperti duniamu." Firio mengalihkan pandangan ke sela pagar untuk melihat ribuan penonton yang sebagian masih bersemangat menggumandangkan nama junjungan mereka. "Lihatlah mereka, kalau aku menang—aku akan memicu perang distrik dengan mereka, terutama jika aku menang dari Deveruex, dia kelihatan sekali pendendam." "Kau tidak takut kalah dengannya?" "Kalah? Aku tidak pernah kalah, aku tidak pernah takut kalah, aku selalu menang, yang kutakutkan adalah apa dampak dari kemenanganku. Kau harus tahu , di dunia luar ini, kalah artinya dihina, tapi jika kau menang, kau akan diburu." "Maksudmu? Apa artinya itu?" "Artinya aku akan mengundurkan diri menjadi pemimpin distrik 222, dan pergi, agar dendam mereka kubawa semua—tidak perlu ada perkelahian antar distrik, aku tidak mau mereka menjarah distrikku." "Mengundurkan diri? Kemana?" "Ke dalam dinding." "Kau bilang apa? Kau benci sekali ada disana'kan?" "Aku tak butuh pendapatmu, sebelumnya aku mendapat panggilan dari dinding Adam, mereka mengetahui kalau aku punya pengetahuan tentang LYNXproject yang baik, mereka menawarkan kerjasama, mereka menginginkan sesuatu dariku—dan artinya aku akan mendapat dokumen penghuni sementara." "Aku tidak paham." "Dan kau harus ikut denganku." "Tapi bagaimana kau tahu mereka tidak berniat jahat pada kita—kau bilang jika mereka tahu aku Theresa dari masa lalu dan dimensi—" "Itulah kesepakatanku denganmu nanti, menikahlah denganku." "Apa?" Firio tak mau mengulangi kalimat itu. "Kau tuli?" Theresa menelan ludah, tak paham, apakah barusan dia sedang salah dengar? Dia buru-buru membersihkan daun telinganya. "Aku—maksudmu? Apa barusan aku dengar kata—menikah?" "Ck, kau memang tuli." Firio memasang wajah masam, dan—sekaligus malu, jelas sekali pipinya agak kemerahan. Itu membuktikan alasan dia tak mau bertatapan wajah dengan wanita ini sejak tadi. "Sebentar—" Theresa buru-buru berbalik badan, dia memandangi serigala mati yang menghiasi kepala Firio, lalu tengkuknya, lalu turun ke bahunya yang bidang. "Apa kau sedang membuatku menjadi budakmu seumur hidup? Lalu meninggalkan kewajibanmu untuk mengembalikanku pulang?" "Bagaimana kau bisa mengartikan menikah dengan menjadi b***k?" sergah Firio spontan memutar badan dan menunjukkan ekspresi marah dengan wajah masih agak tersipu. Theresa melongo memandang wajah malu itu, agak merinding—tapi entah mengapa perasaan malunya menular ke wajahnya sendiri. Bagaimana mungkin dia mendengar ucapan semacam itu di tempat seperti ini? Selama beberapa detik mereka terdiam, hanya saling menatap, kemudian saling berbalik badan lagi. Firio mengumpat dalam hati, dia heran mengapa bisa mengatakan ini dengan sikap sangat—menggelikan. Dia menghina diri sendiri yang mirip saat akan melamar Theresa yang dulu. Kenapa dia harus terjebak dengan Theresa lagi? Kenapa tidak dia bunuh saja waktu itu? Theresa kembali bersandar di punggung Firio, hanya dihalangi oleh jeruji besi. Dia menekan dadanya yang berdebar tak karuhan, memang s****n situasi ini—pertama kalinya dia mendapat sebuah lamaran. "Oke, aku paham situasinya, maksudmu jika kau menang, kau akan mengajakku kabur ke dalam dinding untuk menghindari kebrutalan massal akibat kekekalahan mereka, tapi kenapa harus menikahiku?" "Karena di dalam berkas pernikahan, aku sudah menikah dengan Theresa. Orang dalam dinding itu memeriksanya, dan sudah pasti tidak akan mencurigaimu sebagai 'Theresa yang lain' kalau sudah begitu." "Disini ada semacam catatan sipil untuk pernikahan?" "Tentu saja, Dasar bodoh, kau kira kami ini anjing yang asal kawin? Sekalipun ini distrik luar, tapi ada dewan yang mendata kelahiran, kematian dan keluarga ke-22 distrik ini. Ya, walaupun mereka tak ikut campur tentang perseteruan antar distrik." "Aku tidak percaya ini, apa gunanya mendata orang kalau kalian sangat barbar, main bunuh sana-sini?" "Sayang, kita ada di masa depan, kau harus ingat, kalau kau tak punya identitas, kau tak bisa masuk kemanapun, atau jual beli apapun." Firio berusaha untuk selembut mungkin menjelaskan ini. Theresa malah tersentak karena panggilan sayang itu. Walaupun itu bukan panggilan yang berarti "sayang", malahan untuk menegaskan kalau dia "kesal", namun saat mulut Firio yang mengatakannya, ternyata sangat—mendebarkan hati. "Kena-kenapa tidak pura-pura saja?" tanyanya terbata-bata. "Baiklah, kau mau kita tidur sekamar dan tidak dalam ikatan apapun? Kalau memang itu tradisimu tidak masalah." "Oh, Ya Tuhan, jangan bilang kau penganut—ikatan suci—." "Sekali lagi kau menganggapku pria urakan jamanmu atau anjing, aku akan meremas lehermu dan membiarkan benda itu meledak," sela Firio tak sabar, dia benci sekali selalu dipandang orang kotor. Sebagian besar distrik lain juga berpikir demikian, tidak salah, sebagian warganya memang sering melakukan persetubuhan di luar pernikahan, tapi tidak dengan dirinya. Theresa membungkam mulutnya. Firio menghela napas. "Dengar, Tomat, aku hanya ingin agar semuanya tidak sulit. Aku menikah dengan Theresa, dan kau Theresa—belum menikah denganku, ini hanya akan mempersulit keadaan, apalagi kalau kau salah bicara atau kelepasan melakukan pembicaraan sampah dengan orang di dalam dinding. Intinya kau Theresa dan harus sudah menikah denganku, titik." "Itu kesepakatan yang kau bilang tadi?" "Ya. Bagaimana?" "Tentuuu—" Theresa terdengar sedih saat menjawabnya, malah terkesan malas, hingga membuat Firio berbalik badan lagi karena tersinggung. Firio menoyor kepala wanita itu sampai ia nyaris terjungkal ke depan. "Apa maksudmu yang terdengar seperti terpaksa itu?" Dia mendongakkan wajah dengan congkak. "Kau pikir aku mau menikah lagi denganmu?" Theresa memutar badan, lalu mengeluarkan tangan demi membalas Firio, akan tetapi pria itu menghindari serangannya. Dia marah-marah, "menikah lagi? Aku bahkan tidak mengenalmu sebelum malam itu!" "Jangan bersikap seperti ini menguntungkanku, ini menguntungkanmu, kau bisa mendapat perlindunganku, dan kita tidak akan kesulitan saat beradaptasi di dalam dinding, disana peralatannya lengkap—aku bisa membuatkan LYNX untukmu lebih cepat. Lalu bagian mana aku bahagia dan untung? Tidak ada, kau pembawa s**l!" "Ya sudah jangan nikahi aku!" Theresa masih tak suka dengan sikap sombong itu, "jangan menatapku seperti aku ini akan menghancurkanmu, belum juga apa-apa kau sudah membenciku, kau sudah gila ya?" Firio mencengkram jeruji itu, mengoyaknya dengan keras. Dia memamerkan wajah marahnya. "Oh, kau mau Devereux saja yang menang agar kau bisa kawin seperti anjing dengannya?" "Apa katamu, s****n!" Theresa spontan menarik topi yang dikenakan Firio, lalu membuangnya ke sembarang arah, membiarkan rambut hitam pria itu terurai lagi. Sebagian rambut Firio telah dikuncir ke belakang, hanya beberapa helai saja yang jatuh di samping pelipisnya. Saat itu sedang marah begitu, tatapannya menjadi tajam—membara, malah cukup menggairahkan bagi Theresa. "Dan kuberitahu sesuatu, kanibal s****n itu, dia juga ingin mengawinimu." "Hentikan penggunaan kosa katamu yang seperti binatang!" "Bukankah kau selalu mengira aku ini binatang hah?" "Kau menyebalkan." "Ini salahmu, kau tidak mau menikah denganku." "Aku'kan bilang tentu, kau ini paham arti tentu tidak sih?" "Tentu-mu itu mengandung makna lain, kau berencana mengkhianatiku." "Astaga, Firio, aku bahkan tidak tahu mengkhianati dalam hal apa. Kau, berhentilah menyamakan aku dengan istri sialanmu yang memang aku—oke biar aku saja yang bilang," kata Theresa menghela napas panjang, dia mengulurkan tangan. "Berikan tanganmu." Firio ragu sesaat, lalu mau mengenggam kedua tangan itu dengan kedua tangannya. Dia tertegun, ini mirip sekali dengan saat dia melamar Theresa yang dulu. Bedanya adalah orang yang mengulurkan tangan adalah Theresa, bukan dirinya. Theresa tersenyum pedih. "Aku minta maaf atas ulah aku yang lain, mungkin dia menyakitimu sampai membuatmu gila, meninggalkanmu dengan sejuta masalah, mempermalukanmu—mungkin, tapi percayalah, aku bukan orang yang fanatik ilmu pengetahuan yang akan rela mengambil batu sihirmu atau mencuri ide brilianmu sebagai ilmuan hanya demi mendapat penghargaan di masa-ku nanti, aku tulus hanya ingin pulang dengan tenang, dan aku rela menikah denganmu jika itu memang demi meringankan penyamaran kita nanti." "Lalu kenapa kau terlihat s**l sekali mengatakan tentu tadi?" Theresa memalingkan wajah dan mengguman lirih, "aku tidak percaya menikahi pria yang gampang terbawa perasaan." "Apa maksudmu?" Firio mengerutkan dahi. "Tidak, aku hanya sedih mendengar lamaran pertamaku dengan cara menyedihkan begini, di dunia barbar, dengan kondisi berada dalam kurungan besi seperti burung dan kalung peledak." Firio perlahan mencium telapak tangan kanan Theresa, lalu menyunggingkan senyuman tulus seraya bertanya, "kau mau menikah denganku, Theresa Wilson?" Bibir Firio terasa dingin di kulit Theresa, membuat wanita ini terdiam lama. Bisa dibilang lebih dari syok, dia tersentak kaget, tak bisa diutarakan dengan kata-kata. Senyumannya perlahan terbentuk, dia memikirkan, jadi seperti ini kebahagiaan dunia itu? Jatuh cinta tidak butuh alasan khusus. Dia memang jatuh cinta pada pria ini, dan kemungkinan ia baru menyadarinya detik ini juga. Firio ternyata bisa tersenyum tulus, pandangan matanya pun tak lagi tertutup kebencian. "Tomat, kau tidak berubah jadi patung bukan? Karena aku bukan medusa," bisik Firio mengingatkan, dia tak tahan jeda mereka berpandangan terlalu lama dan Theresa tak kunjung mengatakan apapun. Theresa mengangguk. "Aku mau." "Bagus, bisnis berkembang," kata Firio segera menarik tangan lagi, lalu berbalik badan, duduk di posisi semula. Ia hanya ingin menyembunyikan wajah malunya lagi. Melamar Theresa yang satu ini lebih mendebarkan ketimbang memukuli pria gila di arena tadi. Theresa nyengir. Dia memeluk pinggang Firio dari belakang. "Kau ternyata bisa tersenyum padaku, aku sungguh terima kasih." Firio mengangkat tangannya. Ia tertunduk melihat tangan wanita cantik itu melingkar di perutnya. Untuk beberapa detik, dia masih berpikir sebentar, tapi kemudian—dia tersenyum lagi, lalu menggenggam tangan itu, meremasnya erat. Seseorang mendehem. Firio buru-buru menyingkirkan tangan Theresa, lalu berdiri sampai hampir terjungkal sendiri. Dia benar-benar kelihatan sekali kalau salah tingkah, padahal baru tahu ternyata yang datang hanyalah Abelard. "Tuan Serigala, batas waktu—aku berusaha tidak mengintip dan mendengar pembicaraan kalian," katanya menahan tawa. "Diam kau!" sentak Firio sambil pergi dari balkon itu. "Theresa milikku, kau pun—jangan berani meliriknya atau kutusuk perut buncitmu itu." Abelard malah menanggapinya dengan tertawa. "Tolong jangan lupa membeli cincin setelah ini, semoga beruntung, Tuan Porfirio Wolfman." "s****n," umpat Firio. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD